05 | Rumah Sakit

9 3 0
                                    

Tak sampai 10 menit kedua orangtuanya sudah sampai. Dan itu membuat Sean takjub namun ini bukan saatnya untuk itu.

"Lia-nya mana?"tanya Irene yang sangat terlihat khawatir. Sean tak menjawab hanya menunjuk ruangan didepannya.

"Dokter udah keluar?"lagi-lagi Sean tak menjawab dengan suara namun dengan gerakan menggeleng.

"Gimana bisa kek gini? Tadi Mami tinggal baik-baik aja? Lia enggak pucet kok!"ujar Irene seraya duduk di samping Sean yang diikuti juga oleh Juna sang suami.

"Se lupa kalo ada dia dirumah"

Plakk

Satu pukulan mendarat di punggung Sean. Irene, ya Irene pelakunya.

"Gimana bisa enggak inget sih! Kamu sendiri yang bilang dia takut sendiri"kesalnya.

"Sabar... dengar dulu cerita Se Mi baru nanti mau diapain aja"sahut Juna tenang.

"Yaudah lanjutin"

"Setelah Mami pergi Se ke kamar dan Lia duduk di ruang keluarga. Tapi... setelahnya Se lupa kalo ada Lia. Waktu hujan Se baru ingat kalo ada Lia dirumah. Setelah itu Se keluar dan Lia udah duduk sampil tutup telinganya sama matanya dan enggak tau kalo Sean ada di situ. Tapi waktu Se sentuh dia, dianya malah nangis kejer dan dia bilang 'jangan sentuh Lia Ayah Lia takut' katanya terus pingsan"jelas Sean ke kedua orangtuanya. "Maaf.."ucap Sean.

"Iya enggak papa. Semoga Lia enggak apa-apa"ucap Irene sambil mengelus kepala sang anak. Selain kaget ia juga sedih. Kaget dengan anaknya yang ternyata juga bisa berbicara banyak dan sedih dengan keadaan Lia.

"Papi rasa dia punya trauma"ujar Juna.

"Iya deh. Dia tuh bawaannya takut mulu. Ketemu Mami aja dia takut"sahut Irene.

"Tapi, dia siapa mu Se?"

"Dia-"

"Bisa bicara dengan keluarga pasien?"tanya dokter yang baru saja keluar dan membuat pembicaraan mereka terpotong. Mereka bertiga pun lantas bangun menghampiri doker.

"Kita dok"

"Pasien tidak apa-apa ia hanya ketakutan. Saya rasa ia memang memiliki gangguan pada mentalnya. Apa pasien sering dibully? Atau mendapat kekerasan?"mereka semua saling pandang memandang. Perihalnya mereka tidak tahu menahu tentang kehidupan Lia.

"Kami tidak tahu dok"ucap Juna.

"Sebaiknya kalian periksa ke Psikiater agar mengetahui kebenarannya. Pasien sudah boleh pulang"

"Terima kasih dok"ucap Irene. Selapas itu mereka bertiga masuk ke dalam kamar yang memperlihatkan Lia tengah duduk sambil memeluk dirinya sendiri.

"Lia..."panggil Irene. Lia pun mengangkat kepalanya dan menampilkan wajah dengan penuh air mata.

"Lia gimana? Udah enakan?"Lia hanya mengangguk menjawab.

"Kita pulang ya?"Lia tak menjawab.

"Lia... kita pulang ya nak?!"ajak Irene. Lia menggeleng, "Lia enggak mau pulang"lirihnya.

"Lia kan pulang ke rumah Mami bukan ke rumah Ayah"bujuknya. "Kita pulang ya?"sambungnya. Akhirnya Lia mengangguk. Semua akhirnya bernafas lega.

________________

"Makanan kesukaan Lia apa? Biar Mami masak  khusus buat Lia"ucap Irene sambil menyisir pelan rambut Lia.

"Lia suka ayam goreng"

"Ok. Nanti Mami bikin ya yang banyakk untuk Lia"

Perjalanan dari rumah sakit hingga rumah Sean tak jauh dan kini mereka berempat sudah sampai di rumahnya.

"Lia tunggu disini dulu ya. Mami mau masak"

"Ikut"pintanya.

"Yaudah ayo. Papi mandi gih setelah itu ke ruang makan. Kamu juga Se!"titah sang Mami.

Semuanya kembali ke aktivitas masing-masing. Lia yang menemani Irene di dapur sementara Sean dan Juna mandi.

20 menitan sudah akhirnya Sean dan Juna ke ruang makan bersamaan juga dengan Irene yang selesai masak.

"Waktunya makan.... jangan lupa berdoa"

________________

"Ada yang bisa jelasin Lia itu siapa?"tanya Juna saat sedang berkumpul di ruang keluarga namun tanpa Lia. Irene dan Sean saling pandang lalu menatap Juna kembali.

"Lia itu orang yang Sean temuin kemarin waktu hujan. Malam itu Sean agak pulang terlambat dari sekolahnya, nah! Di jalan di ketemu sama Lia lagi nangis. Terus Sean coba nanya tapi Lianya ketakutan ampe nangis kejer. Taulah si Sean gimana Pi. Karna Lia enggak mau dideketin ya Sean pergi tapi... waktu udah jalan beberapa langkah Sean dengar lirihan Lia kalo dia takut dan berakhir pingsan. Nah Sean enggak tau dia  siapa rumahnya dimana makanya dia bawa ke apart terus langsung kasih tau Mami kalo ada Lia di apart. Mami suruh Sean jaga Lia dulu dan baru tadi pagi Mami ke apart"jelas Irene pada Juna.

"Apa enggak sebaiknya kita balikin ke keluarganya? Ayahnya Lia pasti nyariin juga!"

"Maunya juga gitu Pi.. tapi... Mami enggak tega liat Lia yang keliatannya takut banget kalau denger kata pulang sama rumah. Mami udah rencanain buat Lia satu sekolah sama Se. Papi tau enggak? Disekolah juga kayaknya dia juga dibully. Mami enggak tega banget buat kembaliin dia"

"Tapi Mi, kita bakal dituduh yang enggak-enggak nantinya. Belum lagi kalau Se pernah bawa Lia ke apart, apa kata orang nanti? Lia boleh tinggal sama kita asalkan dia udah izin sama keluarganya dulu. Papi juga kasian sama Lia, apalagi waktu dengar kata dokter tadi. Papi tau Lia pasti punya trauma yang sangat buruk buat dia"

"Terus gimana Pi..."

"Begini saja. Kamu coba bujuk dia untuk bercerita sedikit tentangnya. Minimal nama Ayagnya sama alamat dia. Biar nanti Mami sama Papi yang kerumahnya buat izin Lianya enggak usah diajak. Biar Se yang jagain, gimana?"tawar Juna. Irene terdiam sesaat dan akhirnya mengangguk. Sean sedari tadi hanya diam menyimak.

"Mi, Pi. Se ke kamr dulu. Good night"pamitnya lalu pergi dari sana.

Sean masuk ke kamarnya lalu duduk di meja belajarnya.

Ia masih memikirkan perkataan Ayahnya tadi. Ia kemudian mengambil diarinya dan juga bolpoin birunya.

Selasa, 2 November, 2021.

Apa kehadiranmu masalah bagiku?
Atau kehadiranku pelindung bagimu?

~S. Alsean.

____________________

JANGAN LUPA TEKAN BINTANG POJOK KIRI OK👌

Sagara AlseanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang