Sejak satu jam yang lalu, Haechan tidak melepaskan pelukan nya dari Renjun.Bukan keinginannya sungguh, tetapi sejak tadi tangisan Renjun tidak mau berhenti. Laki-laki Huang itu masih menangis sesegukan, membuat Haechan bingung harus bagaimana setelah ini.
Haechan tahu Renjun pasti sedang merasa sakit hati karena Haechan memperlakukannya seperti itu. Haechan sendiri juga bingung setelahnya, kenapa ia harus melakukan itu pada Renjun. Kenapa tidak pada orang lain?
Haechan juga tidak bisa meminta maaf, karena dia paling anti mengatakan itu.
Terimakasih.
Maaf,
dan tolong... mustahil akan keluar dari mulut Haechan.
Ah tapi mari kita coret kata 'terimakasih'.
Tangan Haechan terus mengelus-elus punggung Renjun. Renjun sendiri masih tidak ingin berhenti.
"Udah belum nangisnya?" tanya Haechan.
"Kalo terjadi apa-apa, kamu mau tanggung jawab, Chan?"
Haechan membeku ketika Renjun mengubah aksen bicara nya. Karena perkataan Renjun juga Haechan jadi memikirkan hal itu, apakah Haechan akan bertanggung jawab atas perbuatan nya?
Baru saja Haechan ingin menjawab pertanyaan laki-laki itu, Renjun sudah terlebih dahulu melingkarkan kedua tangannya di pinggangnya.
"Chan, aku tau kamu bosen sama kata-kata ini tapi, aku suka sama kamu chan. Aku gak mau setelah apa yang udah kamu perbuat ke aku, kamu malah pergi tanpa rasa bersalah."
Lagi Haechan dibuat terdiam. Jujur kali ini Haechan tidak tahu harus berbicara apa.
"Gue.. gak janji Ren. Tapi gue juga mikir kok, gue gak sejahat itu."
Renjun tersenyum lalu menyembunyikan wajahnya di dada Haechan yang tidak terbalut sehelai benang pun.
Haechan merasa dirinya yang asli menghilang begitu saja, pelukan Renjun berhasil membuatnya lupa siapa dia sebenarnya. Haechan juga tidak pernah merasakan sesuatu yang membuat hatinya menghangat.
"Gue pake baju dulu. Lo juga pake baju, kalo gak bisa jalan bilang, nanti gue gendong."
Renjun mengangguk, "Iya."
.
.
.Haechan membalikkan tubuhnya ketika ia tidak sengaja melihat pemandangan yang merusak matanya.
Dia melihat Sungchan dan Shotaro sedang berciuman di tepi pantai, memang tidak punya malu.
"Woy!"
Sungchan tanpa rasa terkejut itu pun menoleh, menatap Haechan dengan ekspresi datar.
"Apa nih kambing congek."
"Sialan. Balik tenda sana dah gelap." suruh Haechan.
"Otw sih. Yuk kak." Sungchan menggenggam tangan Shotaro menuju tenda.
"Blangsak, ke Shotaro aja manggil kakak, ke gue gak ada sopan-sopannya." gerutu Haechan yang juga berjalan menuju tenda nya.
Haechan satu tenda dengan Hendery sedangkan Renjun bersama Jaemin tentunya. Tadinya Haechan ingin menawarkan Renjun untuk satu tenda dengannya tapi kalian harus tahu Haechan itu besar gengsinya.
Baru saja Haechan ingin membaringkan tubuhnya, seseorang memanggil namanya dari luar. Haechan kemudian membuka pintu tenda itu, rupanya itu Jeno.
"Kenapa?"
"Gue masuk ya."
Haechan mengangguk, Jeno pun masuk. Hendery sudah sejak tadi pergi ke alam mimpi dan laki-laki itu akan sulit dibangunkan jika sudah tertidur.
"Beneran langsung lo lakuin, chan?" kata Jeno to the point.
"Kenapa bilang gitu?"
"Ck, keliatan banget Renjun jalan udah kayak abis di sunat."
Haechan lalu tertawa mendengar itu, "Badut lo Jen."
Jeno tidak ikut tertawa melainkan ia menatap Haechan dengan serius, "Jangan jadi brengsek abis itu."
Tawa Haechan langsung terhenti dan menatap Jeno yang tanpa ekspresi itu, "Maksud lo?"
"Jangan ngelakuin itu karena lo penasaran doang, jangan chan, jahat itu. Lo harus tanggung jawab kalo ada apa-apa sama Renjun nantinya, nurut sama gue."
"Emang lo bapak gue?"
Jeno tersenyum remeh, "Awas ya ntar butuh apa-apa jangan datang ke gue. Diantara yang lain kan lo selalu datang ke gue."
"Gue gak bakal tergantung sama lo lagi, liat aja."
"Oke." singkat Jeno, "Btw Renjun keluar tenda noh, sempoyongan gitu jalan nya, samperin sana."
Haechan menghela napas kasar lalu keluar dari tenda, menghampiri Renjun yang berjalan mendekati bibir pantai.
Pria itu kemudian berdiri di sebelah Renjun.
"Belum tidur, chan?"
"Ada pertanyaan lain?"
Renjun menunduk dan tidak kembali berbicara. Padahal Renjun berharap setelah kejadian tadi sore, Haechan tidak menjadi ketus lagi padanya ternyata sama saja.
"Kalo gitu gue yang nanya." kini keduanya saling berhadapan, "Ada yang sakit?" entahlah tapi tiba-tiba tatapan Haechan menjadi teduh.
Renjun memeluk dirinya sendiri, mengusap-usap lengannya kemudian kepalanya mengangguk.
"Apa?" tanya Haechan.
Renjun mendekati Haechan dengan langkah lemasnya lalu setelah itu dia pun tumbang di dalam pelukan seorang Lee Haechan itu.
"Ren?" panggil Haechan, "Renjun?" karena panik, Haechan pun menggendong tubuh Renjun menuju tenda dan diikuti teman-temannya yang menyadari apa yang sudah terjadi.
.
.
.Gak seru bilang ya biar ntar di unpub 😃🖒
Vote & komen

KAMU SEDANG MEMBACA
Hasta La Vista | Hyuckren
Fanfiction❝ If you leave me, i'm honestly done, i love you. ❞ ft. Yangyang ⚠ TW ⚠ • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2022