4. TERINGAT DIA

21 4 0
                                    


Halo! Aku update nih!

17 Agustus, 2021.

HAPPY INDEPENDENCE DAY INDONESIA YANG KE-76🇮🇩

Ada yang nungguin Junei nggak ya?

Oh iya, jangan lupa follow akun hilyyyaa_ ya!

Jangan lupa vote + komen-!!

Happy Reading-!!

*****

"Maafin ibu ya, nak"

Secepat kilat Junei melepaskan pelukan mereka, satu tangannya ia gunakan untuk memegang bahu sang ibu, sedangkan tangannya yang lain sibuk menghapus air mata yang lama-kelamaan meluncur kian banyak dari mata ibunya. Hatinya seperti teriris, hatinya ikut sakit melihat orang yang paling dia sayang kini menangis.

Junei membantu ibunya untuk masuk ke dalam rumah, menuntunnya untuk duduk di sofa, serta memegang kedua tangan sang ibu.

"Bu, kenapa?" tanyanya pelan.

Bukannya menjawab pertanyaan anaknya, Sinta malah semakin keras menangis. Anaknya, tumbuh dengan baik tanpa sosok seorang ayah, mungkin.

Sinta menangkup wajah anaknya, dilihatnya dengan seksama wajah sang anak.

"Setiap melihat wajahmu, ibu selalu teringat dia, dia yang sudah meninggalkan kita dalam keadaan susah, dia yang mungkin tidak menginginkanmu, dia yang mungkin sudah lupa telah memiliki seorang putri yang cantik sepertimu, putriku, sangat mirip 'dengannya'" batinnya bergumam lirih.

Tepukan pelan di pundaknya, membuat lamunan Sinta buyar seketika.

"Ibu kenapa sih?" tanya Junei bingung, pasalnya tadi tiba-tiba ibunya ini menangis, entah karena apa dirinya juga tidak tahu.

"E-eh, nggak papa kok, cuma terharu aja, sekarang anak ibu udah besar ya, udah bisa bantu ibu cari uang. Maafin ibu yang belum bisa bahagiain kamu," jawabnya sembari mengelus puncak kepala Junei lembut.

"Belum bisa bahagiain gimana sih Bu? Junei bahagia banget punya ibu, liat ibu masih bisa senyum kayak gini aja udah cukup kok," balas Junei sembari menatap ibunya sendu.

"Ya udah, sekarang kamu makan dulu, pasti capek kan abis kerja," alih Sinta.

"Junei laper banget Bu, kangen sama masakan ibu yang enak," jawab Junei sembari mengelus perutnya.

"Kamu ini, ya sudah ayo makan," Sinta berjalan ke meja makan, diikuti Junei di belakangnya.

'Andai kau tau, sekarang putrimu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, apakah kau tak mau menemuinya?'

*****

Sepasang mata sedang memperhatikan langit-langit kamar, pikirannya melayang jauh pada kejadian sepulang sekolah tadi.

Radit, merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang hanya cukup ditempati satu orang saja, otaknya hanya fokus kepada satu orang yang dipanggilnya Ayah.

Flashback on

"Radit,"

Seketika tubuh Radit menegang kala seseorang itu memanggil namanya, ah sudah lama sekali rasanya tidak mendengar orang itu memanggil namanya.

Dunia JuneiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang