13 | Bertemu

3 2 0
                                    

Seakan mendukung pertemuan itu. Hujan turun membalut keduanya dalam sebuah dekapan rindu. Menyalurkan kerinduan yang sudah tertanam sejak kepergian gadis itu. Baik Lia maupun Sean saling memeluk erat seakan tak ingin ada yang pergi satu sama lain. Isak tangis Lia menyatu dengan nada suara hujan dan air mata yang mengalir bersama dengan hujan turun.

"Lia kangen Sean... hisk"

"Jangan pergi"lirih Lia.

"Gue sayang lo Ya..."ucap Sean dan... "SEAN!"pekik mereka semua kala tubuh Sean tumbang dalam pelukan Lia.

"Sean... Sean bangun! Sean!"teriak Lia. Sementara Kavi mencoba membawa Sean ke dalam mobil yang diikuti oleh Lia dan Akna.

"Lo berdua disini aja! Biar gue yang bawa Sean ke rumah sakit"ucap Kavi. Jelas saja itu membuat Lia menggeleng kuat.

"Enggak mau! Lia ikut! Lia enggak mau Sean kenapa-napa!"ucap Lia.

"Tapi..."

"Lia enggak mau kehilangan Sean lagi... hiks"lirih Lia. Kavi bingung. Takut nanti dengan respon Lia saat mengetahui apa yang sebenarnya. Tak ingin buang waktu akhirnya Kavi mengizinkan.

"Yaudah ayo!"ajaknya.

"Eh! Akna ikut ya? Please...."pintanya.

"Yaudah! Ayo masuk!"pasrahnya.

Setelah semuanya masuk Kavi langsung menancapkan gas mobil ke arah rumah sakit.

_________________

"Hallo om"

"Iya, kenapa nak?"

"Se-Sean om"

"Hah! Sean kenapa?"

"Sean masuk rumah sakit om. Maaf..."ucap Kavi menahan isaknya melalui sambungannya dengan Juna Papinya Sean.

"Rumah sakit mana?"

"Rumah sakit om Bian, om"

"Tunggu kita disana!"

Sambungan terputus. Kavi terduduk merutuki dirinya. Ia sudah lalai dalam menjaga sahabatnya itu. Ia benar-benar kesal dengan dirinya. Jika sesuatu terjadi pada Sean mungkin ia akan membenci dirinya sendiri.

Sementara itu Lia tak henti menangis menatap Sean yang sedang ditangani melalui pintu ruangan ditemani dengan Akna yang juga meneteskan air matanya yang melihat Lia seperti takut kehilangan.

"Akna... Sean enggak akan tinggalin Lia kan?"bibir Akna kelu tak mampu menjawab. Ia hanya diam dan mengusap punggung Lia.

"Sean!"atensi mereka semua berubah ke arah dua orang paruh baya yang baru saja datang.

"Kavi! Sean mana?"tanya Irene.

"Sean masih di dalam tan..."lirih Kavi seraya menunduk. "Ma-maafin Kavi om... Kavi lalai jagain Sean.."Kavi terisak pelan. Baik Irene dan Juna tidak merespon Juna memeluk Kavi dan Irene menghampiri pintu yang didepannya ada dua orang gadis.

"Lia..."lirih Irene yang tak menyangka Lia ada disini.

"Mami..."ucap Lia. Irene langsung berhamburan ke pelukan Lia dan menangis disana. Begitu juga Lia yang menumpahkan tangisannya.

"Sean enggak akan tinggalin kita kan Mi?"tanya Lia disela-sela tangisnya.

"Pasti. Sean pasti enggak akan tinggalin kita"jawab Irene.

Pintu pun terbuka menampilkan Febian disana. Dokter sekaligus om dari Sean. Mereka semua kemudian mendekat ke arah Febian.

"Kak! Gimana kondisi Se?"tanya Irene.

Febian menghela nafasnya sebentar. "Syukurlah Sean enggak papa"ucapnya seraya tersenyum pada adiknya itu.

"Makasih Kak"ucap Irene.

"Ini udah tugas Kakak. Masuk gih! Sean udah sadar cuman masih sedikit lemas. Kakak pergi dulu"ucap Febian lalu pergi dari sana.

Irene, Juna, Lia, Kavi dan Akna lalu kemudian masuk kedalam. Sean menoleh dan tersenyum tipis.

"Se... apa ada yang sakit?"tanya Irene. Sean menggeleng. "Maaf udah buat Mami Papi khawatir"ucapnya.

"Enggak. Kata Om Bian Se baik-baik aja"tutur Juna.

Irene dan Juna saling menatap. Mereka berdua mengerti pasti teman-teman Sean ingin berbicara dengan mereka tertutama Lia. Yang sedari tadi menunduk menangis di belakang Kavi.

"Mami Papi keluar sebentar ya"pamit Irene dan diangguki oleh Sean.

Kini tersisa tinggal Kavi, Lia dan Akna. Kavi maju berdiri di samping Sean.

"Maafin gue Se. Lo gini karna gue. Maaf.."ucap Kavi tulus. Sean rasanya ingin tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Kavi saat ini. Sean tersenyum tipis, "lo nangis Kav?"tanya Sean dengan nada ya... sedikit mengejek. Kavi tersadar dengan nada bicara Sean yang mengejeknya langsung melotot.

"Enggak! Lo sakit-sakit masih rese ya Se!"kesalnya.

"Haha... ini bukan salah lo. Gue juga berterima kasih karna udah ajak gue kesana"ucap Sean sambil melirik Lia yang masih menunduk di belakang Kavi. Kavi yang tau kode akhirnya menyingkir.

Sean kemudian merubah posisinya menjadi duduk.

"Lia..."panggil Sean. Kepala Lia terangkat kemudian langsung memeluk Sean.

"Sean enggak papa kan?"Sean mengangguk dalam pelukan itu.

"Lia kangen Sean... Lia sayang Sean... jangan tinggalin Lia.."

"Gue enggak janji Ya..."lirih Sean.

"Cepat atau lambat gue akan pergi Ya... maaf"gumam Sean dalam hatinya.

________________________________

Ayo tekan bintangnya👌

Sengaja dipercepat ketemunya karna chapternya memang mau dibuat sedikit😁
Maaf ya kalo ceritanya kurang bagus, kurang menarik. Dikomen ok👌 biar gue lebih semangat nulis dan tamatin cerita ini.

Menurut kalian 'Sagara Alsean' H end? Atau S end?

Sagara AlseanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang