21. Epilog

104 3 6
                                    

"dan Alea mengusir semua anggota ormas itu pergi..." cerita lelaki tua di hadapanku dengan bersemangat ...mungkin tak pantas aku menyebutnya sebagai lelaki tua karena kenyataannya aku selalu lebih tua ...

aku tertawa sambil  menikmati sorot matanya  yang bergerak gerak hidup....  penuh api...... itu mengingatkanku sejenak pada malam malam di pasar seni ancol tempat kami mengobrol tentang Kerak Telor dan Dinosaurus
entah sudah berapa kali kereta lewat ...namun tidak ada yang berhasil menggoyahkan pembicaraan kami

"kau bilang Atasanmu itu Suci Estrella?" ujarku memecah tawanya ...sudah ada beberapa giginya yang hilang ...namun dia masih terlihat seperti bocah 15 tahun yang selalu antusias dengan apapun ...tubuh menua ...namun jiwa ...dia selalu di situ ...senyumku tak sengaja

"2007 sampai 2019 ...aku berhenti dan ..."

"membuat warung mie ayam di sini..." ujarku melengkapi kata kata si tampan dihadapanku

"kau tahu?" ujarnya terbelalak

aku mengangguk pelan lagi "kau baru saja cerita kan?" senyumku hangat

dia mengangguk angguk dan terdiam "sudah banyak lupanya ...maklum dari kecil sering kejedot..." cengirnya kemudian

aku terkekeh dan memandangi rel rel dihadapanku

" kalau kau bilang kau anak buah Suci Estrella ...kau pasti tahu jenderal kusumo kan?" lanjutku lagi

matanya membesar dan mengangguk angguk ... " iyaa tentu saja ....kabarnya mereka sempat beraffair ...putus sambung putus sambung ....sayang sekali di 2009 beliau memilih untuk menetap di luar negeri....aku lupa ... Marseilles .... Amsterdam ...."

"Mallorca....ya....Mallorca" ujar kami hampir bersamaan  ...tak sadar kami berdua tertawa

mata kami berpandangan sesaat "aku sempat menjadi ajudannya untuk beberapa saat ..." ujarku dalam tawa

" kalo aja mereka jadi ...kita tentu akan sering bertemu dan ngobrol ...Mas....." ujarnya tergagap

" Teguh..." ujarku melengkapinya lagi ...

"Yeah Teguh ...maaf....aku lupa...." cengirnya lagi

aku mengibaskan tangan "gapapa sante aja ...."

dia kemudian mengulurkan tangannya lagi sambil tersenyum Lebar

"aku Ale mas...." ujarnya hangat

"tapi kan tadi udah kenalan" bingungku

dia menggeleng sesaat "gak apa apa ...takut aku lupa lagi..." cengirnya

aku menerima uluran tangannya dengan mata berkaca kaca

"aku Teguh Le ...kamu baik baik?" senyumku sesaat ...

laki laki tua itu terbengong lagi ...aku tidak tahu apa yang dipikirkan kepala tuanya ...tiba tiba begitu saja dia memelukku

"Mas Teguhhhhhh" ujarnya dalam isak tangis ...kami berpelukan sesaat tepat ketika kereta yang kutunggu datang memasuki stasiun

dia memandangi wajahku tak percaya ..."mas Baik baik?" lirihnya

aku mengangguk "aku Baik baik ....dan aku harus pergi..." lirihku seraya melepaskan pelukannya ...dia terbengong dan kemudian tersenyum

"hati hati di jalan mas" ujarnya seraya melambaikan tangan ....pintu kereta otomatis menutup ....aku memandangi tubuh tuanya yang perlahan terlihat menjauh dan mengecil

....."bagaimana?" ujar suara berat di teleponku

aku tersenyum "keretaku sudah keluar stasiun ....terimakasih buat waktunya bang Ate ....dia mengingatku ...walaupun sebentar dia mengingatku...." jawabku seraya terduduk di kursi prioritas

"siap ...kuharap semua baik baik aja ...jaga diri mas teguh ....dan tenang saja ...biar Allegro aku yang jaga"  ujar Pria Tua itu seraya menutup sambungan telepon ....dengan langkah tertatih dia berjalan mendekati Allegro di Peron keberangkatan 

"kita pulang?" ujarnya manis seraya menyentuh pundak lelaki tua itu

Allegro yang sedikit terkaget kemudian mengangguk dan tersenyum "kita pulang..." lirihnya hangat

Radio dalam, 15.06.2022
The Eternity Origins : 2009
Tamat

the eternity origins : 2009Where stories live. Discover now