PART 5

560 87 9
                                    

Gracia berjalan menuju rooftop yang di maksud Shani dengan membawa satu tas kresek yang berisi makanan dan minuman yang di pesan oleh Shani tadi, di sana dia menemukan gadis itu sedang berdiri di pinggir tembok sedang melihat ke arah jalanan yang cukup ramai. Gracia pun berjalan mendekati Shani yang sedang terlihat fokus.

“Woyy ngapain lo ngelamun? Kesambet baru tau rasa lo.”
Shani menoleh ke arah Gracia dengan tatapan datar, lalu berjalan melewati Gracia menuju sofa panjang tanpa sepatah kata pun.

Gracia menghembuskan nafas kasar karena kesal, seolah di abaikan kan oleh Shani.

sabar” begitu batin Gracia saat ini.

“Ngapain lo berdiri mulu disitu? Sini!” perintah Shani yang sudah duduk di sofa panjang itu.

Gracia dengan cepat berbalik dan berjalan menuju arah Shani, menaruh tas kresek di atas meja yang sama panjangnya dengan sofa yang di duduki Shani.

“Duduk!” perintah Shani lagi. Gracia yang mendengar perintah itu segera duduk di samping kiri Shani tanpa membantah sedikit pun.

Hening menyelimuti keduanya, cukup lama tidak ada pembicaraan di antara mereka. Dan Gracia mulai bosan dengan suasana seperti ini, dan Shani juga masih menatap lurus ke depan, entah apa yang sedang dia pandang.

Gracia ingin memulai obrolan di antara mereka namun tiba-tiba tangan Shani meraih kresek yang tadi Gracia bawa lalu memakan sandwitch buatan Gracia. Mendapat dua gigitan, Shani memberikan satu sandwitch yang masih utuh pada Gracia.

“Buat lo.” Gracia mengerutkan keningnya bingung, tapi tanpa banyak bicara Gracia menerima sandwich itu dari tangan Shani dan mulai ikut memakannya.

“Enak juga sandwich buatan lo.” ucap Shani jujur sambil terus mengunyah sandwich yang ada di dalam mulutnya.

Ohokk..

Gracia yang mendengar perkataan Shani pun sontak tersedak. Dengan cepat, Shani memberikan sebotol air mineral pada Gracia.

“Makanya kalo makan tuh pelan-pelan biar gak kesedak, kesedak bisa bikin mati orang loh.” ucap Shani santai bahkan seperti tanpa dosa.

Gracia tidak menyangka ada orang yang memuji hasil karya dan jerih payahnya dalam membuat makanan. Itu karena memang Gracia jarang memasak, meskipun terlihat simple tapi ternyata ada yang memujinya. Ya, meskipun yang memuji adalah orang yang menyebalkan menurut Gracia untuk saat ini, dan orang itu adalah si cewek mesum, yang sampai saat ini Gracia belum tau siapa namanya.

“Emang beneran enak?” tanya Gracia ragu-ragu pada Shani. Shani hanya mengangguk beberapa kali sebagai jawaban ‘iya’ sambil terus memakan sandwich itu.

Hening kembali menyelimuti mereka berdua setelah sandwich yang mereka makan sudah habis tak tersisa. Tiba-tiba mata Gracia tidak sengaja melihat ke arah tangan kiri Shani yang terbalut perban, membuat kerutan di kening Gracia. Gracia yang memang dasarnya adalah sosok yang kepo akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, agar suasana di antara mereka tidak kaku dan sunyi seperti ini, karena Gracia benci itu.

“Emm, gue boleh tanya sesuatu?” ucap Gracia mengawali pembicaraan keduanya kembali dengan sangat hati-hati.

Shani melirik sekilas kepada Gracia. “Boleh.”

“Gue liat tangan kiri lo di perban, emang kenapa kalo boleh tau?”
Shani mengangkat dua alisnya mendengar pertanyaan dari Gracia, lalu menghembuskan nafas sedikit kasar.

“Ini?” Shani mengangkat lengan kirinya yang terbalut perban tanpa melihat ke arah Gracia namun hanya meliriknya sekilas.

Gracia hanya mengangguk. Shani sedang berfikir sejenak, mungkin memang dia harus menceritakan apa yang terjadi pada tangan kirinya itu dan agar seorang gadis yang sekarang berada di sampingnya itu mengerti apa sebab tangan kirinya itu terluka. Mungkin bisa jadi dengan penjelasan Shani, si cewek yang sekarang ada di sebelah Shani ini akan meminta maaf karena dia lah tangan Shani jadi terluka, atau setidaknya mengucapkan terima kasih pada Shani karena sudah menolong dirinya dari dua orang penjambret semalam?

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang