Chapter 3 : Pria Bertopeng Perak

236 58 8
                                    

Zeo meliriknya, "Pangeran? Tunggu saja, dia akan datang."

"Itu dia," tunjuk Zeo.

Shura iba melihat pemuda yang berjalan dengan kepala menunduk. Tubuh putra mahkota berbalut pakaian dan jubah yang lebih besar dibandingkan ukuran tubuhnya, membuat putra mahkota terlihat buruk. Putra mahkota berjalan sembari menyeret kaki kiri.

"Selain buruk rupa. Kakinya juga sama," komentar Cleo menatap remeh pria itu.

Shura meneliti cara berjalan putra mahkota itu, tidak seperti cacat justru terlihat sengaja dibuat luka.

"Kakinya kenapa?" tanya Shura menyenggol Ellen.

"Tentu saja cacat," sahut Zere sinis.

"Itu seperti dipatahkan," tukas Shura sembari menggeleng.

"Selain indah, matamu jeli juga," puji Zeo terkesan.

Shura berdecak, kembali bertanya apa yang sebenarnya terjadi kepada Zeo. Sejak melihat putra mahkota itu hingga sekarang duduk di sebelah Raja, dia tidak dapat menembus pikirannya.

"Dia ditindas oleh para pangeran. Setiap ada pertarungan mereka akan menghabisi Putra mahkota, minimal membuatnya berbaring ditempat tidur selama berhari-hari. Kemarin saja putra mahkota pulang dengan keadaan terluka parah," jelas Zeo miris.

"Apa Raja tidak menghukum mereka?"

Zeo menutup mulutnya menahan tawa.

"Siapa yang akan peduli kepada anak cacat yang tidak dapat melakukan apapun."

Dia mendongkak menatap tepat ke atas menara bagian barat yang terdapat bendera Ursula yang berkibar, bendera yang melambangkan kemegahan Ursula tapi sayang isinya begitu mengecewakan untuk Shura sendiri.

"Saya tidak dapat melakukan sesuatu. Hanya tangan kanan yang tidak berguna saja," ujar Zeo menunduk menatap sepatu berwarna putihnya.

"Sayangnya aku tidak percaya," sahut Shura kembali menatap putra mahkota.

Pemuda itu terus menunduk menghindari tatapan jijik serta cemoohan yang dilayangkan. Walaupun dengan berisik-bisik tapi telinga Lycato dapat mendengarnya. Sebuah kelebihan yang sangat dia benci.

"Pangeran Castor!"

"Pangeran Xio."

"Mereka sangat tampan."

Dia melirik tiga orang yang menjadi pusat perhatian semua orang saat ini. Kali ini dia juga tertarik untuk melihatnya, tampan dan gagah. Aura mereka juga begitu kuat. Castor berjalan sembari menampilkan raut wajah datar sedangkan dua orang di belakangnya menyapa semua orang dengan hangat.

"Pangeran Castor sangat tampan," puji Cleo menangkup wajahnya sendiri.

Ellen berbisik kepadanya, "Katanya dia yang akan menggantikan posisi putra mahkota."

"Orang sepertinya? Tidak ada yang lebih baik," cemooh Shura.

"Dia sudah sangat baik," Desis Cleo.

Tidak ada yang sadar jika semua orang diam dan menatap empat gadis yang beradu argumen tersebut.

Zele menyentil keningnya, "Jangan salah! Pangeran Castor itu bijaksana dan sangat tampan. Banyak para wanita yang berlomba-lomba ingin menjadi pendampingnya."

"Kucing milikku jauh lebih tampan," sahut Shura tanpa berdosa.

Castor terbatuk untuk menarik perhatian, "Kucing anda? Saya yang tampan ini disamakan dengan kucing. Sungguh berani!"

Keberanian gadis ini membuat Castor kagum dan kesal disaat yang bersamaan. Dengan keangkuhannya, Castor meminta Shura untuk maju ke depan. Ingin melihat secara jelas orang yang menyamakannya dengan kucing.

Marera [Istri Putra Mahkota]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang