Anin dan Gracia bergegas menuju ruang musik untuk menemui Beby, di susul dengan Eli dan Indah yang baru saja mengambil tas dan peralatan di aula kampus.
Sesampainya di depan ruang musik, Anin dan Gracia mengetuk pintu ruangan itu lalu masuk, dan benar saja informasi yang di berikan oleh Eli bahwa Beby berada di ruang musik.
“Permisi Kak.” Sapa Anin ramah pada Beby.
Beby yang sedang fokus memainkan gitarnya pun menghentikan permainannya, menoleh ke arah sumber suara di mana sudah berdiri dua adik tingkatnya itu.
“Anin? Gracia? Ada apa?” Beby merasa sedikit heran dan bingung, ada apa kedua adik tingkatnya ini menemuinya. Padahal ini sudah waktunya jam pulang dan sudah tidak ada lagi kegiatan ospek.
Gracia dan Anin berjalan perlahan mendekati Beby.
“Emmm, Kak maaf sebelumnya gue mau nanya, apa tadi lo yang bawa Gracia ke ruang kesehatan?” tanya Anin sopan kepada Beby.
“Oh, iya tadi gue yang bawa Gracia ke ruang kesehatan.” Kalimat yang keluar dari mulut Beby mampu membuat tubuh Gracia menjadi semakin lesu.
“Tapi yang gendong Gracia ke ruang kesehatan si Shani sih, gue cuma ikutin di belakang doang.” Seketika perasaan Gracia menjadi senang. Dalam lubuk hati Gracia, dia memang sangat menginginkan jika Shani yang tadi membawanya ke ruang kesehatan. Dan tanpa di sadari oleh Gracia, sebuah senyuman tipis tercetak di bibir Gracia.
“Btw, Kak Shani kemana ya kalau boleh tau?” tanya Gracia pada Beby karena Gracia tidak melihat sosok Shani dalam ruangan itu.
“Oh tadi sih dia bilang kalo mau ke ruang panitia dulu katanya, tunggu aja bentar lagi juga nongol tuh anak.” Gracia dan Anin hanya mengangguk mendengar jawaban Beby.
“Duduk aja di situ.” tunjuk Beby pada sofa yang tidak terlalu panjang, namun muat untuk di duduki oleh dua orang. Gracia dan Anin segera duduk sambil menunggu Shani, di temani oleh suara petikan gitar dari permainan Beby.
Gracia dan Anin menikmati setiap alunan melodi dari lagu-lagu yang dibawakan oleh Beby. Menurut Anin, permainan gitar dari Beby sungguh menarik dan itu membuat kakak tingkatnya terlihat lebih keren jika dalam mode serius seperti sekarang.
Sepuluh menit berlalu, Shani yang di tunggu-tunggu akhirnya muncul dari balik pintu. Shani sedikit kaget jika di ruangan itu ada orang lain selain Beby, namun Shani hanya cuek saja dan terus berjalan menuju alat musik piano yang tak jauh dari pintu masuk.
"Haduh. dia lagi, dia lagi. Mau apa lagi sih tuh orang. Gedeg gue lama-lama. Huff sabar Shan." Batin Shani.
Shani duduk di depan piano dengan tangannya yang sudah siap untuk memencet tuts-tuts dan mengeluarkan melodi-melodi musik yang indah.
Shani dan Beby memainkan sebuah lagu dari permainan musik mereka. Suara petikan gitar yang di mainkan oleh Beby beradu dengan suara piano yang di mainkan oleh Shani. Membuat harmonisasi dalam sebuah lagu itu semakin terasa begitu indah dan merdu di telinga kedua adik tingkatnya.
Gracia menatap Shani dengan tatapan kagum. Tak menyangka jika Shani bisa memainkan alat musik lain selain gitar, yaitu piano. Pasalnya ketika Gracia menemui Shani di ruang musik beberapa waktu yang lalu, Shani sedang memainkan alat musik Gitar. Gracia pikir, Shani hanya bisa memainkan satu alat musik saja, tapi ternyata Gracia salah.
“Shan.” Panggil Beby ketika satu lagu selesai mereka mainkan. Shani yang merasa terpanggil segera melihat ke arah Beby. Beby hanya merespon dengan gerakan kepala untuk menunjuk pada dua orang adik tingkatnya yang sedari tadi duduk menunggu Shani, tapi malah seolah di abaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah
Randomblue_featherr x tujuh_januari Menceritakan sebuah kisah tentang... Mau tau gimana kelanjutannya? Silahkan baca ☺️