PART 13

651 85 10
                                    

Shani masuk ke dalam unit apartemennya, berniat akan mandi untuk membersihkan dirinya setelah seharian beraktivitas.

"Enak banget tadi ada yang belain waktu di kasih hukuman. Gue kapan ya di belain?" Sindir seseorang dengan tiba-tiba yang sedari tadi sudah berada di dalam unit apartemen Shani.

Shani terus berjalan menuju kamarnya tanpa memperdulikan seseorang itu, dan seseorang itu mengikuti Shani masuk ke dalam kamarnya.

"Lo ngapain sih tadi belain dia?" Tanya seseorang itu saat dia dan Shani berada di dalam kamar Shani.

"Belain gimana maksud lo? Dan siapa yang lo maksud itu?" Shani duduk di pinggir ranjang, lalu menatap seseorang yang saat ini berdiri di hadapannya.

"Si anak baru itu, siapa tuh namanya. Ya kenapa lo segitunya? Bahkan belain dia sampai bentak gue di depan sahabat-sahabat gue."

"Namanya Gracia." Shani mendengus pelan. "Ve, yang lo lakuin itu udah kelewatan, lo sadar gak?" Ucap Shani pada seseorang itu yang ternyata adalah Veranda.

"Apanya yang kelewatan? Gue cuma suruh dia lari keliling lapangan basket dua ratus kali itu doang."

"Itu doang lo bilang? Lo sadar gak sih kalo lo itu udah bikin anak orang tersiksa bahkan sampai bikin dia pingsan atas syarat konyol yang lo kasih ke dia? Cuma biar bisa wawancara dan dapet tanda tangan lo doang!" Emosi Shani mulai naik namun Shani berusaha mengendalikan emosinya saat ini.

Shani menghela nafasnya beberapa kali sambil mengusap mukanya. "Lo kalo mau kasih syarat, mending yang bisa kasih lo keuntungan. Beliin lo makanan atau minuman gitu contohnya, atau apa kek gitu yang gak nyiksa orang."

"Gue gak suka lo deket-deket sama dia." Ucap Veranda tiba-tiba.

Shani mengerutkan keningnya. "Tumben? Biasanya lo juga gak peduli gue mau deket sama siapa pun atau bahkan tidur sama siapa pun. Kenapa sekarang lo jadi ikut campur urusan pribadi gue?"

"Gue kurang suka aja sama dia."

Shani tersenyum miring. "Lo gak suka sama dia atau lo gak suka gue deket sama dia?"

"Dua-duanya."

Shani berdiri dan mendekat ke arah Veranda. "Inget ya, Ve. Lo gak berhak ikut campur sama urusan pribadi gue. Mau gue suka sama siapa, deket sama siapa, itu sama sekali bukan urusan lo!" Tegas Shani sambil menyentuh pundak Veranda dengan jari telunjuknya, lalu Shani masuk ke dalam kamar mandi tanpa memperdulikan Veranda yang masih berdiri di tempatnya.

Sepuluh menit berlalu, Shani keluar dari kamar mandi dan segera mengganti pakaiannya. Shani juga mengemasi barang-barang yang akan dia bawa untuk menemui Beby.

"Shan." Panggil Veranda saat Shani akan keluar meninggalkan apartemennya.

Shani menghentikan langkahnya. "Apa lagi, Ve?"

"Lo mau ke mana?"

"Gue mau ketemu Beby, ada urusan."

"Nanti lo pulang ke apartemen gue ya?" Pinta Veranda.

"Mau apa gue pulang ke apartemen lo?"

"Ya gue pengen lo temenin gue. Malem ini aja, Shan. Plis banget." Mohon Veranda pada Shani dengan raut muka yang memelas agar Shani mau menemani Veranda di apartemennya untuk malam ini.

Mendengar permohonan dari Veranda, Shani merasa iba dan juga kesal. Namun akhirnya Shani memutuskan untuk mengiyakan permohonan Veranda.

"Ya udah, nanti gue pulang ke apartemen lo." Veranda tersenyum mendengar jawaban Shani.

"Good girl. Makasih ya, Shan." Veranda mencium pipi Shani sekilas. "Hati-hati lo di jalan."

Shani mengangguk kemudian membalas mencium pipi Veranda sekilas, lalu meninggalkan Veranda yang masih betah berada di apartemennya.

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang