Niskala 2

424 71 12
                                    

Aku tambahin preview-nya ya😁

Niskala 2

"Beneran ditampar sama dijambak?!"

"Beneranlah, masa bohongan."

"Terus Tante balas?"

"Ya iyalah, gila aja nggak balas."

Sepersekian detik setelah jawaban itu keluar dari mulut, sebuah toyoran dari belakang kudapatkan.

"Bar-bar," kata si pelaku, yang tak lain dan tak bukan adalah Arjun Najah, kembaranku.

"Bukan bar-bar, Om Ajun, tapi berani!" Gadis yang duduk di depanku, langsung menatap Ajun dengan mata memelotot dan bibir mengerucut. "Emangnya Om Ajun suka, kalau punya kembaran yang lemah dan nggak ngelawan kalau dijahatin?"

"Iya!" Aku menimpali. "Emangnya kamu mau, aku jadi kayak tokoh protagonis di sinetron-sinetron yang bisanya nangis dan meratapi nasib?"

Ajun yang diserang oleh dua gadis cerewet dalam hidupnya, hanya berdecak. Dia menatapku dengan tatapan jengah. "Lagian ngapain chating sama si berengsek itu?"

"Iseng." Aku menyengir, tapi langsung dihadiahi toyoran lagi. "Ya lagian mana aku tahu kalau si kadal itu punya cewek? Aku juga balas chat dia cuma beberapa kali, kok. Oliv aja yang bego punya pacar kadal masih ada dipertahankan. Buang ke laut pantesnya."

Ajun menyentil dahiku. "Jangan chating sama cowok asing lagi."

"Iya!" Aku mendengus.

"Terus-terus, Tante," Eleena, yang sekaligus keponakan tiriku itu, kembali mengambil atensi. "tadi dimarah sama Om Aksa?"

"Jelas, dong." Setelahnya aku menyeringai. "Tapi aku tadi bohongin om kamu itu, bilang pulang kuliah mau jalan sama cowok."

"Ih bisaan!" El terkikik. "Marah nggak, Om Aksa?"

Aku mengangguk sambil tertawa. "Tapi tadi berhasil kabur. Habisnya, om kamu itu sok overprotektif, sih. Bikin kesel aja."

"Bukan overprotektif, Tante. Tapi posesif."

Bibirku tercebik. "Dia anggap aku adiknya."

El tertawa. "Itu mah Om Aksa aja yang denial. Padahal aslinya nggak rela tuh mantannya sama cowok lain."

Ya, aku dan Kak Taksa dulu pernah menjalin hubungan. Awalnya aku mengungkapkan keinginanku ikut-ikutan teman untuk cari pacar. Hal yang ditertawakan Papa dan Ibu, namun mereka tidak menghakimi karena menganggap wajar di usiaku yang menginjak tujuh belas. Kak Nawa dan Kak Nabas—suaminya, juga tidak melarang meski memberiku banyak sekali wanti-wanti. Dan diamnya Kak Taksa, juga kupikir adalah persetujuan.

Lalu suatu ketika aku kenal dekat dengan ketua OSIS di sekolahku, tiba-tiba Kak Taksa mengungkapkan sesuatu. Bahwa dia sebenarnya menyayangiku melebihi saudara dan ingin aku jadi kekasihnya. Dan aku yang terlalu polos saat itu, menganggap tidak ada salahnya mencoba pengalaman pertamaku berpacaran dengan Kak Taksa. Toh dia baik dan sangat perhatian. Aku juga belum naksir si ketua OSIS.

Awalnya aku biasa-biasa saja karena memang tidak ada yang berubah dari cara Kak Taksa memperlakukanku. Apalagi memang sejak kecil kami dekat. Mungkin hanya skinship yang lebih intens dari sebelumnya. Namun namanya perempuan yang gampang terbawa perasaan, aku akhirnya mulai jatuh cinta sungguhan menjelang satu tahun hubungan kami.

Sayangnya belum lama aku sadar isi hati, kenyataan terkuak. Kak Taksa tidak pernah benar-benar mencintaiku. Dia melakukan kebohongan dan sandiwara itu hanya agar aku tidak dekat dengan sembarang laki-laki. Jahatnya, dia melakukan itu dengan sepengetahuan Papa. Mereka memang merencanakannya. Itulah untuk pertama kalinya aku kecewa kepada Papa, yang bersikap seolah tidak melarang tapi di belakang ternyata lain.

Short Story (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang