Tigaraksa, 3 Bulan Kemudian
Allegro mengelap keringatnya... Di sela sela kesibukannya dia mulai bisa menata pelan pelan sarang kecilnya....
Sarang Kecil di Pedalaman Kabupaten Tangerang yang dibelinya dari... Entah apa dia harus menyebutnya
Kuncian jiwa yang terlalu cepat berlalu
Terakhir Teguh mengirimkan email dari Mallorca... Sekarang dia menjadi tangan kanan Ibu Dutabesar... Dan mereka berdua menyiksa si Jenderal dengan Jadwal Ketat dan makanan sehat....
Neraka yang menjaga baik baik penghuninya
Mereka tidak pernah berpisah karena mereka sesungguhnya tidak pernah bersama, tapi sementara yang mereka jalani sungguh sempurna, dan karenanya Allegro sungguh berterimakasih karena walaupun mereka kini masing masing... Mereka tetap sehat dan baik baik saja
Si Cungkring memandangi Lukisan yang tergantung di ruang tamu... Teringat Malam di Pasar Seni bersama Kerak Telor hangat...
"Ini sepertiku dulu, Le... Seharian mencari rumput untuk sapi sapi bapak di desa...." Jelas Teguh menjelaskan kenapa dia begitu merasa keterikatan dengan lukisan itu
Bocah itu begitu damai tertidur di tumpukan jerami sementara sabit tajam tergeletak begitu saja di sampingnya
Terbayang kecupan lembut sang pria di bahunya "dan entah kenapa ini mengingatkanku padamu Le... Kamu yang lelah... Kamu yang butuh sesekali beristirahat" Lirih Teguh yang memeluknya erat ketika mereka menghabiskan waktu dalam malam malam hangat di Tigaraksa
"Dan lo ninggalin lukisan ini biar bisa ngelupain gue, i guess? " Cebik si Cungkring seraya mengkertakkan bahunya... Ketika tiba tiba terdengar suara ketukan di pintu
"Sebentarrrrrrr... " Ujar Allegro ... Tangannya dengan cekatan mengambil kaos yang tergeletak di sofa dan berjalan menuju pintu depan
Sebuah wajah nyengir lebar ketika pintu terbuka "Papa inget Abah kemarin bilang minta bantu cariin Properti... Lalu keinget bahwa kamu baru beli di daerah murah... " Jelas Lelaki setengah baya yang begitu saja muncul di Rumah si cungkring siang itu
Allegro terbengong melihat sang ayah dan pria setengah baya lainnya di belakangnya
"Le.... " Senyum Abah lebar.... Allegro tersadar dan mencium tangan laki laki setengah baya itu....
"Abah apa kabar? " Lirih si cungkring....
"Gimana kamu tahu... Kamu gak pernah lagi maen ke rumah... " Ujar Abah dengan nada prihatin
Allegro terdiam mendengarnya
"Ini kita mau ngobrol di luar aja atau...?" Si cungkring tersadar sejenak kemudian dengan rikuh mempersilahkan kedua orang tua itu masuk.
"Kalo abah pikir ini investasi jangka panjang... Akan sangat panjang sekali sih bah... Liat sekeliling... Mungkin sampai tiga puluh tahun lagi tempat ini juga belum akan ramai... " Celoteh si cungkring menjelaskan sementara mereka berjalan di lorong menuju ruang tamu
"Tapi kayaknya cocok buat Sanctuary le... Tempat ngabur ngabur.... " Timpal abah antusias
"Iya kayak Ale ngabur ngabur... " Cibir Papa menanggapi, si cungkring menyambutnya dengan cebikan kesal dan mencubit pinggang ayahnya
"Adaw adaw adaw... "Ujar sang ayah merintih
"Kenapa? " Bingung si tua
Laki laki yang lebih muda mendelik dan berkata "ngeselin ah.. " Ujarnya lirih
Sang ayah nyengir melihat anak tunggalnya dan berkata hangat "iya le... Papa juga kangen ale.. "
Si putra terdiam dan mengangguk ringan, tersadar karena masalah dikepalanya dia terlalu senang berlarut larut dengan dunianya sendiri dan makin lupa kepada orang tuanya yang mulai menuju senja
YOU ARE READING
the eternity origins : 2009
Romancedua tahun setelah kelulusan , Allegro Fajar Harison tenggelam dalam lingkungan baru ,pekerjaan sebagai tim litbang selebritis kelas C yang menjadi legislator di Dewan Perwakilan Rakyat ,Suci Estrella ....lubang di hati si cungkring masih terasa meng...