Chapter 5

1.5K 44 3
                                        

'Cklek'

Aku baru saja keluar dari kamar mandi. Memakai baju handukku, aku duduk di depan meja rias kamar hotel yang aku tempati sembari mengeringkan rambut panjangku yang basah setelah keramas. Aku memang bangun lebih pagi hari ini, jam masih menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Jadi aku masih punya waktu satu jam lebih sebelum Ardian menjemputku.

'Tok..tok..tok..'

Selagi aku menata rambut dan wajahku di depan meja rias, terdengar bunyi ketukan dari luar kamar. Aku tertegun, melihat jam yang masih menunjukkan pukul 6 pagi. Siapa yang pagi buta ini sudah mengetuk kamar hotel Riana? Apa Ardian? Ah enggak, kan kita baru janjian pukul 7 pagi. Aku menghentikan aktivitasku lalu segera membukakan pintu masih menggunakan baju handukku (?)

"Excusme" ucap seorang pria yang sedari tadi mengetuk pintu kamar. Dia?? Petugas hotel (?)

"Ada apa?" Tanyaku menggunakan Bahasa Inggris. Dia juga menjawab dengan Bahasa Inggris karena tau kalau aku orang asing dari wajahku sudah kelihatan kalau aku orang Asia.

"Sorry. Batas anda bermalam di hotel ini sudah habis" ucap petugas hotel itu.

Mendengar itu, aku membelalakkan mataku "WHAT!!" Teriakku. "Kok bisa?" Tanyaku selanjutnya.

"Bereskan barang-barang anda, nyonya" perintah petugas hotel.

"Lo ngusir gue" ucapku penuh penekanan sembari menatap tajam pria itu. Dan Riana menggunakan bahasa 'lo-gue' agar tidak dimengerti petugas hotel sialan itu.

Menyadari kekesalanku, petugas hotel menyarankanku agar segera ke lobby untuk memastikan.

Aku memutar bola mataku, mengambil sweater lalu memakainya di badanku guna menutupi baju handuk yang aku pakai. Lalu, aku segera menuju lobby hotel.

Aku mendengus kesal ketika selesai mendengarkan penjelasan dari resepsionis yang berada di lobby. Seketika, rasanya Riana pengen teriak aaa -.-

Aku teringat seseorang ~> MONYET!!

Iyaa!! Dia kan yang pesen hotel ini!! Berarti dia tau segalanya dong!! Huh awas yaa kau Fachri!! Kenapa lo cuma mesen kamar 3 hari huft??!!

Aku pun segera menelpon Fachri. Tapi sayang, dia belom juga ngangkat telpon dari Riana. Sedari tadi aku hanya jalan bolak-bolak dari ujung lobby ke ujung lobby lainnya. Terserah, aku dikira orang aneh kek, orang gila, atau orang malang yang telah diusir dari hotel huft, Aku Nggak Peduli what ever. Apalagi saat ini aku masih menggunakan baju handuk yang hanya aku balut dengan sweater. Ah benar-benar aku nggak peduli!!

Yang jelas, aku diberi waktu 3 jam untuk bisa pergi dari hotel ini. Aku nggak mungkin memperpanjang bermalam di sini. Karena uang yang aku bawa hanya untuk biaya makanan, pernak-pernik, oleh-oleh, bukan untuk biaya perhotelan yang super mahal ini. Kan tentang perhotelan sudah beres diurus sebelum keberangkatan dulu, jadi ketika sampai di Paris langsung tinggal ditempati. Tapi ini, eh malah diusir gitu aja.

Hem, gue minta penjelasan lo monyet!! Jawab telpon gue!! Gue udah kayak orang gila tau nggak!?

"Riana.." panggil seseorang yang membuatku menghentikan aktivitas bolak-balik gaje ini. Aku sudah hafal jelas suara itu. Suara Ardian.

"Ar.." balasku.

"Kamu kenapa?" Tanya Ardian setelah melihatku dari atas sampai bawah. Dia menganggap aku apa? Kurang waras kah?

"Kamu disuruh pergi dari hotel ini?" Tanyanya lagi.

"Udah tau kenapa tanya sih Ar" kesalku.

"Iya. Tadi aku diceritain sama satpam katanya ada orang aneh gara-gara diusir. Ternyata kamu" balas Ardian terkekeh.

Paris In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang