Paris In Love

Chapter 2

20 jam perjalananku ke Paris bukanlah waktu yang singkat. Untung, pesawat yang aku tumpangi menyediakan fasilitas film jadi aku merasa 'sedikit' tidak bosan. Sesekali aku ke toilet dan lanjut tidur lagi. Tidur-Makan-Nonton film-Makan-Tidur lagi, itulah kegiatan yang hanya bisa aku lakukan selama perjalanan ini, kegiatan yang sangat membosankan. Tuhan, kapan aku sampai di Paris? Mataku sudah tidak sabar untuk melihat keindahan kota Paris, hatiku sudah tidak sabar merasakan kebahagiaan ketika aku telah sampai di Kota Paris, dan kakiku sudah tidak sabar untuk menginjak tanah Paris. Hmm terkesan lebay, tapi itulah nyata yang aku alami sekarang ini. Kapan pesawat ini mendarat? Huft, baru kali ini aku merasakan perjalanan yang panjang dan membosankan. Apalagi tidak ada Fachri di sampingku, hmm lupakan soal Fachri untuk sementara, Riana. Tapi aku yakin, setelah aku sampai di Paris semua perjalanan panjang ini terbayar sudah dengan keindahan kota romantis itu.

Ladies and gentlemen, welcome to Charles de Gaulle Airport. Local time is 09.30. For your safety and comfort, we ask that you please remain seated with your seat belt fastened until the Captain turns off the Fasten Seat Belt sign. This will indicate that we have parked at the gate and that it is safe for you to move about

Mendengar Airplane Anouncement, aku pun langsung membuka mataku. Melihat ke arah jendela, pesawat sudah berjalan di Paris Airport. Terukir dengan jelas senyum di wajahku. Waa Riana sudah sampai di Paris, batinku menjerit.

We remind you to please wait until inside the terminal to use any electronic devices. On behalf of Garuda Indonesia, Pilot : Ardiansyah Reza and Copilot : Alex Alford and the entire crew, Id like to thank you for joining us on this trip and we are looking forward to seeing you on board again in the near future. Have a nice day!

Mataku terbelalak, mulutku terbuka lebar ketika mendengar Airplane Anouncement selanjutnya. What, Ardian? Pilotnya Ardian?

'Ardiansyah Reza' masih teringat jelas nama itu di ingatanku, dia adalah absen pertama di kelas 12 IPA 3. Ya Ardian, dia teman sekelasku waktu SMA Dulu. Aku memang tau sekarang dia berprofesi menjadi pilot tapi aku sama sekali nggak tau kalo dia menjadi pilot international penerbangan Indonesia-Paris. Sungguh di luar dugaan, hebatnya dia. Aku masih tidak percaya, dia yang menjadi pilot penerbangan panjangku ini. Eh tapi kan nama 'Ardiansyah Reza' nggak cuma dia aja di dunia ini, pikirku.

"Excusme" ucap seorang pramugari di hadapanku. Aku pun menoleh kepadanya, membuyarkan lamunanku tentang 'Ardian'

"Ada apa?" tanyaku.

Pramugari cantik itu menatapku, tatapannya berkata seolah-olah 'Oh orang Indo, jadi aku bisa pakai Bahasa Indonesia'

"Maaf, pesawat sudah mendarat sedari tadi dan penumpang sudah pada turun. Tinggal nona yang masih berada di sini" ucapnya sopan.

Aku pun mengangguk dan melihar sekeliling 'What, tinggal gue sendiri. Gara-gara ngelamunin Ardian nih huh'

"Oke, aku akan segera turun" balasku.

Pramugari itu tersenyum, wah cantiknya. Semua juga sudah tau kali Riana, pramugari itu tinggi, kulit mulus, cantik, ramah, senyumnya menawan haduh perfect lah, idaman para lelaki deh. Dulu aku pernah bercita-cita jadi pramugari tapi nggak kesampaian, tinggi badanku tidak memenuhi hehehe. Aku jadi kepikiran Ardian yang dikelilingi banyak pramugari cantik, dia pasti betah banget deh jadi pilot. Ups, kok pikiranku melayang jauh gini yaa.

"Maaf nona, ada yang bisa saya bantu?" ucapnya. Lagi-lagi aku melamun dan membuat pramugari itu kebingungan.

"Oh tidak, terimakasih. Maaf menunggu lama" balasku.

"Em, boleh aku tanya sesuatu?" tanyaku terhadap pramugari itu ketika perjalanan menuju pintu keluar.

"Boleh, tanya apa?" jawabnya ramah.