PART 7

529 89 9
                                    

Gracia berjalan melewati lorong-lorong di kampusnya untuk mencari dimana ruang musik, karena Beby mengatakan jika Shani sedang berada di ruang musik.

Setelah berjalan melewati ruangan demi ruangan, langkah kaki Gracia berhenti ketika mendengar suara petikan gitar dari salah satu ruangan. Gracia menoleh ke arah sumber suara itu dan bisa Gracia lihat dengan jelas di dalam sana ada sosok yang saat ini sedang di carinya sedang memainkan gitar.

Gracia melihat Shani dari jendela kaca dengan posisi Shani yang memunggungi Gracia.

"Bakat juga dia main alat musik meskipun cuma gitar tapi lumayan." Batin Gracia.

Gracia ingin masuk ke ruangan musik itu untuk berterima kasih pada Shani, namun Gracia ragu dan mengurungkan niatnya untuk masuk, takut mengganggu kegiatan Shani. Akhirnya Gracia memutuskan untuk menunggu Shani di luar ruangan musik sampai Shani selesai dengan kegiatannya.

Tiga puluh menit berlalu, akhirnya Shani keluar dari ruang musik itu. Shani terkejut karena melihat ada sosok Gracia di depan ruang musik.

"Mau ngapain lagi nih bocah di sini?" batin Shani sambil mengerutkan alisnya.

Shani mulai berjalan ke arah Gracia yang sedang duduk. Gracia segera berdiri dari duduknya ketika melihat Shani keluar dari ruang musik dan berjalan menuju ke arahnya.

“Ngapain lo disini? Bukannya udah waktunya jam pulang?” tanya Shani ketika sudah ada di hadapan Gracia.

“Iya udah kok, gue kesini cuma mau nanyain sesuatu.”

“Sesuatu paan deh?” jawab Shani sedikit tidak santai.

“Isshh bisa santai aja gak sih? Gua mau nanya dengan baik-baik.” kesal Gracia karena lagi-lagi sikap Shani yang  menyebalkan.

Shani memutar kedua bola matanya. “Udah santai nih gue, lo mau nanya apaan sih?”

“Emm... Apa bener, tadi lo yang beliin dan bayarin makanan ke meja gue waktu di kantin?”

“Emang kenapa?”

“Ihh jawab dulu deh, kenapa balik nanya sih!?”

“Mungkin itu rejeki dari Tuhan kali buat hambanya yang mungkin lagi kelaparan.” jawab Shani sekenanya.

“Duhh, lo kenapa sih gak bisa serius? Gue nanya baik-baik!” Gracia mulai kesal dengan sikap Shani, nada bicara Gracia juga sedikit meninggi.

Tidak ingin ada perdebatan, Shani akhirnya menjawab dengan jujur. “Iya gue yang pesen dan bayarin makanan ke meja lo di kantin. Puas lo?!”

Merasa tidak ada jawaban dari Gracia, Shani mulai berjalan meninggalkan Gracia. Gracia yang memang sudah sedikit kesal dengan Shani semakin kesal karena sikap Shani yang pergi begitu saja, namun Gracia kesampingkan dulu rasa kesalnya pada Shani, dia segera berjalan menyusul Shani untuk mengucapkan terima kasih.

“Tunggu dulu woy.” Tangan Gracia meraih lengan kanan Shani dan seketika langkah Shani terhenti.

“Apa lagi sih? Gue mau balik.” Sekarang Shani yang mulai kesal dengan sikap Gracia.

“Gue cuma mau bilang makasih. Makasih lo udah beliin dan bayarin makanannya tadi, besok gue ganti.” ucap Gracia.

“Sama-sama dan gak perlu lo ganti, gue ikhlas dan anggap aja itu rejeki buat lo.”

Kaki Shani hendak melangkah lagi tapi dengan cepat tangan Gracia mencegah agar Shani tidak meninggalkan dirinya.

“Gue gak enak, lo mau apa sebagai gantinya?”

Sejenak Shani terdiam dan mulai berfikir, ada sebuah ide di dalam kepalanya yang membuat Shani tersenyum dengan tiba-tiba.

"Lo ngapain senyum-senyum sendiri? Kesambet?" Ucap Gracia yang melihat Shani sedang senyum-senyum tidak jelas.

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang