Hallo! Akhirnya aku bisa update lagi yey!!Ada yang kangen Junei gak nih? Atau kangen Radit? Atau yang lain? Coba komen disini.
Koreksi ya kalau masih ada typo atau kesalahan dalam penulisan, soalnya aku juga masih belajar hehe.
Jangan lupa buat vote+komen ya.
Happy Reading💗-!!
*****
Jonathan duduk bersandar di kepala ranjang dengan kedua tangan yang saling bertaut. Di pangkuannya terdapat sebuah bingkai foto yang terbalik.
Dia mengacak rambutnya kasar, seraya melirik jam yang terletak di nakas samping ranjang. Waktu sudah menunjukkan pukul 05.47 pagi. Kantung mata yang nampak terlihat kehitaman itu menandakan sang pemilik mata tidak tidur setelah bermimpi semalam.
Ya, setelah mengalami mimpi itu, lagi, Jonathan tidak bisa memejamkan matanya barang sedikit pun, dirinya tetap terjaga sampai pagi ini. Ia hanya sibuk memandangi bingkai yang sebelumnya senantiasa ia genggam dan melihat foto di dalamnya.
Seakan tersadar, Jonathan segera bangun dari posisi duduknya, berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarnya. Berniat menyegarkan diri dan berangkat sekolah tanpa bertemu orang tuanya.
Sekali lagi, dia bukannya takut, dia hanya muak melihat mereka yang terus membandingkannya. Ralat, mungkin hanya papanya.
Dia berusaha menahan mati-matian selama ini untuk tidak meluapkan amarahnya di depan papa dan mamanya.
Tapi dirinya gagal, dia sudah tidak tahan lagi dengan semua ini. Yang pada akhirnya dia tidak bisa mengontrol emosi dan meluapkan semua sesak yang selama ini dia rasa.
Ya walaupun tidak sepenuhnya sesak itu hilang.
Setelah selesai bersiap dan merapikan rambutnya, Jonathan bergegas keluar dari kamarnya. Jangan kalian pikir jika dia mengenakan dasi atau yang lain, menurut Jonathan itu terlalu merepotkan.
Jadi ya dia hanya berpenampilan urakan, tetapi itu tidak sedikit pun mengurangi ketampanan seorang Jonathan Liyuan Erlangga.
Ah Jonathan tidak suka dengan akhiran namanya. Buat apa marga itu, jika dia saja tidak dianggap? Begitu pikirnya.
Satu persatu anak tangga telah dilewatinya, tinggal beberapa anak tangga lagi.
Dari tempatnya berdiri, sudah terlihat dua orang yang tengah duduk di kursi meja makan dengan posisi yang membelakanginya.
"Shit," gumamnya.
Berniat untuk tidak peduli, Jonathan terus melanjutkan langkahnya hendak melewati meja makan.
"Apakah seperti itu caramu menghormati orang tua?" Suara keras itu menggema di seluruh ruang makan.
Jonathan menghentikan langkahnya, tanpa berbalik badan saja dia tau siapa yang berbicara.
"Nathan, ayo sarapan dulu," Mayang berjalan menghampiri Jonathan, dan menarik lengannya lembut.
Sebenarnya Jonathan ingin menolak, tapi ini atas permintaan mamahnya, jika tidak mungkin dia sudah menebalkan telinga dan segera keluar dari rumah ini.
Setelah mendudukkan diri di kursi depan mamahnya Jonathan kembali harus menebalkan telinga, seolah tidak mendengar apapun. Itu lebih baik.
"Mau apa kamu? Bukannya kamu akan berangkat sekolah?" Dewa berkata dengan satu alis yang terangkat, menatap anaknya rendah.
"Sudah pa, nggak baik bertengkar di depan makanan," Mayang angkat suara.
"Gimana sekolah kamu, Nathan?" Tanya sang mamah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Junei
Teen Fiction***** Mereka mempunyai luka masing-masing. ***** Junei Aletta Mozarella, seorang gadis yang hanya hidup dengan ibunya. Dia tidak mengetahui siapa ayahnya, yang ia tahu dari ibunya bahwa ayahnya meninggalkan mereka berdua semasa Junei masih dalam kan...