Aku tak menyangka bahwa efek orang itu telah membawa ketakutan pada Kim hyunjin sehingga ia tak masuk sekolah. Sudah 3 hari aku pun mencuri-curi pandang di kelas sebelah, kelasnya Kim Hyunjin.
Padahal aku ingin sekali menghiburnya atau ingin mengenal lebih dekat lagi. Tapi aku rasanya seperti orang tak punya adab jika seseorang yang mempunyai trauma seperti itu aku malah tak memberikan jarak untuknya.
Aku menghela napas pelan, berapa lama lagi kira-kira gadis itu tak masuk sekolah?
"Kak hyunjin!"
Kepalaku mendongak dan menemukan adik kelasku yang ternyata memanggil diriku. Aku hanya menunjukkan senyum seadanya. Ah, padahal sudah kubilang sikap baikku itu jangan dianggap perasaan yang lain. Aku tak paham dengan pikiran perempuan yang selalu menganggap lebih jika ada seorang laki-laki yang baik kepadanya.
"Eh hai, minju."
Gadis itu memang cantik. Sangat cantik malah. Pipinya tirus dan mempunyai ciri khas tersendiri ketika tersenyum, tapi...tetap saja kriteria cantik tak cukup untuk menjadi hal yang aku sukai. Mamaku lebih cantik malah. Paling cantik di dunia ini.
"Buat kak hyunjin hehe." Dia memberikan sebuah Tupperware berwarna biru dan aku tebak isinya kue buatannya sendiri. Kue buatannya memang enak, aku sering memakannya. Tapi aku pun tak terlalu suka makanan manis sebenarnya.
"O-oh...oke..." Ucapku sambil tersenyum kecil.
"Dimakan ya kak." Ucapnya kali ini dengan senyuman yang lebar.
"Ya, pasti gue makan. Euhmㅡminju, besok-besok gak usah ngasih gue ini ya."
"Loh? Emang kenapa kak? Bukannya kak hyunjin suka?"
"Ya...suka. Tapi alangkah bagusnya dibagi-bagi aja ke temen sekelas lo, mereka kan belom pernah nyobain kue buatan lo. Gue juga bagi-bagi ke temen gue kok. Kali aja setelah mereka nyoba, terus enak, lo bisa jual kue ini ke mereka." Ucapku panjang lebar. Ya meskipun alasanku memang asal saja sih, tapi masuk akal juga.
"Oh gitu ya kak? Oke deh, nanti aku make saran kakak, hehe. Jangan lupa dimakan ya kak! Makasih banyak loh!" Serunya riang dan tak lupa menggenggam tanganku. Aku pun menjadi panik dan perlahan segera melepaskan genggamannya itu.
"Ya, sama-sama."
"Aku pergi dulu ya kak! Jangan lupa balas chat aku!" Teriaknya sambil berlari.
Aku pun menghela napasku. Aku meringis pelan. Aku pun tak tega menolak perempuan, apalagi mereka sering memasang wajah sedih mereka. Aku teringat wajah mamaku.
"Cielah, yang udah dapet bekel cinta dari degem." Aku pun menoleh ke samping dan menemukan jisung yang sudah menyindirku.
Aku hanya memandang datar ke arahnya. Rasanya malas sekali mendengar ledekan dari jisung.
"Buat lo aja nih." Tukasku sambil memberikan bekal itu kepada jisung.
"Wah? Serius nih?! Kenapa gak lo makan?"
"Lo mau atau nggak? Gue kasih ke yang lain kalo gak mau."
"Ya mau lah!" Ia merampas bekal itu dari tanganku dan segera membukanya.
"Anjir enak banget browniesnya. Lebih enak dari nyokap gua!" Celoteh jisung.
"Telen dulu goblok baru makan." Felix memukul kepala jisung menggunakan buku tulisnya.
Aku mendengus pelan melihat jisung dengan semangat memakan kue buatan minju. See? Memang enak. Tapi aku lagi tak berselera untuk makan apapun.
"Kalo gak mau ngasih harapan palsu, mending lo bilang sama dia buat berhenti ngasih lo beginian." Ucap Felix kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Love Her
Short StoryFeat. 2hyunjin and 00line Awal kami bertemu saat itu dibawah pohon rindang yang sedang bermekar yang ada di sekolah pada awal musim semi. Aku tak menyangka senyuman di wajahnya sangat menarik perhatianku untuk berkenalan dengannya. Sampai akhirnya...