02 | Perkenalan

8 3 0
                                    

Bau masakan membuatnya menyerngit dalam tidurnya. Sedetik kemudian ia terbangun.

"Mami?"pikirnya lalu langsung menuju ke dapur. Jantungnya yang semula berpacu kencang kini mereda saat ia melihat wanita dihadapannya tengah menunduk terkejut karna kehadirannya.

"Ma-maaf"cicitnya.

"Hm"ucap laki-laki itu lalu berlalu dari sana dan menuju ke kamar mandi.

Kemudian si gadis kembali melanjutkan acara memasaknya dan tak lama laki-laki itu datang lagi dengan pakaian santainya. Ia kemudian duduk di meja makan sambil memperhatikan gadis itu menyiapkan makanan.

Laki-laki itu mulai memakan makanan yang dibuat oleh si gadis.

"Enak?"tanya si gadis. Laki-laki itu hanya mengangguk lalu kembali mengunyah. Si gadis menarik bibirnya membentuk senyuman.

"Lo enggak makan?"tanya si laki-laki tanpa melihat ke arah si gadis.

"Lia masih kenyang"

"Udah baikan?"pertanyaan itu diangguki oleh si gadis.

"Apa... aku boleh tau nama kamu?"tanya Lia hati-hati.

"Sean"singkat, padat dan jelas. Lia merasa jika Sean adalah orang baik.

"Aku Lia"ucapnya semangat.

"Hm"

Laki-laki bernama Sean itupun menyelesaikan acara makannya.

"Se-sean!"Sean yang disebut hanya menatap datar Lia tanpa berniat untuk bertanya 'kenapa?'

"Li-Lia boleh enggak tinggal disini? Satu minggu aja?"pintanya.

"Lo enggak sekolah?"Lia yang ditanya menunduk lalu menggeleng. "Takut"ucapnya yang berakhir dengan sebuah isakan.

Sean tak mau ambil pusing ia kemudian meninggalkan Lia yang mulai terisak.

"Maafin Lia, Sean..."lirihnya.
______________________________

Hari sudah hampir malam namun Sean belum kembali. Hal itu membuat Lia khawatir dan ketakutan. Ia melakukan hal yang sama saat tadi siang. Menunggu Sean sambil duduk memeluk lututnya dan menangis di samping pintu.

"Sean.... Lia takut..."

"Sean kapan pulang?"

"Lia takut Ayah, Sean..."isakan demi isakan mulai terdengar.

"Udah malam Sean... Lia takut malam"

Isakan Lia kini mulai berubah menjadi tangisan.

"Sean... Ayo pulang!.. Lia takut"

"Lia takut Sean... takut..."tangisan Lia terlihat begitu ketakutan. Entah apa yang dilakukan oleh Ayahnya hingga menyisakan trauma bagi Lia. Disatu sisi Sean tengah berada di rumahnya. Di kediaman orangtuanya berniat memberi tahu semuanya.

"Mami Sean mau kasih tau sesuatu"ucapnya serius.

"Apa nak?"

"Sean--------"Sean mulai menceritakan awal kejadian ia bertemu dengan Lia sampai dengan Lia yang takut untuk pulang.

"Mami rasa dia punya trauma yang kuat nak. Biarkan dia disana dulu, besok Mami kesana"Sean hanya mengangguk lalu teringat akan satu hal. Lia.

"Mami, Sean pamit ke apart lagi ya?"izinnya. Sang Mami kemudian tersenyum lalu mengangguk.

"Sean... jaga dia"ucap sang Mami saat Sean sudah berada di depan pintu. Sean berhenti sejenak lalu menghadap ke Maminya dan mengangguk seraya tersenyum. Ia pun lalu bergegas pulang ke apart.

21.11 WIB

Sean merasa sedikit khawatir karna meninggalakan Lia terlalu lama. Ia memutuskan untuk pergi setelah berbicara dengan Lia tadi.

21.46 WIB

Sean pun sampai di apartemennya. Dalam hati, Sean terus memikirkan 'apa dia sudah tidur?'

Sean dengan pelan membuka pintu apartnya. Dan ya, hal yang sama kembali terulang. Dimana ia menemukan Lia yang tertidur duduk memeluk lutut tepat di samping pintu. Sean pun berjongkok menyamakan posisi dengan Lia.

"Lia..."ucapan lembut itu mengalun masuk dalam indra pendengaran Lia. Lia mengerjap pelan lalu matanya beralih menatap Sean.

Demi tuhan, ini kali pertama Sean menyebut nama seorang wanita dengan pelan dan lembut.

Sean menegang. Lia, gadis itu memeluknya. Selama ini tidak ada yang pernah memeluk Sean kecuali Mami dan Papinya.

"Sean... Lia takut... Sean kenapa pergi? Lia takut Sean...."isak Lia dengan suara bergetar sambil memeluk erat Sean. Sean bisa merasakan bahwa tubuh Lia sekarang tengah bergetar. Apa ia sangat takut? Pikirnya. Dengan ragu Sean membalas pelukannya dan mengelus pelan punggung Lia.

"Lia takut Sean.... takut..."

"Jangan tinggalin Lia.... jangan tinggalin Lia kayak Bunda.... jangan..."Sean tak menjawabnya ia hanya mengelus pelan punggung gadis itu.

Sean melepas pelukannya lalu menatap Lia yang menunduk.

"Tolong... jangan tinggalin Lia"lirihnya.

"Udah. Gue udah disini. Tidur. Udah malam"titahnya sambil membantu Lia berdiri.

"Nanti Sean pergi.."

"Enggak"

Lia pun percaya lalu berjalan menuju kamar. Untungnya apartemen itu mempunyai dua kamar.

"Tidur"ucap Sean lalu hendak pergi namun lengannya ditahan oleh Lia.

"Jangan pergi..."

"Gue enggak akan pergi"

Lia mulai membaringkan tubuhnya di kasur sementara Sean hanya berdiri menatap Lia. Setelah menemani Lia sampai tertidur barulah Sean pergi darisana dan menuju ke kamarnya.

Sean berjalan ke arah meja belajarnya dan duduk disana. Ia menghela nafas beratnya lalu memandang keluar jendela. Hujan. Satu kata kesukaan Sean. Iya, malam itu hujan mengguyur kota. Hujan turun membuat Sean menarik bibirnya membuat lengkungan senyuman disana. Dan Hujanlah yang selalu membuat Sean bisa tersenyum hangat. Ia kemudian mengambil satu buku bersampulkan warna biru dan pulpen berwarna senada.

Buku kesayangannya. Buku yang berisikan sajak-sajaknya. Buku berisikan kata hatinya.

Senin, 1 November 2021

Hujan, apa kau turun karna dia?
Apa kau bersedih dengan keadaannya?

Hujan, sampai kini aku masih menyukaimu.
Buatlah aku 'tuk terus menyukaimu.

Kau pengerti. Itulah yang ku suka darimu.

~S. Alsean.

__________________________

Baru segini😁 semoga kalian suka ya🤣

Jangan lupa tekan bintangnya👌
Bila perlu comment ya👌

Terima kasih sudah membaca📖

Sagara AlseanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang