16

5.6K 658 51
                                    

"Renjun-ah, huhu bangun." Wendy hampir saja menangis, ini sudah pukul 1 siang tapi Renjun enggan untuk membuka mata.

Sejak malam tubuhnya panas dan suhunya tidak turun. Wendy sudah beberapa kali mengkompresnya.

Wendy juga sudah beberapa kali memaksa Renjun untuk pergi ke dokter, tapi lihatlah, sampai sekarang Wendy tidak melihat Renjun membuka matanya.

"Huaa Renjun jangan gini dong." Wendy memeluk tubuh kecil adiknya yang terasa menggigil itu.

Wendy memeluk Renjun dari samping, bahkan kini matanya telah meneteskan air mata.

Lalu tiba-tiba Wendy teringat sesuatu. Semalam, Renjun diantar oleh pria yang waktu itu pernah kesini.

Wendy.. curiga.

Perempuan itu pun bangkit, menghapus air matanya. Menyelimuti tubuh sang adik dengan selimut sampai ke dada.

"Tunggu sebentar, ya Ren."

Renjun hanya mengiyakan dalam hati. Renjun masih bisa mendengar sekitarnya tetapi dia tidak sanggup untuk membuka mata. Tubuhnya seperti kehilangan nyawanya sendiri.

Wendy meraih jaketnya lalu keluar dari rumah, menunggu taxi untuk menuju ke sekolah.

Wendy tidak peduli jika hari ini dia disebut bolos, Wendy hanya ingin bertemu pria itu dan bertanya apa yang sudah terjadi pada adik kesayangan nya.

Entah kebetulan atau apa, Wendy melihat pria itu yang baru saja keluar dari sekolah. Wendy pun dengan cepat menghampiri pria itu dan menarik baju nya.

Sontak pria itu berbalik.

"Kamu yang semalem kan? Kamu apain adik saya, hah!??"

Haechan sangat terkejut ketika Wendy tiba-tiba bertanya dan berteriak seperti itu padanya.

"A-ada apa? Saya gak ngerti."

"Gak usah pura-pura!! Adik saya gak mau buka mata dari semalem! Kamu apain dia hah!?? JAWAB!!" emosinya, mata perempuan itu memerah dan telah mengeluarkan air mata.

Haechan menepis tangan perempuan itu dari baju nya, "Saya gak apa-apain dia! Bahkan saya gak sengaja liat dia di halte semalem dengan keadaan tertidur!"

Wendy menatap tajam pria di depan nya dengan napas memburu.

"Kamu yakin?"

Haechan mengangkat dagunya, "Saya beneran gak ngerti sama kamu, tiba-tiba gitu sama saya. Bukannya dari kemarin dia sakit dan belum sembuh?"

Wendy terdiam. Oke dia benar, bisa jadi Renjun kembali sakit. Tapi.. kini adiknya tidak mau bangun. Apa yang harus Wendy lakukan?

"Saya cuma anterin dia."

Wendy menatap Haechan, "Oke. Tapi kalau ternyata kamu bohong, saya bisa lebih dari iblis jika faktanya kamu nyakitin adik saya." Wendy lalu berbalik dan pergi.

Dirasa Wendy sudah tidak terlihat, Haechan menyandarkan punggungnya ke mobil miliknya. Meremat rambutnya sendiri sambil mengumpati dirinya dalam hati.



'Adik saya gak mau buka mata dari semalem!'



Napasnya mulai sesak saat kata-kata itu terputar di dalam kepalanya.

"Lo apain dia Haechan!!" Haechan memukul-mukul kepalanya sendiri sekarang.

Sebenarnya, semalam Haechan telah berbuat sesuatu.

Setelah Renjun masuk ke dalam mobilnya, Haechan menyuruh Renjun untuk kembali tidur. Ternyata Renjun menurut, remaja itu kembali melanjutkan tidurnya.

Sambil menyetir Haechan sesekali menoleh ke arah remaja itu. Haechan menjadi tidak tenang, lalu ia pun menepikan mobilnya.

Melepas seatbelt dari tubuhnya. Mengulurkan tangan untuk menyingkirkan beberapa rambut yang menutupi wajah remaja itu.

Pandangan nya tidak sengaja melirik bibir Renjun.

Apakah jika Haechan mencium bibirnya, Renjun akan terbangun?

Perlahan Haechan mendekat, lalu bibirnya menyentuh bibir Renjun, mencium sekilas bibir itu.

Tapi ternyata dia tidak bangun. Oke, mungkin sekali lagi. Tetap, Renjun tidak terusik sama sekali.

Haechan kembali mencium bibir merah itu, bukan sekedar kecupan, tapi Haechan bermain sendiri dengan bibir Renjun.

Selelah itu kah Renjun? Sampai sekarang dia tidak terusik. Ini semua membuat Haechan tidak tahan.

Pria itu membuka seatbelt milik Renjun, ciuman pindah ke leher remaja itu.

Kini Renjun sedikit bergerak, merasa ada yang aneh pada dirinya. Pelan-pelan Renjun membuka matanya dan terkejut setelah apa yang dia lihat di depan nya.

"Haec--" ucapan nya terpotong ketika Haechan kembali mencium bibir remaja itu.

Renjun berusaha mendorong tubuh Haechan, tapi tangannya langsung ditahan oleh Haechan. Renjun merasa Haechan semakin brutal.

Kejadian di acara waktu itu kembali terulang, padahal Renjun hampir saja trauma akan itu. Namun sekarang Renjun mengalaminya lagi.

Haechan kembali melecehkan nya lagi.

Haechan tiba-tiba terdiam saat melihat Renjun yang sudah naked, remaja itu kini menangis. Isakan yang berhasil membuat hati Haechan seperti disayat oleh pisau tajam.

Renjun menutup wajahnya dengan kedua tangan, Renjun merasa malu.

Dengan cepat Haechan membawa tubuh itu ke dalam pelukan nya, memeluknya dengan erat, menyalurkan kehangatan pada remaja itu.

"Haechan.."

Haechan bergumam mendengar lirihan yang keluar dari bibir Renjun.

"Tolong bilang satu kalimat kebohongan yang indah."

Awalnya Haechan bingung dengan kata-kata Renjun. Lalu Haechan menjawab,

"Gue sayang sama lo."

Renjun mengangkat kedua sudut bibirnya, melingkarkan kedua tangan nya di pinggang Haechan dan menyandarkan kepala nya ke dada pria itu.

"Thanks."

.
.
.







Aku update karna aku udah lumayan sehat juga, makasih ya buat kalian yang udah vote & komen

God bless you ♡

Hasta La Vista | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang