Ep 6. Pindah ke Kosan

42 18 5
                                    

"Barang-barang lo ada di sofa, tadi dianterin Bapak."

Gue langsung melek begitu denger itu. "Kok gue gak dibangunin?"

"Kata Bapak lo pasti capek jadi gak usah dibangunin." Sunny duduk di samping Yugu. "Nanti kalau ada apa-apa telpon aja."

Gue mengangguk. "Oke. Makasih ya."

"Makan, Mbul. Gua bikin nasi goreng nih."

Sumpah, gue kasih tau ya, nasi gorengnya Yugu tuh enak banget. Kalau dia jadi tukang nasi goreng pasti laku keras, asli dah. "Sebentar, gue buka hape dulu. Mau ngabarin klien."

"Yug, laptop gue gimana? Bisa dibenerin?" tanya gue setelah duduk di meja makan.

"Bisa," jawab Yugu habis itu menyuap nasi gorengnya, "tapi gue gak bisa ngapa-ngapain tablet lo."

"Jangan ngomong sambil makan, Bro."

Huh, gue menghela napas, Puji Tuhan. Semoga masih bisa ikut lomba. "Gak apa-apa, Yug. Nanti gue pake pentab lama aja."

Kita bertiga lanjut makan, jadi cuma kedengeran denting sendok kena piring.

"Makasih ya udah mau nampung gue," kata gue setelah makanan gue abis. "Gak akan ganggu lama kok."

Sunny langsung ngeliatin gue. "Lo udah mau balik ke rumah? Emangnya berani gitu?" Dia mencibir setengah bercanda.

"Bisa mati gue kalau pulang ke rumah." Gue tertawa hambar. "Besok gue mau ngecek kosan, kalau sesuai sama apa yang gue butuhin, lusa pulang buat ngambil barang."

"Kosan!?" Sunny reflek teriak. "Lo emang bisa survive tinggal sendirian? Masak aja keasinan."

I felt attacked, tapi tidak bisa menyangkal. Gue orang yang serba bisa, tapi kalau soal masak mah udah lah. Apalagi ngegoreng, takut banget gue sama minyak panas.

[ngerasa terserang]

"Lu bisa masak nasi 'kan?" Gue ngangguk jawab pertanyaan Yugu. "Ya udah, kalau bisa mah lauknya bisa beli."

"Ih, kok kamu ngedukung!?" Sunny melototin Yugu. "Nanti kalau Una mati kelaperan gimana? Kalau kena copet? Di luar 'kan bahaya banget buat perempuan."

Kayak dia gak pernah tinggal sendirian aja anjir.

"Daerahnya emang sepi, tapi aman kok. Kosannya juga punya satpam sendiri. Yang punya ibunya temen gue."

"Temen lo? Yang mana? 'kan cuma sedikit, kalau ada seenggaknya gue tau dong?" Bener sih, cuma no comment deh.

"Ayam. Ibunya Ayam yang punya kosan. Dia yang jaga kosannya." Gue juga kaget waktu tau ibunya Ayam punya kosan.

"Oh, si tukang mural. Ya udah, gak apa-apa." Gue seneng sih, tapi ... Ayam tuh keliatan bisa diandalkannya dari mana?

"Perlu dianter gak?" Sunny nanya lagi. "Gue hari ini gak ada job."

"Gak usah, Ayam mau jemput."

Gue bisa ngeliat Yugu bolak-balik natep gue sama Sunny. Tatapannya sangat mencurigakan. Jangan-jangan yang bakal dateng malah Adimas? Enggak kali ... 'kan hari ini weekday

NINU NINU NINU.

"ANJIR, UNA!" Sunny setengah teriak sambil nutupin telinganya. "Berapa kali pun gue denger masih kaget. Lo kok bisa biasa aja sih?"

"Lebay. Yugu aja biasa." Yugu langsung masang muka 'gue gak ikutan'. "Gue jawab dulu ya."

Itu nomor asing. "Halo, ini Una. Dengan siapa ya?"

Marsmellow Isi Cabai |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang