Karina dan Yoga mulai menjaga jarak, mimisan di hidungnya sudah berhenti tetapi rasa nyeri belum pergi, Yoga masih memegang hidungnya beberapa kali.
Duduk melingkari meja, Arjuna merasa jenaka sebab Yoga yang berniat mengerjakan tugasnya menjadi tidak fokus karena hidungnya terluka. Karina berusaha tenang, padahal dirinya khawatir dan merasa bersalah meskipun sudah meminta maaf.
Dilan kerap kali melirik Yoga yang menatap Karina tajam, mungkin laki-laki itu masih memiliki dendam yang kental.
"Seru ya bikin hidung orang berdarah?"
Yoga memojokkan Karina di sudut ruangan perpustakaan, memisahkan Karina dari rombongannya. Sementara Dilan, Arjuna, dan Alia tidak tau bahwa mereka menghilang.
"Loh bukannya kita impas ya?"
Karina mengerinyit, padahal kemarin saja Yoga sudah membuat handphonenya kotor dan sekarang dia bersikap seolah-olah ingin meminta pertanggungjawaban.
"Impas lo bilang?"
Yoga menatap Karina intens mulai dari susunan mata, hidung dan bibir yang indah. Jarak di antara mereka terkikis, yang Yoga bingungkan. Kenapa pipi perempuan ini tak memerah? Kenapa jantungnya tidak berdegup kencang? Bukannya setiap perempuan yang Yoga dekati selalu bersikap malu-malu kucing dan tidak sanggup menghadapinya. Terbuat dari apa hati Karina ini?
"Iya."
Karina mengangguk dengan polos, saking santainya dia tidak mendorong Yoga kemudian membalikan posisi sembari melihat judul-judul buku yang berjejeran di estalase.
Yoga menatap pundak Karina, tertutup surai rambut nan harumnya yang lembut. Yoga terundang, dua tangannya masih mengurung posisi Karina.
Tiba-tiba ia tidak sadar mendekat, menciumi leher Karina sembari menggumamkan, "Manis, udah lama gue nggak ngerasain ini." Ucapnya lirih sembari menelisik setiap bagian cekungan leher Karina.
Karina mendelik, bibirnya terbuka perlahan. Dahinya tak henti-henti mengerut, sebab dia bingung dengan kelakuan Yoga ini.
"Lo ngapain?" Tanya Karina.
Membuyarkan Yoga lalu dirinya mulai menjaga jarak sembari mengelap ujung bibir, bukan Karina yang malu. Tapi pipi Yoga yang memblush secara tiba-tiba setelah sadar, sungguh Yoga saat ini berdebar.
"Nggak. Gue pergi dulu."
Saking malunya, Yoga hendak lari dari masalah ini. Tapi Karina malah menahannya, dia masih ingin memuluskan rencana yang sudah ia pikirkan semalaman.
"Yoga, lo mau nggak jadi pacar gue?"
Ucapan Karina itu seketika meningkatkan persen rasa malu Yoga secara drastis hingga pipinya menyerupai logo partai merah. Yoga gagap, dulunya dia yang selalu menyatakan perasaan pada perempuan, kali ini perempuan itulah secara terang-terangan menyatakan perasaannya, tapi tunggu—.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step-Love | Yoshi × Karina [END]
FanficKarina membutuhkan pacar untuk pembuatan novel sebagai tugasnya, demi mendapatkan hati Yoga ia menyatakan perasaan palsu dan memanfaatkan laki-laki itu. Walaupun udah selesai jangan lupa beri vote ya❤️