03. Labyrinth

123 9 0
                                    

"Bacakan sekali lagi dengan nada yang lebih meyakinkan.... " Ujar Allegro seraya melipat tangannya, Suci tampak gugup... Anak ini dalam mode seriusnya... Dan mode serius berarti galak.... Amat galak...

Baris baris kalimat bersambung kata dan akhirnya berhenti di salam penutup... Suci nyengir berusaha menutupi kecanggungannya sementara si Cungkring tampak tidak terkesan

"Gi... Gimana Le? " Ujar Suci rikuh... Allegro sedikit menggeleng 

"Kalo Ibu gak yakin... Gimana orang bisa yakin?" Senyum si galak bertubuh kecil itu... Mata mereka berpandangan di cermin ruang kerja suci... bola mata coklat besar dengan bulu mata panjang dan lentik... Sejenak Suci hanyut pada pandangan dalam bocah itu

"Tapi le.... " Ujar Suci sesaat

"Apa sulitnya? " Bingung Allegro tak mengerti

"Menolak kenaikan upah, really? Apa kamu gak mikir mereka membanting tulang, diperlakukan gak seperti manusia dan diperas tenaganya habis habisan lalu kita tolak naikan upahnya? " Gusar Suci

Allegro terdiam sesaat...

"Ini bukan tentang Ibu... Atau tentang saya kan?" Dinginnya kemudian... Mata mereka berpandangan lagi... Suci mencebik kesal... Allegro hanya tertawa pahit

"Ibu orang partai... Ikuti kebijakan Partai... Inget...masuk politik berarti harus siap dengan aneka sudut kebenaran... Dan untuk sekarang... Kertas ini.... Ini kebenaran ibu... So... Bertindak benarlah" Senyumnya menutup kalimat

Suci terdiam dan mengelus rambut pemuda itu... Kalimat tadi menyedihkan... Tapi itu realitanya... Dia yang menceburkan diri... Berarti dia harus siap basah dan berenang... Karena tenggelam dan mati... Sama sekali bukan pilihan yang baik

"Mulai dari awal... Matanya fokus... Jangan terlalu banyak kedip dan gerak bola matanya... Tembak kamera pake mata ibu... Perhatikan titik koma... Tarik napas pada saat yang tepat... Yakini bahwa kenaikan upah adalah hal ceroboh dan merugikan iklim ekonomi yang sedang tidak sehat... " Ujar si mungil telaten

Suci mengangguk sesaat dan tersenyum

"Kita buat perjanjian dengan iblis bu... Jadi... Apapun itu... Dia Tuannya sekarang... " Lirih si mungil dalam senyum pedihnya

*******
"Ibu ada appointment di sini? " Bingung Allegro, yang ditanya hanya tersipu sipu, siang itu merela terdampar di Kantin Kemenlu, tidak ada agenda tercatat di organiser Allegro, jadi ini mungkin  acara di luar Agenda... Lobby Politik... Atau agenda asmara si Ibu

Dia tidak pernah belajar.... Kesal si Mungil

"Biasanya rendesvous gak pernah ajak Ale" Cibir Allegro kemudian, Suci hanya tertawa nervous...

"Sedihnya ini bukan rendesvous kan? " Ujar si perempuan sambil menunjuk dengan Dagunya...

Sekumpulan Pria setengah baya berbatik necis memasuki ruangan itu ... Obrolan seru mereka tak sengaja membahana menghangatkan ruangan... Suci di pojokkan tampak mengkeret berusaha menyembunyikan dirinya

"Ibu ngapain? " Bingung Allegro sesaat, kemudian dia tersadar ketika melihat sosok itu di kejauhan

Laki laki kurus tinggi tegap dibalut batik khas Papua, rambut Abu abu mengombaknya terpotong rapi dan modis... Dia masih tampak asyik mengobrol sambil sesekali meminun tehnya

Allegro tak sengaja menarik napasnya

Pria tampan itu... Sudrajat Widodokromo... Oh ya tentu saja... Dia balik untuk 1000 hari mas Jati... Dan mengurus mutasinya ke Lisbon... Dipandanginya perempuan di depannya yang mukanya makin memerah

the eternity origins : 2009Where stories live. Discover now