2. Tuan Putri Jadi Gadis Biasa
Bagaimana rasanya diberi kejutan di hari kelulusanmu? Jika itu kejutan menyenangkan, pasti rasanya itu akan menjadi hari yang sangat sempurna. Tapi jika kejutan itu serupa mimpi buruk, masihkah kamu bisa tersenyum?
Itu yang Hernawa alami, enam tahun lalu, di mana hari itu harusnya ia merayakan kelulusan SMA dan menjadi tiga besar pararel. Tapi tidak, karena kedua orang tuanya sama sekali tidak datang. Hari itu pertama kalinya ia merasa diabaikan, setelah selama delapan belas tahun selalu dimanjakan oleh Ayah maupun Ibu.
Ah ya, panggilan 'Tuan Putri' dari Nabastala memang bukan asal. Karena itulah Nawa tak pernah berhasil mengelak, karena itu benar. Menjadi anak tunggal Petra Bentala dan Ratu Maharani yang bergelimang harta membuat Nawa diperlakukan bab putri raja. Segala sesuatu yang ia ingin, selalu bisa dikabulkan dengan mudah. Pun meski sibuk dengan bisnis, Ayah dan Ibu tetap tak kekurangan melimpahinya dengan kasih sayang.
Tapi, sekali lagi, itu dulu. Sebelum enam tahun lalu. Sebelum dengan hati kecewa dan siap marah, Nawa pergi ke kantor Ayah dengan diantar pengawal cadangan yang ditugaskan Ayah untuk menjaganya. Dan sore itu, ia urung mengeluhkan kekesalan, ketika para orang dewasa telah lebih dulu memberinya sebuah kejutan. Di ruanh kerja Ayah, di mana ada Ibu yang berderai air mata, Ayah—yang terlihag kacau, kalut dan raut muka penuh penyesalan, Hera—mantan sekretaris Ayah yang resign dengan alasan menikah, dan juga Eyang Putri—ibu kandung Ayah.
Tidak, keberadaan empat orang itu bukan merupakan kejutan, jika Nawa tidak mendengar seruan menggelegar dari mulut Nenek. Sebuah pengakuan, yang membuat langit Nawa runtuh seketika. Bahwa seseorang yang selama delapan belas tahun Nawa anggap sebagai pria paling baik sedunia, ternyata tak lebih dari seorang pengkhianat. Seseorang yang mengotori istana kecil mereka dengan memasukkan seorang penyihir jahat berwajah malaikat. Seseorang, yang telah menanamkan makhluk kecil bukan pada perut Ibu.
Nawa patah hati, sama parahnya dengan apa yang Ibu rasakan. Hera, perempuan berjilbab yang ia anggap seperti tante dan kakak, ternyata resign karena telah dinikahi Ayah. Nawa pilu. Sebanyak ia berharap bahwa itu mimpi buruk, sebanyak itu pula kenyataan menamparnya keras.
Sejak itu Nawa membenci Ayah, Hera, juga orang-orang yang berada di sekeliling mereka, termasuk Nabastala—pengawalnya. Hidup baru Nawa dimulai. Nawa dan Ibu pergi, memisahkan diri, keluar dari istana itu. Mereka hidup berdua dalam kesederhanaan yang awalnya terasa berat, namun lama-lama terbiasa. Dari situ, Nawa belajar bahwa kehidupan seperti dongeng, ada masa kadaluarsanya.
Tuan Putri yang manja, egois, cengeng telah lenyap ditelan pengkhianatan.
***
Dunia Tuan Putri sudah bisa kalian baca segara lengkap dalam bentuk PDF atau di Karyakarsa ya. Harga 12k aja.
Chat on: 082213778824 (PutriPermatasari916)
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story (On Going)
NouvellesHanya berisi cerita-cerita pendek berbagai tema. Berasal dari ide-ide random yang sayang jika dibuang, tapi aku belum punya waktu untuk menulisnya dalam bentuk panjang. Kadang publish tamat, kadang hanya preview PDF. Silakan dibaca untuk mengisi ke...