Bagian 14: Keajaiban?

85 10 0
                                    

"Tetes hujan itu kenapa kalau turun selalu bersama-sama?" Tanya Alana kecil.

Handa mengelus kepala Alana lembut, "kalau sendirian nanti dia kesepian."

"Memangnya kenapa kalau kesepian?"

"Kalau kesepian kamu akan sedih," jawab Handa mengulas senyum tipis.

"Rasanya sepi itu bagaimana, ayah?"

"Rasanya itu, kosong dan hampa. Alana enggak akan betah dengan rasa sepi."

"Tapi Alana suka sendirian, ayah," Alana berbicara disertai matanya yang berbinar terang.

Handa selalu suka ketika Alana terus menerus melontarkan pertanyaan. Alana itu salah satu anak yang mudah sekali ingin tahu akan suatu hal. Entah karena daun jatuh, batu yang keras, atau bahkan bertanya tentang kenapa kita bernapas?

Dan Handa dengan senang hati menjawab semua pertanyaan yang diajukan Alana. Dia senang ketika Alana melontarkan berbagai jawaban yang menakjubkan nantinya.

"Rasanya itu tenang dan damai. Alana tahu satu hal, ayah."

"Apa?" Handa menatap Alana lekat.

"Ketika jatuh, setiap insan di dunia ini tidak ingin sendirian. Itu terasa menakutkan. Jadi lebih baik jatuh bersama-sama, iyakan, ayah?"

Handa mengusap kepala Alana dengan sayang. " Anak ayah pintar. Alana mau jatuh sendirian?"

Alana menggeleng, "Alana tidak mau jatuh sendirian ayah. Alana ingin seperti hujan. Jatuh berhambur bersama-sama. Satu sakit, maka semua juga akan ikut sakit."

"Alana sayang, kamu tidak akan jatuh sendirian sayang. Ada ayah yang akan terjatuh bersamamu. Nanti jika Alana jatuh, ayah akan menarik Alana dan membuat Alana bangkit lagi. Ayah akan berusaha agar Alana tidak terjatuh lagi. Ingat, ada ayah."










****

Rachel terbangun di sebuah ruangan dengan nuansa serba putih. Tidak ada warna lain selain putih disini. Hanya ada ruangan hampa yang berwarna putih. Rachel meneriaki nama setiap orang disini, namun tidak ada yang menyahut sama sekali. Bagaimana ini? Ada dimana dia sekarang?

"Ayah?"

"Echan?"

"Mama?"

"Ada orang disini?" kini suara Rachel sudah mulai bergetar takut.

Seingatnya terakhir kali dia masih berada di ambulance, menamani Alana yang terbaring lemah akibat Lucas.

"WOI PLEASE ATUH SIAPAPUN KAMU, BAWA AKU KELUAR DARI SINI! AKU MAU KETEMU MAMA," Rachel berteriak di ruangan hampa ini. Hanya ada hening yang melandanya, tidak ada yang menjawab seorang pun.

Sampai sebuah langkah kaki yang menggema mengagetkan Rachel dari keterpakuan. Cahaya bersinar begitu menyilaukan namun silau yang tidak membutakan mata.

Tuk

Tuk

Tuk

Langkah kaki terasa semakin dekat, Rachel berdoa dalam hati mudah-mudahan bukan setan yang menakutkan yang akan muncul. Rachel memejamkan mata, takut dengan apa yang ada di depan matanya saat ini. Takut jika yang ada dihadapannya itu sesosok makhluk menyeramkan.

 Takut jika yang ada dihadapannya itu sesosok makhluk menyeramkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mama, Look at Me Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang