Hallo! Aku update lagi
Ada yang nungguin Junei ga nih? Kayaknya sih ga ada, tapi gapapa semoga aja cerita ini bisa berlanjut sampai ending! Hihi
Kangen banget nulis cerita ini, berasa kayak udah lama nulis cerita wkwk. Sebenernya aku mau update dari lama, tapi ya karena belum ada ide jadinya baru bisa update lagi sekarang, berharap ini ga mengecewakan.
Eh malah jadi cerita kan, langsung aja ya!
Happy Reading!!💗
*****
Lengkungan senyum terbit di bibir seorang gadis yang tengah duduk di meja makan kecil rumahnya. Ia sudah berpakaian rapi dan bersiap pergi ke sekolah, tetapi sebelum itu ia menunggu sarapan yang akan disajikan oleh ibunya, ah dirinya sangat lapar.
Tak lama, wanita paruh baya datang dari arah dapur dengan tangan yang masing-masing memegang piring.
"Kenapa kok kamu senyum-senyum begitu?" tanyanya, heran melihat sang anak yang sudah melebarkan senyum pagi-pagi begini.
"Hehe, gapapa Bu, Junei gak sabar makan masakan ibu, laper" jawabnya dengan sedikit kekehan.
Sinta ikut terkekeh melihat tingkah Junei yang menurutnya lucu itu.
"Kamu ini, padahal setiap hari kan makan masakan ibu," ucapnya ikut menanggapi perkataan Junei.
"Tapi masakan ibu enak banget, jadi bikin cepet laper hehe," lagi-lagi Junei hanya terkekeh kecil.
Sinta meletakkan dua piring yang ada pada tangannya ke atas meja, lalu dirinya beranjak duduk di depan Junei yang kini tengah menatap hasil masakannya. Dirinya bahagia hanya dengan melihat binar bahagia di wajah sang anak, senang sekali rasanya melihat senyum itu terus terpatri.
"Kamu anak baik, kamu anugerah yang diberi Tuhan untuk ibu jaga, dan kamu saksi dari segala perjuangan ibu sampai saat ini. Ibu bersyukur punya kamu Junei."
"Ayo dimakan dong sarapannya, jangan diliatin terus" tegur Sinta seraya mengusap kepala Junei lembut.
"Okey, siap bos!" balas Junei seraya mengacungkan jempolnya.
Melihat itu, Sinta tertawa senang melihat Junei yang dengan antusianya melahap sarapannya.
Kebahagiaan tidak selalu diukur dari banyaknya kekayaan.
*****
Berbeda dengan Junei, kini Radit tengah memakan sarapannya dengan tidak minat, dia hanya mengaduk-aduk makanan itu tak jelas, tubuhnya berada disini, tetapi pikirannya melayang jauh entah kemana.
Deritan kursi di depannya mengembalikan kesadaran Radit, terlihat Randi yang sudah siap dengan pakaian kerjanya dan sekarang, pria paruh baya itu sedang melahap sarapannya dengan hikmat, tanpa mempedulikan Radit yang berada di sebelahnya.
Mereka sarapan bubur ayam yang tadi pagi sebelum bersiap ke sekolah Radit beli, tau jika tak mungkin ayahnya itu menyiapkan sarapan walaupun sekedar telur dadar.
Seperti biasa, suasana begitu hening. Canggung menyelimuti mereka, tak ada yang membuka suara untuk sekedar menyapa satu sama lain.
"Jangan lupa bawa sepeda saya pulang," Radit tersentak ketika mendengar suara Randi yang tiba-tiba saja terdengar.
"Iya yah, nanti pulang sekolah Radit bawa sepedanya," jawab Radit, sadar jika ayahnya itu sedang mengajaknya berbicara.
Setelah menghabiskan sarapannya, Randi segera berdiri dan berjalan untuk berangkat ke kantor. Sebelum itu, Radit cepat-cepat menghabiskan sarapannya dan menyusul sang ayah yang ternyata sedang mengenakan sepatu di kursi teras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Junei
Teen Fiction***** Mereka mempunyai luka masing-masing. ***** Junei Aletta Mozarella, seorang gadis yang hanya hidup dengan ibunya. Dia tidak mengetahui siapa ayahnya, yang ia tahu dari ibunya bahwa ayahnya meninggalkan mereka berdua semasa Junei masih dalam kan...