Chapter 06 : Perkenalan Para Pangeran

158 29 0
                                    

Shura menunggu apa yang akan Raja itu lakukan malam ini. Dari wajah berseri tersebut, Shura tebak Raja Holmes sedang bahagia.

"Di sini aku akan mengenalkan orang-orang kepercayaan dari para lpangeran. Silakan kalian duduk dan nikmati," ucap Raja Holmes semangat.

Pembicaraan diambil alih oleh tangan kanan Raja, kata Ellen pria itu bernama Jack.

Jack menjelaskannya mengenai apa saja yang akan dilakukan malam ini.

"Kita mulai dari Pangeran ke-empat, Pangeran Xavy Eleuther!" teriak Jack.

Gemuruh tepuk tangan yang seirama memecahkan keheningan malam, semua orang bertepuk tangan untuk pria berwajah imut yang diikuti orang-orang sangar di belakangnya dengan baju besi berwarna perak.

Pertunjukan tombak yang diperlihatkan oleh pasukan perak tersebut tidak menarik perhatian Shura, ini sangat membosankan menurutnya.

"Shura, lihat pelayan-pelayan perempuan itu sangat cantik," puji Ellen menyenggol tangannya.

"Ya," sahut Shura bosan.

Dia bertepuk tangan pelan sebagai apresiasi saja.

"Baik, selanjutnya kita akan melihat pasukan milik Pangeran ke-tiga yang tidak kalah hebat, silakan Pangeran Exion Grigory," ucap Jack.

Langkah kaki dari pasukan berbaju besi berwarna merah tua membuat tanah yang dipijaknya sedikit bergetar, mereka membawa busur panah dengan gagah.

"Halo semuanya, aku akan membuat kalian terkesima dengan pasukan Clancy!" seru Xio angkuh.

Shura tersentak mendengar nama pasukan yang konyol tersebut. Kali ini dia cukup tertarik untuk melihat sehebat apa pasukan pria itu.

Xio menyuruh pelayan-pelayan wanita berbaris dengan apel di kepala mereka, dalam hitungan ke tiga dengan mata yang tertutup pasukan Clancy menunjukkan kelihaian mereka dalam memanah.

"Sangat hebat!" puji Cleo berdiri.

Setengah dari wanita menjerit memuja pangeran ketiga tersebut.

"Ini belum seberapa masih banyak hal yang dapat mereka lakukan, tapi sayang Raja tidak mengizinkan aku untuk memperlihatkan semuanya. Selain itu aku memiliki dua ratus lebih pelayan wanita," jelas Xio sebelum kembali ke tempatnya.

"Baik, selanjutnya pasti kalian sudah menunggu untuk melihat orang-orang hebat di belakang Pangeran ke-dua. Pangeran Castor silakan tunjukkan kehebatan anda!" seru Jack tegas.

Castor berjalan angkuh sembari memegang pedangnya. Sekarang semua wanita menahan jeritan melihat pasukan milik Castor yang memakai baju besi berwarna Biru tua.

Ditambah pelayan-pelayan wanita membawa permen dan dilemparkan kepada mereka.

Shura menyingkirkan permen yang jatuh di tangannya. Dia menatap datar pasukan Falvish yang lihat memarkan teknik pedang mereka.

"Aku lihat kau tidak tertarik dengan ini semua, padahal mereka keren," bisik Ellen.

"Aku sudah melihat yang lebih menakjubkan daripada teknik pedang biasa ini," tukas Shura.

"Di mana kau melihatnya? Setahuku kau tidak tahu apapun," tutur Ellen bingung.

"Dipikiranku," sahut Shura cepat.

Shura menoleh ke kanan saat Jack berkata jika selanjutnya adalah giliran Putra Mahkota maju. Tidak ada suara tepuk tangan dan pujian justru cemoohan dan tawa penuh hina yang Shura dengar.

Dia melihat Lycato berjalan bersama dengan dua puluh orang di belakangnya yang memakai baju berwarna hitam, bukan baju besi seperti yang lainnya.

"Selamat malam semuanya, aku mewakili Pangeran meminta maaf kepada Raja karena kami tidak bisa menampilkan sesuatu," ujar Zeo penuh sesal.

"Mereka payah menggunakan pedang, lihat saja ada lima orang yang hanya memiliki satu tangan," cibir Xio.

"Benar Pangeran ketiga, selain ini kami juga tidak memiliki pelayan perempuan. Maka, untuk calon-calon pendamping putra mahkota saya rasa kalian akan kecewa karena kami tidak dapat memberikan kenyamanan," jelas Zeo tersenyum tipis.

Benar-benar tidak ada yang ditampilkan oleh mereka, sekedar kalimat tersebut saja dan mereka kembali ke tempat semula.

"Aku tak percaya ini," gumam Shura.

"Kau berharap apa? Semua tahu kalau putra mahkota tidak memiliki orang hebat kecuali Zeo," terang Cleo sinis.

"Aku akan menjadi istrinya," ucap Shura tajam.

Ellen dan Cleo membulatkan mata, menatap Shura tidak percaya.

"Kau yakin mau seumur hidup menjadi hinaan orang?" tanya Cleo.

"Jika aku tak bisa menjadi istrinya, lantas aku akan tinggal di mana," jawab Shura setelah memikirkannya.

"Kau bisa menumpang di rumahku," timpal Ellen.

Shura menggeleng, hidup Ellen sudah susah dan dia tidak akan menjadi beban. Lebih baik menjadi istri Lycato sambil mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai Pangeran pertama di Kerajaan ini menjadi seperti sampah bagi semua orang.

"Kenapa kalian mundur?" tanya Shura bingung.

Dua puluh lima orang wanita mundur.

"Aku tidak ingin melanjutkannya. Kau lihat sendiri Putra Mahkota beban dan tidak memiliki pelayan wanita untuk memanjakanku."

Jawaban yang luar biasa, wanita-wanita itu diantar oleh para pengawal kerajaan keluar.

"Saya sudah menebak hal ini akan terjadi. Dan saya sudah sepakat bersama Ratu untuk ujian akan diubah dan dilaksanakan dua hari lagi," ucap Raja Holmes.

"Kalian akan berburu di hutan hijau selatan menggunakan kuda, siapa yang mendapatkan buruan dia pemenangnya."

"Hutan hijau, aku rasa aku akan mati," gumam Cleo.

"Kenapa?" tanya Shura memegang lengan Cleo yang melamun.

"Hutan hijau selatan itu sering digunakan untuk latihan militer, banyak jebakan di sana dan hewan spiritual lainnya," jawab Cleo khawatir.

"Itu saja? Tapi kenapa wajahmu sangat pucat?" tanya Shura menaikan sebelah alisnya.

Cleo melirik sekitar memastikan mereka juga sedang sibuk bergumam. "Lihat wajah mereka, hutan hijau itu rumit tidak bisa keluar mudah dari sana," jelas Cleo.

"Kau memiliki cara keluar dari sana?" Shura menatap Cleo.

"Semua bisa keluar jika tidak bertemu dengan penunggu hutan tersebut," jelas Cleo.

Shura merangkul bahu Cleo menenangkannya. "Sudahlah, lagi pula mereka tidak akan membuat kita dalam bahaya, tenang saja."

Cleo memejamkan mata dia ingin mengatakan sesuatu kepada Shura tapi tidak bisa, dia takut mereka mendengarnya.

Benar kata Shura mereka mungkin tidak akan menyakiti karena ini seleksi pemilihan calon istri. Cleo percaya kepada Raja dan Ratu tapi Cleo tidak percaya kepada para pangeran.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan," ujar Shura tersenyum tipis.

Marera [Istri Putra Mahkota]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang