Chapter 5 : Merpati Putih Pak Tua

165 37 0
                                    

"Ini sudah biasa," sahut Lycato.

Shura merasa sial berada di sini dan dia tidak tahu caranya kembali. Melihat mayat mereka membuatnya yakin jika dia akan berakhir mengenaskan juga.

"Pangeran, kekuatan mereka sudah diserap," ujar Zeo.

"Kuburkan dengan layak," perintah Lycato.

Mereka dikuburkan tanpa nisan bernama karena tidak ada yang tahu siapa mereka. Shura menarik baju Zeo.

"Aku rasa, aku harus kembali," ucap Shura.

"Kalian kembali lebih dulu," sahut Lycato.

Dia memberi hormat sebentar kemudian kembali bersama Zeo. Seleksi memasak sudah selesai dan yang lolos hanya seratus orang saja.

Mereka kembali ke tempat masing-masing sama seperti Shura yang tinggal bertiga dengan Ellen dan Cleo di gudang.

Shura mengigit jari telunjuk setelah melihat kejadian di lapangan hatinya tidak tenang. Ellen sampai menggoyangkan bahunya.

"Apa?" tanya Shura.

"Jangan melamun," tegur Ellen.

"Kau memiliki merpati?" tanya Shura pelan.

"Aku orang miskin, mana mungkin memiliki hewan itu," jawab Ellen.

Shura murung, merpati adalah satu-satunya harapan dia untuk mengirim surat. Dia tak bisa berdiam diri lalu mati di tangan mereka, terlalu hina baginya mati dengan alasan yang tidak jelas.

"Aku tahu orang yang memiliki merpati. Kalau kau sangat membutuhkannya aku bi—"

"Bawa aku ke sana," potong Shura cepat.

Ellen mengangguk.

"Aku ikut," sahut Cleo tidak ingin ditinggalkan sendirian.

Shura menyetujuinya, dia mengikuti Ellen dari belakang. Semua peserta boleh keluar masuk kerajaan asalkan bersama pengawal.

"Tunggu, pengecualian untuk anda. Ratu melarang anda keluar," ucap penjaga gerbang menunjuk Shura.

"Kenapa?" tanya Shura terkejut.

"Asal-usul anda tidak jelas, takutnya membahayakan, luka anda belum sembuh," jawabnya.

"Terima kasih atas perhatiannya, tapi aku tidak butuh," sahut Shura.

"Biarkan dia keluar, aku akan bersamanya."

Dia menoleh ke belakang, memberi hormat kepada Lycato lalu mundur memberikan jalan. Dia memperhatikan para penjaga gerbang tersenyum mengejek ke arah Lycato.

"Bukankah tidak pantas menertawakan Pangeran," gumam Shura.

"Semua orang di kota bahkan menghinanya," bisik Ellen.

Dia berdecak kemudian mengikuti Lycato keluar gerbang, ternyata ada sebuah kereta kuda di luar gerbang, ini keberuntungan untuk Shura.

"Kalian akan pergi ke mana?" tanya Lycato.

"Ada urusan," sahut Shura.

"Naik, kami antar kalian," suruh Lycato.

"Itu memang keinginanku," kekeh Shura .

Ellen membantunya duduk nyaman di dalam kereta, sedangkan Cleo dan Ellen di luar katanya terlalu sungkan satu kereta dengan seorang pangeran.

"Ellen, tunjukkan jalannya," perintah Shura.

"Kau seperti seorang Putri saja," cibir Cleo.

"Jika kau tahu jalannya, aku akan menyuruhmu," tukas Shura.

Marera [Istri Putra Mahkota]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang