Tiada bulan, tiada bintang
Gelap gulita termakan bayanganmu
Sekali lagi, dari yang ke-sekian
Aku merasa tak bertulang
Kau menguasaiku
Kau menggerogotinya
Bahkan tak seinci pun kau mengizinkan aku untuk menghilangkanmu
Tiada canda, tiada tawa
Bibir ini terkatup rapat tak sebahagia hari biasa
Mata ini memandang kosong tak seliar matamu
Kau merebut segalanya
Kau mengambil segalanya
Bahkan tak secuil pun kau mengizinkan aku untuk menghilangkanmu
Aku merasa tak bertulang
Kala namamu kembali kubaca dari manapun asalnya
Aku merasa tak bertulang
Kala tentangmu bereingkarnasi melalui tubuh yang lain
Kala segalanya mendatangiku dengan cara yang tak biasa
Lelah sudah rasa ini untuk mengenal
Jauh di dalam sana masih ada yang tertinggal
Untuk diisi suatu hal baru
Rapuh sudah alasan palsu
Mengatasnamakan dirinya sebagai "tak mau"
Padahal alasan yang sesungguhnya adalah "tak mau tau"
Tak terbuka lagi
Entah sampai kapan dan untuk siapapun itu
Kontras membungkam penolakan dan penghapusan
Di sudut lain,
Menyalak bagai anjing yang kelaparan
Mendesis bagai ular yang terganggu
Pada intinya aku kembali tak bertulang
Gontai. Tak kuasa untuk berada di titik ini
Penghapusan. Dan penolakan dari perjuangan seseorang
Aku sungguh. Sungguh tak bertulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejak sajak hadir
PoesieDari sajakmu, lengkap tak lagi jadi syarat. Dari suaramu, merdu tak lagi jadi penentu. Dan dari sastraku, aku menemukan sesuatu yang telah lama menghilang.