05

6.8K 828 51
                                    


Hampir 2 hari Renjun tidak melihat Haechan ada di lingkungan sekolah. Semenjak hari itu, dimana Renjun melihat keributan di rumah Haechan, pria itu tidak terlihat sekarang.

Apa dia baik-baik saja?

Renjun yang sedang menyeruput minuman itu lalu menggeleng-gelengkan kepala nya. Ah, bukan urusan nya juga. Haechan bukan siapa-siapa nya jadi untuk apa dia khawatir.

Renjun kembali melamun sampai akhirnya minuman yang ada di gelas itu membasahi wajah dan baju nya karena ulah seseorang.

"Ngelamun mulu, liat noh jadi minuman lo melayang ke muka lo."

Setelah itu ketiga laki-laki dihadapan Renjun tertawa. Mereka, mereka yang pernah membully nya beberapa hari yang lalu.

Renjun tidak bisa apa-apa selain terdiam. Percuma melawan, yang ada dirinya semakin disakiti oleh para laki-laki jahat itu.

BRAK

"Woy!! Ngomong kek!! Bisu lo?!!" suara salah satunya sambil menggebrak meja.

"Cih, liat." orang itu menunjuk kening Renjun, "Gak sopan banget kita ngomong gak disahutin."

"Kayaknya emang bisu deh."

Renjun masih terdiam walau di dalam dirinya ia ingin sekali melawan, mengacak-acak wajah ketiga laki-laki di depan nya.



BUG

PRANG




Mata Renjun membulat ketika ia merasa sebuah benda mengenai kepala nya dan membuat dirinya jatuh dari kursi. Para siswa yang ada disana otomatis menoleh ke arah sumber suara.

Kini Renjun terkapar di bawah dengan darah yang mengalir di salah satu sisi kepala nya.

Salah satu dari mereka, melempar gelas kaca itu ke kepala Renjun.

"Itu resiko buat lo karena gak ngehargain kita."

Renjun hanya bisa meringis sambil menahan rasa sakit pada kepala nya. Lebih malangnya tidak ada yang mau menolong Renjun.

"Kurang gak?"

Ketika orang itu ingin kembali melempar sisa pecahan gelas di tangan nya, seseorang mendorongnya sampai menabrak meja.

"LO GILA YA??! DAH GUE BILANG CUMA GUE YANG BOLEH NGEBULLY!!"

Renjun sempat melirik siapa seseorang yang telah melindungi nya. Lee Haechan, Renjun tidak salah lihat bahwa di hadapan nya adalah Lee Haechan.

Renjun menatap Haechan yang sedang bersuara lantang sampai akhirnya dia memilih untuk memejamkan mata.

"Renjun!" Haechan menghampiri Renjun, mengangkat kepala nya untuk melihat luka yang terhalang oleh rambut Renjun.

"Kalian semua keterlaluan. Gue bakal laporin ini ke yang berwajib." setelah itu Haechan mengangkat tubuh Renjun untuk ia bawa ke dalam mobilnya.

.
.
.

Jari Haechan mengetik diatas sebuah benda pipih yang canggih, mengabari teman-teman nya bahwa hari ini dia tidak bisa mengikuti kegiatan futsal karena ada hal penting.

Lalu Haechan kembali menyimpan ponselnya di dalam saku. Menautkan kedua tangan nya.

Dia sedang menunggu dokter memperbolehkan nya untuk masuk ke dalam. Haechan harap... Renjun baik-baik saja walau keadaan nya tidak bisa disebut baik-baik saja.

"Dengan wali nya pasien Renjun?"

"Ah iya." ujar Haechan seraya bangkit.

"Pasien hanya mengalami luka dan memar pada kepala nya, butuh beberapa hari untuk menghilangkan rasa sakit dan pusing pada kepala nya. Tapi tidak ada yang lebih parah dari itu."

"Baik, dok. Terima kasih. Saya boleh masuk?"

Dokter mengangguk, lalu Haechan pun masuk dan berdiri disamping bangsal Renjun.

"Coba lo gak ke kantin, gak akan kayak gini. Ngerepotin aja sih." namun setelah berkata seperti itu, Haechan merasa kasihan pada Renjun.

Remaja itu terlihat sangat lemah. Haechan masih punya rasa iba kok, dan harus kalian ingat, Haechan hanya membully orang dengan alasan tertentu atau yang pernah membuat masalah dengannya.

"Tadinya gue gak bakal bantuin lo, Ren. Tapi gue inget dua hari yang lalu lo bantuin gue juga dari amukan papa."

Haechan akan menamakan ini balas budi, jika hari itu tidak terjadi, Haechan juga ogah menolong Renjun sekarang.

Haechan adalah tipe orang yang tidak terlalu peduli dengan sekitar.

Selang beberapa saat, Renjun pun membuka matanya yang membuat Haechan bersyukur dalam hati melihat Renjun masih bisa membuka mata.

"Gue dim--"

"Gak usah nanya pertanyaan konyol."

Renjun menoleh dan mendapati Haechan sedang menatap nya dengan raut wajah datar.

Lalu Renjun meringis karena merasa nyeri di sebelah kiri kepala nya.

"Lo tenang aja, gue udah laporin mereka, biar hukum yang ngurus. Soalnya itu udah keterlaluan banget sampe nyelakain orang. Mereka itu iblis."

Renjun tidak menjawab, tetapi ia diam-diam tersenyum. Haechan terlihat peduli padanya dan itu membuat Renjun semakin jatuh pada Haechan.

"Chan." panggil Renjun.

Haechan hanya menatap Renjun sambil mengangkat kedua halis nya.

"Makasih."

"Iya, gws."

Renjun terkekeh mendengar jawaban Haechan. Renjun tau Haechan itu bukan orang yang mudah memaafkan, juga ia adalah orang yang tidak terlalu menyukai kata 'terima kasih' dari orang lain untuknya.

Hari esok pasti akan datang, Renjun telah meyakinkan diri bahwa dirinya benar-benar menyukai seorang Lee Haechan.

.
.
.






VOTE & KOMEN

Hasta La Vista | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang