13

5.8K 685 37
                                        


Kemarin dan satu hari yang lalu Haechan tidak melihat Renjun sama sekali di lingkungan sekolah. Haechan tidak mencari karena Renjun pasti akan terlihat di tempat yang tidak sengaja Haechan lalui.

Sebenarnya Haechan ingin bertanya pada Jaemin, tapi agak gengsi. Dulu kan Haechan pernah merundung laki-laki itu. Tapi sekarang sudah tidak lagi.

"Sungchan." panggil Haechan pada Sungchan yang sedang memakai sepatu itu.

"Apaan?"

"Lo waktu itu beneran nganterin Renjun ke rumahnya kan?"

"Iyalah. Gak mungkin juga gue culik terus dijual."

Kedua tangan Haechan terkepal. Dirinya sedang serius tapi Sungchan malah bercanda. Haechan jadi malas berbicara dengan Sungchan akhirnya dia pun pergi menuju kelas Jeno.

Kebetulan orangnya sedang duduk di kursi depan kelasnya sambil memetik gitar. Haechan pun ikut duduk disampingnya.

"Renjun kemana ya?" gumam Haechan sambil menatap ke arah depan.

Jeno langsung menoleh, "Gak ada emang dia?"

Haechan menggeleng, "Gak keliatan semenjak kita camp waktu itu."

Kening Jeno berkerut lalu ia meletakkan gitar itu disampingnya, "Masih sakit kali?"

"Gak tau tapi Sungchan bilang Renjun gak kenapa-napa waktu sampe rumah, katanya sih sakit perut doang. Tapi entahlah, Sungchan susah di percaya orangnya."

Jeno mengangguk-anggukan kepala nya, "Eh tapi tumben? Katanya gak suka sama Renjun, kok nanyain dia?"

"Ya emang gak suka. Nanya aja sih."

Jeno menatap Haechan curiga. Tapi Haechan tetaplah Haechan, tidak ada yang tahu bagaimana dia aslinya.

"Tapi kalo emang penasaran ya lo samperin aja ke rumahnya."

.
.
.

Sudah dua hari yang Renjun lakukan hanya mengurung diri di kamarnya. Renjun memang menyukai Haechan bahkan dia telah mencintai pria itu.

Tapi, hal yang mereka lakukan di mobil waktu itu.. sangat memalukan. Renjun merasa di lecehkan walau ia sedikit senang karena yang melakukan itu adalah Haechan, pria yang ia sukai.

Renjun malu bertemu orang-orang padahal orang-orang itu tidak mengetahui apa yang terjadi padanya.

Wendy, selaku kakaknya itu selalu bawel menanyakan apa yang sudah terjadi tapi Renjun tidak mau mengatakan nya. Tentu Wendy akan kecewa padanya sebab tidak bisa menjaga diri.

Sudah dua hari juga Renjun tidak makan. Dua hari terasa dua menit baginya saking terlalu memikirkan kejadian waktu itu.

Disisi lain Renjun memikirkan sekolahnya, mungkin saja para guru mencari nya karena tidak masuk tanpa kabar.

Mengingat sekolah, Renjun ingat perkataan bundanya yang menginginkan Renjun menjadi seorang psikiater. Bundanya itu ingin Renjun membantu orang-orang yang memiliki gangguan emosional atau gangguan jiwa, minimal Renjun membantu orang yang mental nya sedang down atau sedang dalam masalah di kehidupan nya.

Renjun membuka selimutnya kemudian bangkit dari duduknya. Meraih cermin bundar di atas meja. Ah kantung matanya terlihat jelas.

Bukan berarti dua hari di dalam kamar yang dilakukan Renjun hanya tertidur. Tidak, justru Renjun tidak bisa tidur.

Malam ini Renjun memutuskan untuk menyiapkan peralatan sekolahnya untuk besok.

.
.
.


Renjun datang ke sekolah sangat pagi sekali. Dia memakai hoodie besar nya dan memakai kupluk, tak lupa masker yang menutupi mulut sampai hidungnya.

Tidak ada yang tahu apa yang sudah terjadi tapi Renjun benar-benar malu. Renjun juga takut, siapa tau Haechan sendiri yang membocorkan semuanya dan berakhir dia akan dibully oleh satu sekola sebab mahkota nya telah dicuri.

Perlahan Renjun melewati koridor menuju kelasnya tapi tak lama seseorang menariknya dan memojokkan nya di pojok dinding.

Membuka masker nya secara paksa lalu mencium bibirnya.

Renjun terkejut dan refleks mendorong orang itu sampai terjatuh.

"Astaga! Haechan?" Renjun kemudian mendekati Haechan yang sedang mengusap-usap belakang kepala nya yang terbentur dinding.

"Chan, yaampun, maafin--"

Haechan menepis tangan Renjun yang berada di bahu nya.

"Lo kemana aja hah?!" tanya Haechan tidak santai.

Pertanyaan Haechan membuat Renjun terdiam. Haruskah Renjun mengatakan semuanya? Renjun menggeleng, tidak, dia tidak boleh mengatakan apa yang terjadi padanya kemarin.

Haechan pasti akan marah sebab Renjun merasa malu telah melakukan hal itu dengannya.

"Gue--" suara Renjun terpotong ketika Haechan kembali mencium bibirnya.

Renjun bisa merasakan ciuman Haechan adalah ciuman kasar, ciuman nafsu, bukan ciuman karena cinta.

Tangan nya meremat kerah seragam Haechan. Renjun ingin menjauh tetapi Haechan menahan tengkuk lehernya.

Tetapi seharusnya Renjun senang, lalu kenapa ia malah menangis sekarang?

.
.
.









VOTE & KOMEN

Hasta La Vista | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang