Di bawah dekorasi megah ini
Biarkan ia menjadi saksi
Sepasang mata kecil menatap bintang dari kejauhan
Di bawah deretan lampu putih ini
Biarkan tak seorangpun tau
Diam-diam sepasang mata itu menatap bintangnya
Begitu gilanya kuubah kau menjadi sebuah bintang
Sedangkan aku tak pernah terlihat olehmu
Bahkan, ketika kegelapan mengelilingimu
Kau tetap bersinar di mataku, tak teralihkan
Tawamu, wibawamu, segalanya.
Aku hanya mampu menutup mataku,
Beristighfar berkali-kali dan mengutuki diri
Berharap menemukan sesuatu yang lain untuk kuamati, namun tak ada.
Rasanya hasrat ini terjerat untuk menatapmu
Meski kau tak pernah tau ada aku yang melihatmu
Kau bintang dan apalah aku
Seorang "bocah" (seperti katamu), yang mengagumimu dalam kebisuan
Kau bintang dan apalah aku
Seorang "bocah" yang kaupandang cerewet, terserah.
Mataku berkaca-kaca melihat deretan penggemarmu
Berkutat dalam raga, sadarlah diri! sadarlah diri!
Dunia terasa sempit saat kau duduk di sebelahku
Mencari topik sekadar meledekku tak ada habisnya
Mencari kelemahanku bernama "perasaan"
Menghujaninya dengan tatapan yang sulit kumengerti
Aku hanya berdoa agar aku tak jatuh
Dalam tatapanmu yang memang memabukkan
Karena aku juga akan selalu terbangun dari lamunanku
Adanya kau, dan tidak adanya kau.
Memang kau ini bintang, dan apalah aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejak sajak hadir
PoetryDari sajakmu, lengkap tak lagi jadi syarat. Dari suaramu, merdu tak lagi jadi penentu. Dan dari sastraku, aku menemukan sesuatu yang telah lama menghilang.