PART 6

484 79 3
                                    

“Woy Shan!” panggil seseorang dengan sedikit  berteriak membuat Shani menoleh dan melambaikan tangan pada seseorang itu.

“Sorry lama tadi masih mampir sebentar buat isi bensin, terus juga ada orang yang bikin perjalanan gue terhambat. Jadinya agak ke sorean gini.”

“Santai kali, kaya sama siapa aja lo. Oh iya gue udah pesen tadi, lo buruan pesen deh.” Shani memanggil pelayan dan segera memesan makanan. Hari ini setelah pulang kampus dia bertemu dengan orang yang semalam dia janjikan untuk mentraktir makan akibat tidak bisa menjemputnya di bandara karena insiden dia menolong Gracia. Tak lain tak bukan adalah kakaknya.

Kakak Shani melihat ke arah lengan Shani yang terbalut perban setelah Shani selesai memesan makanan.

“Shan tangan lo kenapa?” tanya sang kakak karena dia sangat penasaran pada lengan Shani.

“Oh ini, gapapa, cuma kena gores dikit aja kok, santai lah.”

"Lo semalem gak berantem kan?"

"Enggak, ini tuh semalem pas gue di club kena pecahan kaca karena si Sisca gak sengaja jatuhin botol, ya udah deh pecah terus pecahannya kena tangan gue." Kakak Shani merasa lega setelah mendengar penjelasan dari Shani, ternyata adiknya itu baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu hal buruk yang menimpa Shani. Tak tahu saja sang kakak, jika Shani sedang berbohong karena semalem dia memang sedang bertaruh nyawa.

Tidak lama makanan yang mereka pesan akhirnya tiba. Mereka berdua menikmati makanan masing-masing sambil asik mengobrol. Sang kakak juga menceritakan pada Shani bagaimana pengalaman kuliah selama di Jepang.

“Jadi udah berapa banyak orang Jepang yang lo jadiin pacar?” tanya Shani.

“Harus kah nanyain pacar? Sejujurnya gue gak ada pacar di sana. Tapi kalo temen tidur banyak sih.” Jawab sang kakak dengan cengiran yang menampilkan gigi putihnya sambil menaik turunkan alisnya.

“Temen tidur? Maksudnya lo sekamar berdua atau bertiga sama temen lo gitu?” Shani pura-pura tidak tahu dengan apa yang di katakan oleh kakaknya itu.

“Gak usah pura-pura gak tau deh lo. Gue bejek jadi tempe penyet lo Shan.”

"Lagian lo ngomongnya gak jelas. Temen tidur apaan sih?"

"Gue toyor pala lo jadi burung hantu tuh pala muter 360 derajat."

"Ck, santai dong. Emosian banget deh anda. Iya-iya gue ngerti apa yang lo maksud."

Mereka kembali menyantap makanan mereka dengan tenang.

“Terus apa lo ada rencana mau balik ke Jepang setelah lulus S2?” tanya Shani setelah makanan mereka berdua habis.

“Gak lah Shan, gue di sini aja. Lebih nyaman emang di rumah sendiri. Lagian lo mau sama siapa kalo gue pergi ke Jepang?”

“Enak di rumah sendiri atau enak karena maksud yang lain nih?” Shani menaik turun kan alisnya untuk menggoda sang kakak. "Ya kan ada si kampret Beby, Sisca, Jinan, sama Cindy." Lanjutnya

“Apaan sih? Jelas enak di rumah sendiri lah, beneran gue. Tapi perkataan lo juga gak ada salahnya sih kalo itu juga enak.” Jawab sang kakak dengan kekehan dan Shani juga ikut terkekeh. "Tapi lo gak bisa terusan bergantung sama mereka kan? Gue juga gak akan tenang kalo harus ninggalin lo, Shan."

Setelah pertemuan mereka berdua untuk makan siang yang sudah kesorean, Shani mengantar kakaknya pulang ke rumahnya, lebih tepatnya ke apartemen milik sang kakak. Sekitar 45 menit perjalanan keduanya sampai di parkiran apartemen sang kakak.

“Shan, mama nanyain lo. Lo masih gak mau balik buat nemuin mama meskipun cuma sebentar?” Shani yang mendengar pertanyaan itu tiba-tiba menjadi lesu dan menghembuskan nafas.

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang