Prolog

1K 69 0
                                    

Jakarta, 2002



Alana.

Nama seorang gadis yang memilik netra mata kecoklatan disertai senyum yang mampu membuat siapa saja merona saat menatapnya. Hanya satu kata yang dapat menggambarkan seorang Alana. Cantik.

Alana baru saja lulus SMA. Alana mempunyai cita-cita besar, yaitu menjadi seorang dokter. Katanya, dokter itu hebat. Alana mau seperti mereka yang menyelamat nyawa oranglain.

Kamu bisa saja memiliki mimpi yang tinggi. Soal mengabulkan? Itu hanya kuasa-Nya.

Manusia hanya bisa berangan, tanpa bisa menebak kedepannya angan tersebut dapat dikabulkan atau tidak. Begitu juga sama halnya dengan keinginan Alana. Dia hanya bisa berharap tanpa tau ada petaka di depannya.

Suatu malam, pada pukul 23.00 Alana mendapatkan sebuah telepon. Tanpa berfikir macam-macam, Alana mengangkatnya.

"Jeff, kenapa?" tanya Alana sambil menguap lebar.

"Halo, ini Alana sahabat Jeff kan? Dia mabok nih." jawab sebuah suara di ujung sana.

"Haduh, memang kamu gak bisa bawa dia pulang?" tanya Alana cemas sambil menggigiti kuku.

"Sayangnya gue enggak bisa. Gue harus nge-DJ bentar lagi. Please Alana, jemput Jeff di Club. Nanti alamatnya gue sms ke nomor lo yah!"

"Halo? H-halo?"

Panggilan sudah di tutup menyisakan Alana yang menatap bingung telepon yang dia pegang.

"Owkay, Alana. It's ok. Lo enggak akan kenapa-kenapa disana. Everything will be fine." Alana mencoba mensugesti dirinya sendiri.

Tanpa mengganti penampilannya yang kini hanya menggunakan Piama, Alana hanya mengambil sebuah jaket dan dompet. Dia berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar. Takut jika ayah dan ibu mengetahui kalau anak kesayangannya harus keluar rumah hampir tengah malam seperti ini.

Dewi keberuntungan masih berpihak pada Alana. Ada sebuah Taxi yang lewat membuat Alana tanpa harus menunggu lama.

Alana sudah tiba di sebuah Club malam yang terkenal di Jakarta. Saat akan memasuki club, Alana disuruh menunjukan identitas yang menunjukan dia sudah lebih dari 17 tahun. Untung saja ia membawa KTP miliknya.

Dia mengedarkan pandangannya, mencoba mencari Jeff dan Temannya di sebuah meja. Namun nihil, matanya belum juga menemukan Jeff. Alana terus memajukan langkahnya.

Beberapa pria terlihat menggoda Alana. Bahkan ada yang sampai mencolek tangan miliknya. Alana sudah ketakutan, tapi ini semua demi Jeff.

Akhirnya Alana menemukan Jeff di meja dikelilingi teman-temannya yang sudah mabuk juga.

"Jeff." Alana memegang tangan Jeff.

Jeff membuka matanya lantas memandang Alana dengan tatapan tidak suka.

"Alana, lo ngapain disini?" tanya Jeff mendesis tajam.

Alana menaikan alis heran, dia kan di suruh oleh teman Jeff?

"Gue yang suruh," kata seorang cowok yang memiliki tinggi lebih beberapa senti dari Jeff.

"Gue Jo, yang nelepon lo tadi."

Alana hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Jeff, pulang yuk? Kamu udah mabok."

Alana menarik tangan Jeff yang langsung di tepis oleh Jeff.

"Enggak, gue enggak mau pulang. Lo aja sana pulang."

"Jeffrey!" Alana membentak Jeff.

Di ujung sana, pada sebuah meja terdapat seseorang yang memandang Alana penuh minat. Little, girl.

"Gue enggak mau pulang, Alana! Lo aja sana pulang!"

Jeff mendorong tubuh Alana hingga menabrak dada Jo.

"Wow, santai Jeff. Lihat Alana udah jauh-jauh datang ke sini." Jo menatap Jeff tidak suka gara-gara tingkahnya yang kasar.

"W-what the- Fine! Aku akan pulang sendiri." Alana yang kesal meninggalkan Jeff yang masih saja meminum-minumannya.

Sementara Jo, tadinya ingin mengejar Alana namun panggilan di belakangnya mengharuskan dia kembali tampil menjadi DJ.

Di sepanjang jalan keluar, Alana terus saja mengumpati Jeff. Dia sudah datang jauh-jauh ketempat laknat ini, tapi usahanya harus berujung sia-sia. Seharusnya Alana memang tidak harus datang ke sini.

"Hi, sweetie."

Sebuah tangan menarik tangan Alana kencang, membuat dia harus berbalik dan menatap siempunya tangan. Sebuah seringai miring muncul, menampilkan wajahnya yang menatap Alana penuh minat.

"Don't Touch me, sir!" Alana menatap pria di depannya dengan sisa keberanian yang ada.

"Woho- Damn! You look so sexy in those pajamas or without them."

Glek

Alana menelan ludah dengan susah payah. Keberaniannya saat ini sudah di bawah 0%. Ya Tuhan, Alana harus bagaimana?

Pria di depannya memandang Alana penuh nafsu. Dia semakin menipiskan jarak diantara mereka. Alana mencoba memberontak, namun cengkraman pada pergelangan tangannya begitu kuat. Dia tidak dapat pergi dari hadapan Pria menyeramkan ini.

Wajah mereka semakin dekat hanya menyisakan beberapa senti saja, "Sweetie, my name is Lucas. But, you can call me darling."

Setelah mengatakan itu Lucas langsung mencium bibir Alana dengan penuh nafsu. Alana mencoba memberontak, mendorong dada Lucas dengan sebelah tangan yang tidak di cengkram oleh Lucas. Namun nihil, tenaga Lucas begitu kuat.

Alana menggigit bibir Lucas keras sehingga membuat Lucas mengaduh dan membuat pagutan mereka harus terpisah.

Lucas menatap Alana tajam lantas membopongnya menuju kamar yang berada di Club tersebut. Alana memberotak. Dia berteriak nyaring meminta pertolongan namun tidak ada satupun orang yang memperdulikannya.

Sampai mereka tiba di sebuah kamar, Lucas langsung membanting tubuh Alana ke sebuah ranjang dan mengurung Alana di bawah tubuhnya.

"Can you taste it, sweetie?" Lucas menekan tonjolan di pahanya pada Alana yang berada di bawahnya.

"Get away from me, bastard!" Alana meludah tepat di wajah Lucas.

Kontan saja perbuatan Alana mengundang amarah menggebu pada diri Lucas. Dia langsung menatap tajam Alana.

"Tadinya aku ingin bermain lembut untuk perempuan manis di bawahku. Tapi ternyata kamu memang minta aku kasarin."

Di malam ini, semua mimpi Alana terenggut habis hingga ke titik akarnya yang terdalam. Angan-angan tentang menjadi seorang dokter harus terampas begitu saja. Alana jijik pada dirinya sendiri.

Seharusnya aku tidak datang ke sini

Jeritan memilukan Alana 'Si Pemimpi' mengartikan bahwa mimpinya pada titik ini sudah berakhir. Alana hanyalah seorang wanita tanpa mahkota sekarang. Mulai di detik ini, Alana merasa dirinya tidak lagi berharga.

Lucas

Sampai kapanpun Alana akan selalu mengingat wajah pria itu. Wajah yang telah merenggut semua yang Alana punya. Demi Tuhan, Alana akan selalu membenci wajah seorang Lucas.

Mama, Look at Me Please?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang