[3] Kids

85 14 0
                                    

Sebenarnya aku malas mengerjakan tugas lapangan. Akan tetapi, nilaiku tidak akan sempurna jika aku tak mengikuti kegiatan ini. Aku memilih untuk menahannya agar aku bisa memenuhi targetku.

Kali ini kelas kami digabung di kelas sebelah. Kami menjalankan sebuah projek volunteer kerja bakti Kebersihan di sebuah desa yang jauh dari kota Seoul. Sekolah kami memang mengeluarkan fasilitas yang cukup agar kami bisa kesana dengan selamat.

"Ini mirip study tour sih, cuma bedanya kita yang disuruh kerja." Ucap jisung yang sedang membersihkan sampah yang berserakan di sudut jalanan.

Kami bagian membersihkan sampah di daerah tersebut. Masih banyak siswa siswi lain yang kebagian kerja juga, biar turut andil dalam projek ini. Tentunya kami juga diawasi oleh guru.

"Ya emang, yaudahlah. Refreshing. Disini udaranya segar banget sampe gue bisa ngerasain udaranya di otak gua." Jisung mulai berbicara berlebihan. Aku mulai jengah dengan konversasi ini.

"Nanti kalo gue udah nikah, kayaknya gue milih tinggal disini deh. Biar gowon sama anak gue gak stress." Celetuk Seungmin tiba-tiba. Tumbenan tuh anak bicara soal pernikahan dan terdengar melankolis.

"Jauh amat???? Kayak lo masih sama gowon aja nanti."

"Lu mau gue pukul sebelah mana?" Ucap seungmin dengan datar. Aku pun menggelengkan kepala mendengar pertengkaran mereka berdua. Felix pun hanya diam saja.

"Pengen tinggal disini juga lix?" Tanyaku iseng.

"Hmmmm boleh juga, kayaknya gue mau bangun agensi idol disini buat buka lapangan kerja." Gumam Felix.

Memang sih mulia sekali niatnya tapi kurasa Felix akan menghabiskan seluruh hidupnya untuk membuka agensi tersebut dan tak akan sempat untuk menikah.

Kami berjalan setelah kami menyelesaikan tugas kami, sampai akhirnya kami berhenti di sebuah tempat yang sangat ramai sekali dan banyak suara anak-anak yang mendominasi.

Aku pun bergegas langsung memasuki tempat itu dan melihat sebuah panti asuhan disana.

Oh ternyata kelas sebelah memulai projeknya di sebuah panti asuhan.

Kami diberikan kebebasan untuk memulai tugas oleh guru yang ada disana. Jadinya kami dititahkan ikut bergabung juga. Bahkan Felix dan seungmin sudah ikut bergabung bermain bersama anak-anak yang lain.

Netraku menyipit ketika melihat seseorang yang ku kenal dari jauh. Aku pun menarik senyumku ketika melihatnya yang sedang bermain bersama anak-anak. Gadis itu tertawa seolah kebebasan memang menggambarkan sifat padanya.

Ia tertawa lepas ketika seorang gadis kecil berhasil membuatnya tertawa.

Ah, memang tak salah aku menganguminya sejak ia menolong seekor kucing saat itu. Ia memiliki hati yang selembut kapas. Secara tak sadar aku ikut melankolis seperti jisung.

"Siapa yang mau permen?!"

"Aku, kakak akuuuu!"

"Aku belum dua kali kakkk!"

"Aku mau lagiii!"

"Aku kakkk akuuuu!"

Kakiku melangkah untuk menghampirinya namun aku melihat seorang gadis kecil malah menghadang langkahku.

"Kakak, punya permen gak?" Katanya.

Akupun bingung dibuatnya. Aku baru saja datang, tapi sudah ditodong permen. Aku pun merogoh sesuatu di dalam kantung celanaku berharap menemukan sesuatu disana. Wajahku sumringah ketika menemukan satu bungkus biskuit kecil. Aku berjongkok dan memberikannya kepada gadis kecil itu.

The Way I Love HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang