Pertemuan NoHyuck-Le (4)

453 77 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Jam 4 sore, Chenle sudah berdiri di gerbang menunggu sang Daddy datang menjemputnya. Jantungnya berdegup kencang lantaran ini pertama kalinya ia dijemput seorang ayah setelah sekian lama, walau bukan ayah kandungnya. Terkadang dirinya rindu momen sederhana seperti ini. Karena saat bersama Kun, dirinya tidak pernah merasakan pulang bareng bersama seseorang.

Perlukah dirinya menunggu sampai jam 4 sore setiap hari agar bisa merasakan dijemput seorang ayah lagi?

Chenle tentu sanggup menunggu, tapi itu pasti akan merepotkan Daddy-nya karena tempat kerjanya sangat jauh ke sekolahnya, itulah kenapa Paman Kun tidak pernah bisa menjemputnya dulu dan berakhir dirinya berangkat dan pulang sendiri.

"Loh, kamu masih di sini Chenle-ya? Tumben sekali."

Chenle segera membungkukkan badannya saat melihat guru bahasa inggris sekaligus wali kelasnya. "Selama sore, Seonsaengnim." Sapanya. "Saya sedang menunggu jemputan."

"Siapa yang akan menjemputmu?"

"Daddy."

"Daddy?" Tanya guru itu bingung. Pasalnya yang ia tahu, orang tua Chenle sudah tiada. Atau mungkin Daddy yang muridnya maksud adalah Paman Kun? Pemikiran terakhir membuat raut bingungnya perlahan memudar seiring spekulasi di pikirannya mulai dapat diterima. "Kalau begitu saya duluan ya, kamu tunggu di dekat pos satpam saja supaya tidak ada hal yang tidak diinginkan." Pesan guru bahasa Inggris tersebut.

"Baik, Seonsaengnim." Jawab Chenle, lalu membungkuk lagi saat sang guru mulai melangkah menjauh dari Chenle. Segera remaja itu mengikuti pesan sang guru sehingga kini dirinya sudah berada di dekat pos satpam.

Chenle menunduk sambil mengayunkan kakinya, cukup bosan menunggu sendirian. Sepertinya memang sejauh itu letak kantor Daddy ke sekolahnya, dan Chenle harus berpikir ulang untuk bermimpi bisa dijemput setiap hari.

Setelah 10 menit menunggu, akhirnya suara klakson mobil berbunyi. Jika ditotal rupanya Chenle sudah menunggu 35 menit seorang diri di perpustakaan dan di depan gerbang. Tapi rasa bosannya segera meluap saat dirinya mendapat sambutan berupa usapan kepala yang lembut ketika sudah memasuki mobil dan memasang seatbelt.

"Bagaimana sekolahmu?" Tanya Jeno sambil mulai menjalankan transportasi pribadinya.

Lagi, Chenle lagi-lagi merasa senang karena ditanya tentang sekolahnya. Paman Kun memang sering menanyainya, tapi tentu rasanya akan berbeda saat yang bertanya adalah seorang calon orang tua.

"Sangat menyenangkan! Hari ini ada diskusi kelompok dan anggota kelompokku aktif semua, jadi kami bisa menyelesaikan diskusi dengan sangat baik. Lalu aku dipuji guru karena bisa menjawab soal di papan tulis. Aku juga banyak baca buku di perpustakaan sambil menunggu Daddy menjemput." Urai cerita Chenle dengan semangat.

Senyum merekah terlampir jelas di wajah rupawan Jeno, menciptakan bulan sabit kembar di kedua matanya. "Chenle hebat, Daddy bangga. Papi juga pasti akan senang mendengarnya. Nanti saat makan malam kamu pamerin kehebatanmu hari ini ke Papi, oke?" Request Jeno.

"Oke, Daddy!" Seru Chenle semangat.

Mereka pun tiba di sebuah toko khusus menjual ponsel bermerk yang ia ketahui harganya mahal dan kekinian di kalangan remaja. Chenle tahu merk ini, maka dari itu rautnya berubah menjadi bingung. "Apa kita akan abeli ponsel untukku di sini, Daddy?" Tanya Chenle.

"Tentu, kenapa? Chenle ga suka?"

"Suka, tapi bukankah harga merk itu terlalu mahal untukku?"

Jeno yang sudah melepas seatbelt-nya pun menghadap Chenle. "Tidak masalah, Daddy ingin memberikan yang terbaik untuk orang yang spesial." Jawab Jeno sambil membantu membuka seatbelt Chenle. "Ayo keluar."

Setibanya di dalam, Chenle celingukan melihat-lihat jejeran ponsel dengan harga yang tidak bisa dikatakan murah itu.

"Chenle mau yang mana?" Tanya Jeno.

Setelah keliling, akhirnya Chenle berhenti di depan ponsel yang menarik. "Aku mau yang ini." Tunjuknya.

Jeno mengerutkan dahinya, ponsel itu memiliki ukuran yang kecil, keluaran lama, dan memiliki harga paling murah di sini. Kenapa Chenle memilih yang seperti itu? Apakah karena sungkan?

"Chenle tunggu di mobil ya, Daddy yang akan bayar."

Chenle mengangguk semangat, lalu memasuki mobil terlebih dahulu. Tidak lama Jeno menyusul membawa kotak berisi ponsel dan menyerahkannya ke Chenle. Remaja itu tampak terkejut saat melihat kotak ponsel itu. "Daddy, aku tidak minta yang ini." Tuturnya, kini Chenle merasa terbebani karena menerima ponsel keluaran terbaru yang tentu saja pasti memiliki harga yang sangat mahal.

"Tidak apa. Kan susah Daddy katakan, Daddy ingin memberikan yang terbaik untuk orang yang Daddy anggap special. Kamu special, jadi sudah pasti layak mendapatkan itu. Kenapa? Kamu tidak suka?"

"Aku suka, tapi ini terlalu berlebihan, aku jadi merasa terbebani." Akunya.

"Haruskah kita ganti? Padahal itu hadiah dari Daddy dan Papi untuk Chenle." Tutur Jeno sedih.

Chenle tentu panik, jadi dirinya menggeleng cepat sambil melambaikan tangan. "Kalau begitu, jangan. Aku akan terima hadiahnya. Terima kasih banyak!" Seru Chenle yang mulai membuka kotak ponsel tersebut.

Jeno diam-diam menahan senyum, sepertinya Chenle lemah dengan kesedihan. Haruskah dirinya menggunakan itu supaya Chenle bisa menerima pemberiannya tanpa merasa sungkan? Mungkin harus jika memang diperlukan.

Sedangkan Chenle sibuk mengutak-atik ponselnya lantaran bingung dengan kegunaan fitur yang ada di sana. Tapi kendati demikian, Chenle merasa sangat bersyukur memiliki calon orang tua yang memberikan perhatian layaknya orang tua pada umumnya pada dirinya. Apakah orang tuanya di surga juga senang kalau Chenle memiliki pengganti mereka agar bisa melanjutkan hidup dengan kebahagiaan? Chenle harap iya, karena selain Jeno dan Haechan, tidak ada lagi orang yang mau menampung hidupnya dan memberikan kehidupan yang layak seperti mereka.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meet To Be Together || 지천 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang