#03. Pernikahan.

37 7 0
                                    

Tony dan Bunga tambah khawatir setelah Andre bercerita apa yang dialami Arleto di rumah sakit tadi.

"Tapi besok kamu udah nikah kalian bakal tinggal satu atap apa nggak papa?" Tanya Bunga mengelus puncak kepala Arleto.

"Apa? Kok mamah nggak bilang?!" Arleto langsung protes.

"Tenang aja, status kalian bakal disembunyikan kok, nggak ada yang tau" Ucap Tony.

Bahu Arleto langsung melemas.

"Apa secepat itu mah pah?" Tanya Andre.
"Andre gak tega lihatnya"

Tony diam, dia merasa ada perasaan bersalah yang hinggap dihatinya karena menyetujui perjodohan ini hanya demi bisnis, mental anaknya saja belum membaik dan Dihadapkan dengan kenyataan bahwa Arleto akan meninggalkan rumah ini.

"Ini salah papah, papah rasa papah belum bisa jadi ayah yang baik buat kamu" Ucap Tony tiba tiba.

"Jangan nyalahin diri sendiri pah, takdir Arle emang udah gini jalannya, jadi Arle harus Terima apapun itu" Balas Arleto.

Keluarganya justru tambah khawatir dengan Arleto kedepannya apalagi ketika sang mamah menanyakan suatu hal.

"Lalu Jihan? Apa kamu belum siap ngasih tau yang sebenarnya? " Ucap Bunga.

"Em.. Kalo Arle ngasih tau, Arle bakal ngerasa gak nyaman deket deket sama dia, Arle juga pengin tau sifat aslinya gimana, apa dia bakal nerima aku apa adanya, mamah papah nggak usah khawatir Arleto kan bisa jaga diri, udah gede juga! Nanti kalo waktunya tepat Arle bakal bongkar semuanya kok! " Balas Arleto.

Ah, sedikit infromasi, keluarga Devan memang memanggil Arleto dengan 'Arle', panggilan yg berbeda untuk anak kesayangan.

Apakah saudara Arleto yang lain cemburu? Tentu tidak! Didalam hangatnya rumah ini, menurut mereka Arleto sangat lucu dan menggemaskan jadi mereka juga menyayangi Arleto.

"Yang diucapin Arle emang menurut aku bener kok pah mah" Bela Andre.

Tony dan Bunga juga mengangguk setuju.

"Iya bener"

**************

"Sah para saksi? "

"Sah! "

Ya kini kelangsungan pernikahan mereka diselenggarakan.

Arleto benar benar tidak siap dengan semua ini.

Lalu Jihan mengambil tangan Arleto dan bermaksud menciumnya.

Mereka juga bertukar cincin.

Dan acara pun berlanjut dengan pesta makan makan.

Kedua mempelai duduk bersama tapi tidak ada yang mau berbicara duluan.

Acara juga berlanjut sampai malam hari.

Setelah acaranya selesai.

"Jihan nginap sini dulu ya" Ucap Bunga.

"Em oke tante" Jawab Jihan.

"Panggil mamah aja"

"Iya mah"

"Ayo Ar anter kekamar kamu" Kata Bunga.

Arleto terkejut "mah tapi"

Bunga sadar dikamar Arleto ada sekotak bedak hitam disana takut jika Jihan mencurigai Arleto.

"Oh iya, lupa, mamah udah siapin kamar lain buat kalian, Arleto anter ya, jangan lupa istirahat" Lalu Bunga meninggalkan mereka berdua dengan tersenyum.

"Ayo" Ajak Arleto.

Jihan masih tak suka dengan cowok culun yang aslinya gantengnya gak manusiawi ini.

Jihan lalu mengikuti langkah Arleto.

Didalam pun Arleto tetap cuek dia mengambil handuk tapi tidak mandi di toilet sana justru mandi dikamarnya yang asli.

"Eh Arleto!" Panggil Jihan.

"Ya?"

Jihan menggeleng "lo mau mandi dimana? Disini ada toiletnya kan?"

Tenang Arleto, ayo buat alasan lain!

"Aku... Ah itu! Bajuku masih dikamar sana" Setelah menjawab Arleto buru buru pergi dan langsung ke kamarnya.

Dia juga tak lupa mengunci pintu kamarnya agar tidak ada yang masuk nanti.

Pagi hari pun tiba.

Arleto merasa hari harinya tidak ada yang beruntung, semalam dia lupa tidur dikamarnya dan tidak balik lagi ke Jihan.

Jihan walau tidak suka dengan Arleto dia tetap sadar statusnya sudah menikah dan jujur dia tadi malam juga menunggu Arleto.

Dan gagal lah malam pertama mereka.

Pagi ini pun Jihan dengan telaten mengambilkan nasi untuk Arleto.

Apakah Jihan tulus? Tentu tidak dia hanya mencari muka didepan mertuanya.

"Papah senang menantu papah orang baik ternyata" Puji Tony.

"Kak Andre udah berangkat mah?" Tanya Arleto

"Iya tadi pagi banget kayanya kelas pagi" Arleto hanya mengangguk.

Dan mereka pun sarapan bersama.

Saat Arleto minum, Jihan menatap sesuatu yang aneh.

Jihan rasa Arleto punya bibir yang pucat dan tidak merah tapi kenapa saat setelah minum bibir Arleto berubah menjadi semerah ceri?

Hei bahkan lebih bagus dari Jihan yang Notabenenya gadis cantik.

Arleto sadar Jihan sedang menatap dirinya, setelah selesai Arleto langsung pamit lalu berdiri dan pergi ke kamarnya dan mengaca disana.

"Oh shit! Kenapa gue selalu sial sih?" Gerutunya kembali menata make up yang terhapus pada bibirnya.

Saat turun ternyata Jihan sudah menunggunya.

"Kalian hati hati ya" Pesan Bunga.

Lalu mereka berdua pun berangkat.

Jihan hanya sibuk memainkan iPhone dan Arleto yang sibuk menyepam chat pada kakanya, hanya saja Arleto gabut jadi dia chat kakaknya saja dan curhat sendiri walau Andre sedang tidak online.

Karena Arleto peka dan tau Jihan pasti malu jika ketahuan berangkat dengannya akhirnya Arleto meminta pak supir untuk menurunkannya jauh dari gerbang sekolah.

Belum sempat Jihan buka mulut, Arleto langsung berlari pergi.

"Itu anak aneh banget sih!"

Jihan merasa Arleto benar benar aneh.

************

Dikelas teman teman dekat Jihan heboh karena tau Jihan menikah dengan siswa paling cupu di sekolah ini.

"Beneran?! Kok lo nggak nolak sih?!" Protes Vina.

"Ya gimana nolak gituh, demi bokap!"

"Iya deh Sultan" Jawab Gita.

"Ya udah nanti setelah pulang sekolah kita ngemall! Gue traktir deh!"

Kedua sahabatnya langsung memeluknya.

"Jihan yang terbaik!"

Berbeda dengan kelas Arleto, anak cupu itu dijauhi oleh teman sekelas.

Arleto cuma jadi kutu buku di bangku pojok kelas dan hobi dengerin musik.

***********

See youuuuuuu v3

ARLETO (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang