[5] Sleep

52 14 2
                                    

Rata-rata sebagian besar orang pasti memilih tempat yang nyaman untuk tidur. Apalagi penjelasan dari guru yang berubah menjadi lagu lullaby sebagai pengantar tidur. Bahkan jisung saja sudah terantuk-antuk.

"Kamu!"

Aku tersentak ketika pak jaebum mengarahkan tongkatnya kepadaku. Aku pun sontak berdiam diri. Aku tak melakukan apa-apa, tapi kenapa pak jaebum seperti marah kepadaku?

"Han Jisung!"

Ah, hampir saja. Ternyata jisung memang duduk bersebrangan denganku, pantas saja aku merasa ditunjuk.

Jisung yang disebelahku sontak menjadi gelagapan dan kembali menegakkan badannya.

"Hehe, pak, sehat pak?"

"Coba kamu jelaskan penyebab perang dunia kedua." Ucap pak jaebum sambil menatap tajam ke arah jisung.

Jelas saja jisung tak mungkin bisa menjawabnya karena sejak tadi dia tidur. Aku yang sadar saja tak tau jawabannya, hehe.

Sontak jisung menjadi gelagapan dan hanya cengiran konyol yang ia tunjukan kepada pak jaebum.

"Hehehe coba bapak yang jelasin duluan, baru saya jawab..."

Jisung benar-benar mencari mati.

"Jisung, saya akan memberikan tugas khusus untuk kamu karena kamu tidak memperhatikan saya. Setelah ini, datang ke kantor saya."

Jisung hanya memasang wajah suntuknya sambil menggerutu pelan. Aku hanya tertawa di dalam hati dan tak tega juga dengan kesialannya jisung.

"Baiklah anak-anak, kita lanjutkan pembahasan kita." Pak jaebum memulai pelajarannya kembali.

Aku menunjukkan senyum geliku kepada jisung dan diberikan lirikan sinis dari jisung. Matanya seolah berkata, 'jangan ngetawain gue anjing!'

Hahahaha aku tertawa.

***

"Tumben amat lo bolos."

"Gak tau nih, gue pusing banget kayak bumi berputar-putar."

"Halah. Ngibul aja lu." Sindir jisung. Aku memperlihatkan cengiranku. Memang aku sedang malas belajar entah kenapa. Kepalaku seperti mau pecah, agak berlebihan sih, tapi aku memang benar-benar butuh istirahat.

Akhirnya aku pun meninggalkan jisung untuk menuju ke ruang UKS. Ruang UKS di sekolah kami memang terasa nyaman. Bahkan tempat tidurnya banyak dan bisa dipakai oleh siswa/siswi untuk beristirahat. Tempat ternyaman untuk tidur ya memang disana.

Tadinya aku ingin pulang saja, tapi mengingat di rumah pastinya sangat sepi, aku pun mengurungkan niatku untuk pulang.

Aku membuka kenop pintu dan menemukan penjaga UKS, Kak Eunha.

"Ada keluhan apa?" Ia langsung menodongku dengan pertanyaan tanda dan gejala sebagai bentuk absensi.

"Pusing kak."

"Vertigo? Masuk angin?"

"Pusing gara-gara pelajaran kak hehe." Aku tersenyum lebar, sedangkan kak Eunha hanya menggelengkan kepalanya.

"Kalo kamu ketauan guru bolos, bisa kena detensi loh."

"Makanya kak Eunha jangan kasih tau. Beneran nih kak, lagi puyeng banget. Butuh rebahan." Keluhku. Aku memang sudah lama mengenal kak Eunha karena memang aku sering kesini untuk mencari obat jikalau ada anggota ekskul yang terluka.

Oh iya, ngomong-ngomong, aku ikut ekskul basket. Yah, bisa dibilang aku hanyalah siswa yang memang tak ingin terkena sanksi hanya karena tak ikut ekstrakuriler. Ini pun terpaksa.

The Way I Love HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang