Chapter 07 : Green Forest

153 34 7
                                    

Green forest terlihat seperti hutan pada umumnya tapi salah satu tempat berbahaya di Ursula. Pagi ini semua calon di lapangan dekat hutan, tenda -tenda di pasang. Semua orang sudah siap.

Kecuali Shura, pertama dia tidak bisa memanah. Keuntungan baginya hanya bisa berkuda dan kakinya sudah sembuh.

Shura menatap ragu busur panah yang disodorkan oleh pengawal kerajaan. Ellen menyenggol bahunya, jadi dia mengambil busur tersebut.

"Shura, tak apa kau tidak mendapatkan buruan. Asal keluar dari hutan itu dalam keadaan selamat," bisik Ellen.

"Iya," jawab Shura.

"Aku beritahu, tidak ada orang yang keluar dari hutan itu tanpa luka. Bisa juga dalam keadaan tidak bernyawa, hanya orang berilmu tinggi bisa keluar tanpa luka," jelas Ellen berbisik karena itu adalah sebuah rahasia yang tidak diketahui banyak orang.

"Tenang saja," sahut Shura.

"Apalagi jika bertemu penunggunya. Sudah dipastikan tidak dapat keluar," Ujar Ellen cemas.

"Jangan terlalu khawatir berlebihan," sahut Shura menepuk bahu Ellen.

Ellen menggeleng, dia tidak mengkhawatirkan dirinya tapi lebih mengkhawatirkan Shura yang wajahnya masih terdapat luka basah.

"Jaga lukamu, jangan sampai berdarah karena akan mengundang hewan spritual bahkan moster," pesan Ellen.

Shura mengangguk sembari membenarkan penutup wajahnya.

Semua peserta diberikan bom cahaya untuk memberikan kode jika ingin menyerah. Mereka juga diberikan kuda.

Shura mengeluh karena mendapatkan kuda yang kecil dibandingkan yang lain.

"Aku pengertian karena kau terluka, jadi aku meminta Raja memberikan kuda kecil untukmu," ujar Pangeran Castor.

"Terima kasih atas kerendahan hati anda, Pangeran kedua," sahut Shura sarkas.

Dia menaiki kuda tersebut dan menyusul yang lainnya masuk hutan karena gong sudah berbunyi. Kuda berwarna cokelat itu melangkah kecil karena kakinya pendek.

Shura mengambil arah ke barat sendirian, jalannya lebih sepi dan sedikit berkabut.

Pepohonan berdaun yang tertiup angin saling bergesekan menciptakan suara. Rumput-rumput liar pun turut bergoyang mengikuti angin. Shura tidak memiliki tujuan hanya mengikuti jalan setapak saja.

"Menikmati ketenangan?"

Dia terlonjak, menarik tali kudanya kemudian mendongkak ke atas pohon mencari sumber suara. Seorang pria berambut putih panjang dengan pakaian serba hitam, mirip iblis.

Sial wajahnya tampan!

"Kau siapa?" tanya Shura.

"Hanya orang biasa yang ingin melihat keributan," jawabnya.

"Kau tertarik melihat seleksi ini," tukas Shura aneh.

"Tentu saja semua orang tertarik," tuturnya.

Mata pria tersebut perlahan berubah menjadi putih, dia mengeluarkan desisan seperti ular untuk menakuti wanita tersebut. Namun, Shura justru diam sembari menaikan sebelah alisnya.

"Kau sedang apa?" tanya Shura malas.

Duar! Pria itu terkejut bukan main. Semua orang yang melihat matanya akan lari ketakutan berbeda dengan Shura.

"Kau tidak takut?" tanya pria itu mengubah matanya kembali normal.

"Untuk apaapa takut," cibir Shura.

Marera [Istri Putra Mahkota]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang