Udara dingin semakin menusuk kulit Sean, Lia, Kavi dan Akna. Keempatnya belum beranjak selepas Akna bercerita. Mereka masih merenung menatap langit yang dihiasi bintang tanpa bulan. Deru ombak pantai pun satu sama lain saling bersautan.
"Pulang yuk!"ajak Kavi.
"Yuk!"sahut Akna dan Lia. Ketiganya bangkit lalu berjalan meninggalkan pantai.
"Mau makan dulu enggak? Mumpung masih jam delapanan"tawar Kavi.
"Kata Mami nanti kita semua makan dirumah aja"sahut Lia. "Oooh yaudah"ucap Kavi lalu menancap gas mobilnya.
_____________________________
"Assalamualaikum!"ucap mereka berempat bersamaan.
"Waalaikumsalam"jawab Irene dan Juna.
"Seru enggak jalan-jalannya?"tanya Juna.
"Seru dong om"sahut Kavi cepat. Pandang Irene mauoun Juna tertuju pada seorang gadis lain bersama mereka.
"Ini siapa? Kok baru Mami liat?"tanya Irene yang mendekat ke arah Akna.
"Saya Akna tan, temannya Lia, Kavi sama Sean"
"Oooo... kirain tadi pacarnya Kavi"kekehnya.
"Otw tan, hahaha"tawa mereka merekah saat mendengar sahutan Kavi.
"Udah dulu ngobrolnya. Ayo kita makan!"ajak Juna.
"Om laper banget nih keknya?"cerca Kavi.
"Kamu tau aja Kav"imbuh Juna. Lagi-lagi mereka tertawa.
Semuanya kemudian duduk di kursi masing-masing.
"Sebelum makan, kita berdoa dulu!"ucap Juna. Mereka pun terdiam beberapa saat untuk berdoa lalu mulai menyantap makanannya.
"Sean enggak papa nak?"tanya Irene yang melihat wajah Sean yang pucat.
"Sean enggak papa Mi"sahut Sean dengan wajah meyakinkan.
Kurang lebih sepuluh menitan mereka menyelesaikan acara makan malamnya. Dan Akna juga Kavi berpamitan untuk pulang.
_____________________________
"Na?"panggil Kavi saat Akna hendak masuk ke ruanganya.
"Ya?"
"Boleh bicara sebentar?"Akna mengangguk lalu mengikuti Kavi ke kursi taman lalu duduk disana.
"Maaf Na, gue bener-bener lupa sama janji itu. Maaf karna udah buat lo nunggu"
"Enggak papa Kav, itu juga udah lama banget. Lagian kita juga masih kecil waktu itu jadi wajar kalo lo lupa"
"Tapi lo nunggu Na, lo nunggu gue dateng"
"Jangan salahin diri lo sendiri. Ini bukan salah lo kok. Ini salah gue yang terlalu bodoh. Gue kan udah bilang itu wajar"
"Maaf.."
"Udah jangan dibahas lagi. Sekarangkan lo udah tau gue siapa dan begitu juga sebaliknya. Mending pulang, nanti Bunda cariin lo"
"Saat sembuh lo mau kemana?"tanya Kavi mengalihkan topik. Akna tersenyum sebentar, "enggak kemana-mana. Tadi saat lo datang gue juga baru dari ruangan Bunda. Bunda bilang gue udah sehat dan gue bisa pulang. Tapi gue nolak. Gue lebih nyaman disini dan Bunda juga izinin gue tetap disini. Lagipula kalo pun pulang, gue mau pulang kemana? Gue udah enggak punya siapa-siapa lagi"lagi-lagi Kavi memeluk Akna. "Jangan sedih lagi. Kalo lo butuh teman cerita ada gue, Lia, Sean, Kak Kava, Bunda juga. Kita semua bakal selalu ada buat lo"ucap Kavi.
"HEH!!"teriakan nyaring itu membuat Kavi langsung melepas pelukannya dari Akna. Kava datang dengan wajah marahnya.
"Ngapain lo peluk-peluk dia?"tanya Kava sinis sembari duduk di tengah-tengah Akna dan Kavi dan menyembunyikan Akna dibelakangnya.
"Emang kenapa?"tanya Kavi.
"Pake nanya lagi! Untung gue yang liat. Kalo Bunda yang liat gimana?"
"Iya Maaf"ucap Kavi sedikit tidak tulus.
"Kak Kava?"panggil Akna.
"Iya? Akna enggak diapa-apain kan sama kutu rujak ini?"Akna terkekeh pelan dengan sebutan Kava lalu menggeleng. Kavi yang mendengar itu tak terima.
"Apaan kutu rujak? Lo kali babon cimahi"ledek Kavi tak mau kala.
"Apaan babon?"tanya Kava bingung.
"Babi"ceplos Kavi.
"Dasar lo ya! Gue bilangin Bunda lo!"ancam Kava.
"Lu yang duluan kok!"ucap Kavi tak terima.
"Terserah! Bunda Kav mmmm... mmhmm...."Kavi mendekap mulut Kava yang mencoba berteriak memanggil sang Bunda.
"Diem! Atau gue rusakin menara kertas lo"ancam Kavi. Kava melotot, "awas aja lo!"
"Udah Kak.... Kavi enggak apa-apain Akna kok. Buktinya Akna baik-baik aja kan?"lerai Akna.
"Beneran enggak papa?"Akna mengangguk mantap. "Kakak inget kan gambar waktu itu?"Kava mengangguk.
"Dia Kak orangnya, Kavi"Kava terdiam. Pantas saja gambar yang dia lihat itu mirip seseorang. Ternyata adiknya tohh... tapi... apa benar dia kesepian. Kava kembali mengingat kisahnya tujuh tahun lalu dan ya... memang benar. Bundanya dulu sangat sibuk serta dia yang juga sibuk karna tugas sampai tak sempat bermain dengan sang adik. Tapi Kava ingat satu kata terakhir di kalimat yang ditulis Akna.
"Ooo jadi Kavi adalah orang yang kam-- mmmmhmmm.... mmmhmm.."gantian kini Akna yang mendekap mulut Kava hal itu membuat Kavi kaget sekaligus tertawa renyah.
"Eh! Maaf Kak, jangan bilang ke Kavi Kak. Akna malu"bisik Akna di akhir. Kava menghela nafasnya. Lalu mengangkat jarinya membentuk ok.
"Gue masuk dulu. Pulang gih! Jangan beduaan mulu. Nanti yang ketiganya setan"
"YA SETANNYA ELO BEGE!"teriam Kavi.
"Wah... bener-bener lo! BUNDA!! Kavi peluk-pelul cewek Bun!"Kava juga ikut berteriak. "Pulang sono! Ayo Na kita pergi! Ada kutu rujak disini, bahaya!"
"DASAR KADAL KANADA!"teriak Kavi nyaring.
"KAVI! KENAPA TERIAK-TERIAK!"suara sang Bunda kini terdengar dan menampilkan wajahnya yang terlihat garang. Kavi menjadi terkesiap. Baik Kava maupun Akna sudah tertawa terbahak-bahak.
"Enggak kok Bun, Kavi lagi latih vokal aja. Hehe"cengirnya.
"Ada-ada aja kamu. Pulang duluan gih! Bunda sama Kakak pulangnya agak nantian. Avi udah makan kan?"Kavi mengangguk, "udah Bun, kalo gitu Kavi pamit Bun"jawabnya lalu pamit.
"Iya. Hati-hati nak"Kavi pun menyalami tangan sang Bunda lalu pergi dari sana.
___________________________
Udah mau end guys😁😁
Cepetkan😂Jangan lupa Votenya👌❣
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara Alsean
FanficMari Baca!📖📖 ----------------------------------------------- Sagara Alsean namanya, laki-laki tampan nan cerdas dan terkenal dingin sedingin kutub utara. Si dingin yang menyukai sajak. Si dingin yang menyukai hujan. "Hm" ___________________ Axa A...