Usapan halus itu terasa nyaman di kepala Sean. Perlahan namun pasti matanya kini mulai terbuka.
"Sean..."ucap sang Mami pelan. Sean menoleh dan tersenyum tipis.
"Masih pusing?"tanya Juna. Sean mengangguk. Irene tanpa sadar menetes kan air matanya.
"Jangan nangis. Se baik-baik aja Mi"ucap Sean parau sambil mengisap air mata Maminya yang mengalir di pipinya.
"Se makan ya? Mami udah masak makanan kesukaan Se"namun Sean menggeleng.
"Se harus makan biar cepat sehat lagi, ya?"bukannya menjawab Sean malah kembali melontarkan pertanyaan yang membuat kedua orangtuanya diam. "Kondisi Sean makin buruk ya Mi, Pi?"tanya. Irene kembali meneteskan air matanya.
"Mami ambilin Se makan dulu ya"pamitnya yang tak kuasa melihat anaknya yang terlihat lemah.
"Se harus semangat! Ada Mami sama Papi yang selalu dukung Se. Jangan nyerah nak"ujar Juna yang juga meneteskan air matanya namun tak deras.
"Maafin Se Pi"paraunya.
"Se enggak salah dan enggak pernah salah. Se anak baik"imbuh Juna.
_________________________
Cahaya terang matahari menembus netra Lia membuatnya mengerjap menyesuaikan cahaya. Seminggu sudah ia disini ia masih merasa ketakutan dan belum bisa menyesuaikan dirinya. Untungnya ia punya seorang teman selain Kava.
"Lia!"panggil Akna teman Lia.
"Iya, kenapa?"tanya Lia sambil membereskan tempat tidurnya lalu menghampiri Akna.
"Main yuk!"
"Sebentar ya, Lia mau mandi dulu"
"Ok. Akna tunggu di taman ya"Lia mengangguk lalu menutup pintu kembali saat Akna sudah pergi. Lia pun kemudian pergi untuk mandi.
Setelah hampir 20 menitan Lia sudah selesai lalu menghampiri Akna di taman. Lia pun mendekat ke arah Akna yang terlihat asik berbicara dengan Kava. Hal itu membuat senyum Lia mengembang. 'Kak Kava baik Lia suka!'begitulah jawaban Lia saat ditanya oleh Akna dan begitu juga Akna ia bilang bahwa Kak Kava menyenangkan.
Lia kemudian menghampiri Akna dan Kava.
"Hai Kak Kava! Hai Akna!"serunya.
"Eh Lia! Ayo sini duduk!"ajak Akna. Akna anaknya memang aktif mungkin bisa dibilang hiperaktif. Dari kata Psikiater Akna dan Lia memiliki trauma yang hampir sama. Jika Lia trauma karna kekerasan dan hampir dilecehkan Ayahnya berbeda dengan Akna. Akna adalah korban pemerkosaan yang untungnya tidak sampai hamil namun ia dibenci oleh keluarganya dan kedibuang oleh keluarga dan berakhirlah disini, RSJ. Akna juga sudah membaik dan traumanya juga sudah sangat jarang kambuh. Mungkin karna Akna sudah mendapat perawatan lebih lama. Begitu juga Lia ia juga berangsur-angsur membaik. Namun masih bertanya-tanya pada Kava kapan Sean akan memjemputnya.
"Kak Kava punya ide nih!"seru Kava.
"Apa?"tanya Akna dan Lia bersamaan.
"Gimana kalau kita menggambar?"tawar Kava. Lia dan Akna saling pandang dan menimang dan akhirnya mengangguk.
"Kayaknya seru"ujar Akna.
"Ayo ikut Kakak!"ajak Kava sambil mengandeng kedua pasiennya yang sudah ia anggap adiknya sendiri.
Ketiganya kini berada di ruang melukis dan menggambar. Ruangam yang sengaja dibuat untuk para pasien RSJ agar merasa tenang dan rilex.
Kava pun mengambil dua kertas dan satu kotar pensil warna untuk dipakai oleh Lia dan Akna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara Alsean
FanfictionMari Baca!📖📖 ----------------------------------------------- Sagara Alsean namanya, laki-laki tampan nan cerdas dan terkenal dingin sedingin kutub utara. Si dingin yang menyukai sajak. Si dingin yang menyukai hujan. "Hm" ___________________ Axa A...