11. Bocah Angon dan Mimpi yang terputus Masa

66 5 0
                                    

Tigaraksa, 3 Bulan Kemudian

Allegro mengelap keringatnya... Di sela sela kesibukannya dia mulai bisa menata pelan pelan sarang kecilnya....

Sarang Kecil di Pedalaman Kabupaten Tangerang yang dibelinya dari... Entah apa dia harus menyebutnya

Kuncian jiwa yang terlalu cepat berlalu

Terakhir Teguh mengirimkan email dari Mallorca... Sekarang dia menjadi tangan kanan Ibu Dutabesar... Dan mereka berdua menyiksa si Jenderal dengan Jadwal Ketat dan makanan sehat....

Neraka yang menjaga baik baik penghuninya

Mereka tidak pernah berpisah karena mereka sesungguhnya tidak pernah bersama, tapi sementara yang mereka jalani sungguh sempurna, dan karenanya Allegro sungguh berterimakasih karena walaupun mereka kini masing masing... Mereka tetap sehat dan baik baik saja

Si Cungkring memandangi Lukisan yang tergantung di ruang tamu... Teringat Malam di Pasar Seni bersama Kerak Telor hangat...

"Ini sepertiku dulu, Le... Seharian mencari rumput untuk sapi sapi bapak di desa...." Jelas Teguh menjelaskan kenapa dia begitu merasa keterikatan dengan lukisan itu

Bocah itu begitu damai tertidur di tumpukan jerami sementara sabit tajam tergeletak begitu saja di sampingnya

Terbayang kecupan lembut sang pria di bahunya "dan entah kenapa ini mengingatkanku padamu Le... Kamu yang lelah... Kamu yang butuh sesekali beristirahat" Lirih Teguh yang memeluknya erat ketika mereka menghabiskan waktu dalam malam malam hangat di Tigaraksa

"Dan lo ninggalin lukisan ini biar bisa ngelupain gue, i guess? " Cebik si Cungkring seraya mengkertakkan bahunya... Ketika tiba tiba terdengar suara ketukan di pintu

"Sebentarrrrrrr... " Ujar Allegro ... Tangannya dengan cekatan mengambil kaos yang tergeletak di sofa dan berjalan menuju pintu depan

Sebuah wajah nyengir lebar ketika pintu terbuka "Papa inget Abah kemarin bilang minta bantu  cariin Properti... Lalu keinget  bahwa kamu baru beli di daerah murah... " Jelas Lelaki setengah baya yang begitu saja muncul di Rumah si cungkring siang itu

Allegro terbengong melihat sang ayah dan pria setengah baya lainnya di belakangnya

"Le.... " Senyum Abah lebar.... Allegro tersadar dan mencium tangan laki laki setengah baya itu....

"Abah apa kabar? " Lirih si cungkring....

"Gimana kamu tahu... Kamu gak pernah lagi maen ke rumah... " Ujar Abah dengan nada prihatin

Allegro terdiam mendengarnya

"Ini kita mau ngobrol di luar aja atau...?" Si cungkring tersadar sejenak kemudian dengan rikuh mempersilahkan kedua orang tua itu masuk.

"Kalo abah pikir ini investasi jangka panjang... Akan sangat panjang sekali sih bah... Liat sekeliling... Mungkin sampai tiga puluh tahun lagi tempat ini juga belum akan ramai... " Celoteh si cungkring menjelaskan sementara mereka berjalan di lorong menuju ruang tamu

"Tapi kayaknya cocok buat Sanctuary le... Tempat ngabur ngabur.... " Timpal abah antusias

"Iya kayak Ale ngabur ngabur... " Cibir Papa menanggapi, si cungkring menyambutnya dengan cebikan kesal dan mencubit pinggang ayahnya

"Adaw adaw adaw... "Ujar sang ayah merintih

"Kenapa? " Bingung si tua

Laki laki yang lebih muda mendelik dan berkata "ngeselin ah.. " Ujarnya lirih

Sang ayah nyengir melihat anak tunggalnya dan berkata hangat "iya le... Papa juga kangen ale.. "

Si putra terdiam dan mengangguk ringan, tersadar karena masalah dikepalanya dia terlalu senang berlarut larut dengan dunianya sendiri dan makin lupa kepada orang tuanya  yang mulai menuju senja

the eternity origins : 2009Where stories live. Discover now