PART 3

589 94 2
                                    

Shani memarkirkan mobilnya di halaman kampus, dimana terlihat semua mobil sahabatnya sudah terparkir rapi disana. Shani turun dari mobil dan segera melangkahkan kakinya menuju ruang panitia yang berada di gedung seberang untuk membicarakan kegiatan ospek hari ini.

Baru beberapa meter melangkahkan kaki dari tempat parkir, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang menghentikan langkah Shani.

“Mau kemana sih bwang? Buru-buru amat?” Shani menoleh ke arah sumber suara, dan nampaklah seseorang sedang berdiri dan bersandar pada mobilnya. Beby, dia yang ternyata menghentikan langkah Shani.

“Lah bukannya ada meeting dulu ya sebelum kegiatan?” Shani berjalan mendekat pada Beby.

“Aduh masih aja ikut meeting, nih ya kita kan ikutan jadi panitia cuma buat cuci mata doang, gak niat-niat banget jadi gak usah ikut, cukup si Sisca aja perwakilan kita karena dia panitia inti.” jelas Beby dengan sedikit terkekeh, “Nihh.” Beby menyodorkan selembar kertas pada Shani.

“Apa nih?” Shani menerima selembar kertas yang di berikan Beby, lalu membacanya dengan teliti.

“Itu rundown acara ospek nanti.” jelas Beby, “Nanti kita jaga di bagian sini, tadi Sisca udah bagi buat kita.” sambil menunjuk tempat yang ada pada kertas yang di pegang oleh Shani.

“Oh gitu, okedeh." Shani melipat kertas itu menjadi beberapa bagian lalu menyimpannya pada saku celana. "Yang lain pada kemana?” tanya Shani.

“Biasalahh.”

“Ya udah yuk cabut lah.” ajak Shani.

“Skuyyy bwang.” Beby segera mengikuti langkah Shani.

Shani dan Beby berjalan menuju tempat yang di maksud Beby, yaitu kantin kampus mereka.

***

Di lain tempat Gracia sedang kesal dengan kedua sahabatnya itu, bagaimana tidak? Mereka berdua selalu saja meributkan hal-hal kecil dan bahkan tidak terlalu penting, menurut Gracia seperti itu.

“Aduhhh Gree, kenapa sih ninggalin kita?” gerutu Anin ketika Gracia tiba-tiba meninggalkan mereka berdua.

“Iya nih Gre, kenapa sih, kan kita cuma bercanda, kaya gak tau kita aja lo.” sahut Eli berusaha membujuk Gracia, agar Gracia tidak terlalu lama ngambek. Ya, sebenarnya Gracia tidak benar-benar ngambek dengan dua sahabatnya itu, tapi Gracia hanya tidak ingin mendengarkan ocehan mereka.

“Lagian kalian ribut mulu, capek gue liatnya, sehari aja akur bisa gak sih?” Gracia menunjukkan muka melasnya, agar kedua sahabatnya ini akur, meskipun cuma sehari. Sebenarnya keributan mereka itu sudah menjadi hal yang biasa dan makanan sehari-haru untuk Gracia. Tapi di hari pertamanya masuk kuliah ini, Gracia tidak ingin moodnya rusak hanya karena kedua orang sahabatnya itu ribut.

“Iya-iya Gre kita akur deh, nih gue pelukan nih sama Eli.” Anin berjalan mendekat pada Eli lalu memeluknya singkat, Eli juga membalas pelukan Anin singkat. Kaduanya tersenyum pada Gracia sebagai bukti bahwa mereka akan akur, meskipun hanya sesaat.

“Beneran nih akur? Gak ribut lagi?” tanya Gracia meyakinkan dirinya pada kedua sahabatnya.

“Iya Gre beneran kita.” Jawab Anin.

“Apa perlu kita pelukan yang lama biar lo percaya kita akur?” tanya Eli.

Anin dan Eli kembali berpelukan selama beberapa detik.

Gracia tersenyum lebar pada kedua sahabatnya itu. “Nahh gitu dong, coba dari jaman SMP kalian begini, kan enak di lihatnya gak bikin gue kesel juga setiap hari, untung gue gak darah tinggi punya sahabat model kaya lo lo berdua ini.” canda Gracia.

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang