Ep 7. Adimas Bisa Masak? Ngadi-Ngadi lo!

49 17 8
                                    

Asap dari vape ikut keluar waktu gue ngeluarin napas. Huh ... ini animasi kok gak selesai-selesai ya? Tangan gue udah sakit banget, sampe koyo biasa aja gak mempan (sekarang gue pake koyo cabe).

Anyway, gue dah pake MacBook sama Wacom sogokannya Adimas. You won't believe how fast it is, sangat memperlancar kerja gue. Ini semua berkat pengetahuan Ayam tentang teknologi (ini gue aja yang super duper clueless tentang MacBook).

[lu gak akan percaya betapa kencengnya dia]
[gak tau apa-apa]

Tok tok tok!

Gue menghela napas— "Anjir, si Ayam—" setelah itu bukain pintu sambil ogah-ogahan. "'kan udah gue bilang jangan gang—"

"Una, kok tangan kamu banyak koyonya?" The fuck? Kok malah Adimas yang ada di sini?

Dia tiba-tiba megang tangan gue. Oh shoot. Jantung gue berdebar. Kenapa ... kenapa tangannya Adimas seksi banget? Panjang, berotot, pembuluh darahnya keliatan samar-samar. Also, my hands looks so small compared to his.

[tangan gue keliatan kecil banget dibandingin sama dia]

Hand kink gue ... teraktifasi oleh tangannya Adimas. THIS IS BAD Y'ALL. VERY VERY BAD.

[BURUK BANGET INI]

Adimas cemberut. "Jangan dipaksain, Na. Kalau cedera parah 'kan nanti malah gak bisa gambar lagi."

"Jangan pegang-pegang." Gue buru-buru narik tangan gue sambil buang muka. "Segini mah biasa."

Sekarang Adimas keliatan salah tingkah. "En ... um ... ma-maaf, aku agak impulsif tadi."

Gue natep sinis Adimas sambil berkacak pinggang. "Lo kenapa ke sini?"

"Ngajak kamu makan." Dia senyum lebar. His mood changes so fast. "Aku masak banyak makanan di bawah."

[Suasana hatinya berubah cepat sekali]

Gue mengangkat alis. "Lo? Masak? Emang bisa?"

Jirit! Kilatan listrik keluar dari mata Adimas. "BISALAH!" Pfft, dia sewot. "Teganya Una ngomong gitu ke aku."

Tega lah, emangnya lo siapa?

"Ayo, Na. Kita makan siang ya?" Shit, nih anak mukanya berubah jadi kayak puppy. I hate this.

Gue nengok buat liat kerjaan gue. "Kerjaan gue belum nyampe target."

Mukanya jadi tambah melas, kayak anjing samoyed yang sedih karena gak dibolehin main keluar. Gue suka samoyed, tapi sekarang udah enggak lagi. "Padahal aku udah masak banyak. Ada gambas, onigiri, ramen, pizza, pasta, salad, hamburg steak, aku bahkan beli wagyu. Atau kamu sukanya yang manis? Ada waffle, Japanese pancake, new york cheese cake, dango, es krim, marta—"

"Stop, stop!" Habis denger semua makanan itu disebutin (walaupun gak yakin itu beneran) gue jadi ngerasa sayang kalau gak ada yang makan. I hate that he uses my weakness demi keuntungan pribadi.

[gue benci banget dia pake kelemahan gue]

Gue menghela napas. "Oke deh. Gue matiin dulu laptop gue."

Gue jadi tambah kesel liat Adimas bersinar.

Makanannya gak sebanyak yang Adimas ngomongin (udah gue duga, dia cuma menggertak aja), tapi masih lumayan banyak. Di dapur juga ada Ayam, Tante Ajeng (ibunya Ayam), sama cewek yang gue gak kenal. Bukan penghuni kosan kayaknya?

"Sore, Una." Tante Ajeng senyum lebar. "Gimana kerjaan kamu? Udah selesai?"

Gue nebak Tante Ajeng tau tentang kerjaan gue lewat Ayam. Sigh, untung gue gak cerita banyak ke dia. "Sedikit lagi, Tante."

Marsmellow Isi Cabai |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang