Chapter 3

1.9K 50 0
                                    

Kubuka mataku perlahan, sinar matahari telah menembus jendela kamar hotel yang sekarang sedang kutempati.

"Morning, Riana" ucapku pada diri sendiri. Entah, ucapan selamat pagi untuk diriku sendiri ini telah menjadi kebiasaanku sejak dulu. Habisnya kalian tau kan? Aku jomblo dari dulu, belum pernah ada cowok yang ngucapin selamat pagi untukku (kecuali Fachri). Jadi ya terpaksa aku mengucapkan untuk diriku sendiri sebagai ajang menghibur diri. Hiks, malangnya nasib jones :(

Eh tapi ada satu orang yang belum pernah absen ngucapin selamat pagi untukku loh. Siapa lagi kalo bukan Fachri.

'Selamat pagi, nyet'

"Hih.." dengusku ketika membaca pesan dari Fachri. Setiap pagi memang dia tak pernah absen untuk menggangguku dengan ucapan gilanya itu. Tapi aku lega, setidaknya ada orang yang ngucapin aku selamat pagi.

Seperti biasa, aku tak menjawabnya. Fachri bilang, dia ngirimin ucapan selamat pagi 'hanya' untuk mengibur Riana sang jomblo sejati doang. Secara tidak langsung, dia telah mencap Riana dengan sebutan jomblo seumur hidup. Apa-apaan dia, nggak tau apa aku korban friendzone-nya huh. Ya udah deh, mau seberapa tengilnya dia, Fachri tetap sahabatku -.-

Meletakkan ponselku di meja, aku berjalan menunju jendela besar yang telah membuat sinar matahari masuk dengan leluasa ke dalam kamar, membuat tidurku terganggu. Huh..

Semalam aku memang lupa menutup kordennya karena saking asyiknya melihat keindahan Kota Paris di malam hari. Dari tempat tidurku ini, aku bisa dengan santai melihat pemandangan di luar hingga semalam aku tertidur tanpa menutup korden.

Drrt..Drrt..

'Menganggu saja' batinku.

"Lagi asyik-asyik lihat pemandangan juga. Jangan bilang ini Fachri lagi -.- Apaan tuh bocah, gue liburan diganggu aje" dengusku lalu berjalan mengambil ponsel di meja.

"Wew Ardian" ucapku tak percaya ketika melihat satu pesan bukan dari seorang Fachri melainkan Ardian.

'Selamat pagi, Riana. Inget ya jam 7 udah aku jemput'

Waa, aku melonjak tak percaya. Ada juga yang ngucapin aku selamat pagi selain si tengil Fachri itu. Lebay memang, tapi tolong maklumi aku si jones ini hiks.

'Selamat pagi juga Ar. Oke, aku mau siap-siap dulu'

Aku membalas pesan singkat Ardian lalu mengirimkannya.

Setelah itu, aku beranjak pergi menuju kamar mandi, membersihkan diri.

Hm, Riana yang cantik ini telah siap dengan baju pendek berwarna putih dengan balutan sweater coklatnya. Celana jeans abu-abu dan juga sepatu Boots warna coklat yang serasi dengan sweater yang aku kenakan. Rambutku digerai. Wih, sedari tadi aku memuji tampilanku hari ini. Kayak mau kencan aja *Eh

Emang aku mau kencan sama siapa? Ardian? Oh iya ya, apa ini bisa disebut kencan? Aku berkeliling di Paris 'City Of Romance' dengan seorang pria apa bisa disebut kencan? Haha enggak lah Ri, lagian aku kan nggak ada hubungan apa-apa sama Ardian. Dasar jones, aku mengejek diriku sendiri -.-

'Eropa memang dingin. Untung pake sweater' batinku ketika telah keluar dari hotel berbintang ini.

Setelah dia mengirimkan pesan 'O-Te-We' aku langsung turun ke lantai dasar dan berjalan keluar dari hotel. Aku tidak ingin Ardian yang menungguku jadi lebih baik aku yang menunggunya, kan dia udah baik hati menemaniku keliling Paris.

Aku mengusap tanganku yang sepertinya telah kedinginan karena sedari tadi aku hanya berdiam menunggu kedatangan Ardian.

Mobil Ferarri tepat berhenti di depanku. Aku melihat, seorang pria yang turun lalu menghampiriku. Dia Ardian.

Paris In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang