Dreamlove 4

558 95 14
                                    

Dreamlove 4

Selesai OSPEK, panitia membuat inagaurasi—semacam acara pelantikan resmi mahasiswa baru yang sekaligus dilanjutkan penutupan OSPEK. Acara itu berlangsung sampai malam sekali, dan aku dijemput Mas Reki saat larut. Itulah kenapa tadi aku tidur lagi setelah salat Subuh dan baru bangun jam sembilan.

Kalau saja tidak ingat kalau menginap di dorm e-sport Mas Reki, mungkin aku akan tidur sampai sore saja. Pun aku tadi tidur sekamar dengan Mbak Sania di lantai tiga—lantai khusus para perempuan.

Dan mood-ku tambah terjun bebas saat melihat Mas Reki dan Mbak Vania duduk dekat sekali di ruang tamu. Mau berbalik ke kamar, Mbak Vania sudah menyadari keberadaanku lebih dulu.

"Sini, Dek."

Sambil memasang senyum—terpaksa—dan memeluk Bubu, aku lanjut menuruni anak tangga dan menghampiri mereka. Sengaja duduk di sofa tunggal yang jauh dari mereka.

"Baru bangun, ya?"

Aku mengangguk sambil menguap. "Capek, Mbak. Ngantuk."

Mbak Vania tertawa. "Ini belum apa-apa lho, besok kalau udah masuk kuliah, lebih capek lagi. Tugasnya nggak main-main banyaknya."

"Emang iya?" Mbak Vania mengangguk sambil tersenyum geli. "Tapi kok kalian bisa sambil jadi gamers kalau tugas kuliahnya banyak?"

"Kuncinya, ya bagi waktu." Mbak Vania menunjuk kardus MCD di atas meja. "Makan dulu."

Aku segera membukanya dan langsung berbinar melihat ada setangkup burger, fried fries dan saus di dalamnya. Kutaruh Bubu di atas sofa, sementara aku kini duduk lantai.

"Mas Alfi yang beliin, ya?" tanyaku setelah mencomot kentang goreng dan memasukkan ke mulut.

Mbak Vania mengangguk sambil tertawa. "Debat dulu sama dia nih."

Langsung kulirik Mas Reki yang sedari tadi diam. "Mas Reki mah suka gitu sama aku. Ini nggak boleh, itu nggak boleh."

"Kalau makanan sehat, boleh," jawab Mas Reki kalem.

Aku mencebikkan bibir. "Makanan sehat rasanya nggak enak."

Mas Reki berdecak, sedangkan aku dan Mbak Vania hanya tertawa. Ya beginilah. Walaupun tadi badmood, kalau sudah lihat burger, maka suasana hatiku akan meningkat. Karena burger adalah makanan kesukaanku nomor satu, oleh sebab itu Bubu—boneka burger yang dibelikan oleh Mas Reki—juga jadi favoritku.

"Aku mau bikin jus alpukat." Mbak Vania bangkit dan menatapku. "Vivi mau?"

Aku mengangguk. "Mau."

"Reki?"

Mas Reki melirikku, lalu menjawab, "Segelas sama Vivi aja."

Mataku membulat. Kulirik Mbak Vania yang alih-alih memasang wajah tidak suka, tapi malah hanya berdecak sebelum berlalu ke dapur.

"Ih kok sama aku!" Aku langsung protes kepada Mas Reki.

Mas Reki bangkit, lalu pindah duduk ke sofa di belakangku. "Kamu segelas suka nggak habis."

"Ih tapi kan nggak harus sama Mas Reki. Biasanya Mas Alfi suka habisin bekasku."

Sedetik setelahnya, aku berjengit kaget karena Mas Reki sudah pindah lagi ke sampingku. "Kamu lebih suka Alfi yang habisin minuman bekasmu daripada aku?"

Mataku mengerjap. Apalagi wajah Mas Reki berubah jutek. "Kan biasanya Mas Alfi—"

"Kamu lebih suka Alfi ketimbang aku?"

Mulutku seketika menganga. "Hah?"

Mas Reki menatapku lama, sebelum mendengus dan akhirnya malah bermain ponsel. Aku sendiri hanya bengong, terheran-heran.

***

Yang lumutan nungguin siapa nih? Hehe

Kabur dulu ah 🤣

Short Story (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang