Ep 5. Gak Apa-Apa, Na

53 14 2
                                    

BGM: Garis Terdepan – Fiersa Bersari

•••••••••••••••••••••

"Pak Sugeng, baksonya dua ya," kata Ayam sambil duduk di kursi.

"Tambahin satu lagi, Pak." Adimas dateng terus duduk di samping gue.

Ayam ngeliatin Adimas. "Gua 'kan cuma mau nraktir Una."

"Bayar sendiri, Dik. Santai." Adimas ketawa.

Jadi begini, Ayam menang permainan pingpong buat pertama kalinya. Lawannya emang gampang, sih, gak ada tenaganya soalnya. Kayak balon letoy yang ada di depan Toko Cat Wa Wa Wa. Tau 'kan? Yang kuning melambai-lambai gitu deh.

Orangnya baru pindah ke sini, gue gak tau namanya. Kata emak-emak yang ngerumpi di depan posyandu tadi sih dia tuh duda (vibe-nya gak kayak daddy-daddy Webtoon, jangan berekspektasi terlalu tinggi).

Waktu baksonya dateng, gue langsung nambahin sambel dua sendok. Gue sampe bisa denger Adimas meringis. "Jangan banyak-banyak, Na. Nanti sakit perut."

"Segini mah dikit." Habis itu gue nyuap baksonya. Seger banget sore-sore begini.

"Biasa lah, Mas, cewek." Ayam ketawa. "Una, itu belanjaannya taro aja di meja, jangan dipeluk gitu."

"Yang nyentuh bakal terjebak sama gue seumur hidup," kata gue asal sambil naro kereseknya di atas meja.

"Ih, Una beli baby oil?" ANJIR KOK DIA NYENTUH SIH? THE FUCK? PLEASE, YA TUHAN, HAMBA TARIK UCAPAN YANG TADI. "Sama minyak telon. Pantes aja kamu baunya kayak bayi."

"Anjir, gua kira lo pakenya semacam Cap Kapak gitu, Na. Ternyata minyak telon."

"Cap ... Cap Kapak terlalu panas." Gue merajuk. "Kalau minyak kayu putih baunya terlalu menyengat."

"Berarti gue paling kuat ya?" Ayam ketawa. "Adimas juga gak bisa pake cap kapak."

Adimas cemberut. "Itu 'kan emang panas banget! Rasanya kayak kebakar tau."

Gue ngangguk. "Orang gila banget yang suka pake itu. Mending minyak telon kemana-mana."

"Jangan-jangan kamu juga pake bedak bayi buat make up?" Adimas nanya.

"Enggak lah!" Gue sewot.

Jadi inget cewek-cewek rese yang sok-sok gak ngerti make up terus bilang cuma pake bedak bayi. "Bedak bayi itu gak aman dipake di muka, buat bayi maupun orang dewasa. Soalnya kalau kehirup bahaya."

"Pak, baksonya satu ya. Pake bakso yang kecil-kecil aja." Si Duda dateng nyamperin meja kita (ini emang meja satu-satunya sih). "Saya ikut duduk di sini ya?"

Adimas ngangguk sementara gue lanjut makan. Kalau dirasa-rasa ini baksonya kurang asem dikit, jadi gue tambahin cuka (jangan lupa tutupnya diperiksa kenceng apa enggak).

"Una, ih. Udah pedes ditambah asem. Nanti sakit perut." Ni Kunyuk berisik banget sih?

"Gak akan," gue ngejawab santai terus nyuap potongan baso.

Si Duda ketawa kecil. "Dasar anak muda kasmaran."

Ohok, ohok!

"Pak, minta air!"

"Aduh, Na. Makannya hati-hati dong."

"AH! Jangan pegang-pegang. Gue bukan pacar lo! Pacar gue gepeng!"

•••

Di luar lagi hujan. Tumben banget, padahal belum musimnya. Ya, intinya hujan itu sama dengan pembawa alergi. Pengumpulan buat lomba animasi itu tinggal dua minggu lagi, jadi gue cuma bisa nyolok lubang idung gue pake tisu biar ingusnya gak ganggu gue kerja.

Marsmellow Isi Cabai |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang