[4] Bread

63 18 0
                                    

"Lo percaya cinta pada pandangan pertama gak?"

"Percaya aja."

"Nah itu maksudnya."

Seungmin mendelik kepadaku. "Ya terus? Gue gak peduli."

Aku berdecak keras, jelas saja seungmin tak mau merestui pendekatanku dengan Kim hyunjin kembarannya itu. Dia seperti mengidap sister complex.

"Lo gak percaya sama gue, min?"

"Bukannya gak percaya, gue tetap mengikuti alurnya dia. Kalo dia mau, yaudah gue setuju. Kalo gak mau yaudah jangan maksa. Tergantung lo-nya mau berjuang atau nggak."

Aku mengangguk paham, ternyata seungmin sayang sekali kepada hyunjin.

"Kita ini kembar, gue tau dia ngerasain sedih, gue tau ngerasain dia senang, atau marah atau segala hal. Koneksi batin kita kuat. Jadi, kalo misalnya gue ngerasain dia sedih pas sama lo. Jangan pernah anggap gue temen lo lagi."

Kali ini seungmin berbicara dengan nada yang serius kepadaku dan aku jelas saja sedikit takut. Aku tak mungkin menyakiti seorang perempuan, aku akan terus terang kepada mereka dengan tindakan yang aku lakukan. Bukannya dengan kode yang tak jelas.

"Tenang aja min, gue gak bakal nyakitin dia."

"Buktiin. Jangan ngomong doang."

Aku meringis pelan. Kenapa seungmin menjadi sensitif, sih?

"Lo berantem sama gowon ya?"

Seungmin diam. Diam berarti iya. Aku mengulum senyum, biar aku tak terlihat seperti menahan tawa. Sepertinya seungmin merasakan galau pertamanya.

"Cewek tuh...rumit banget. Gue pusing." Tukas seungmin tiba-tiba.

"Hm. Gapapa min. Jalanin aja kegalauan lo, kalo udah fresh, baru deh mikirin baikan sama gowon."

Seungmin pun mengangguk dan menghela napasnya. Ia menelungkupkan wajahnya di atas meja sambil bergumam tak jelas. Sebenarnya aku ingin sekali memanggil han Jisung untuk ke kelas, tapi bisa terjadi perang dunia ketiga bila ada dia nantinya. Seungmin bisa diejek habis-habisan.

"Take your time, bro."






***



Aku sebenarnya tak lapar sekali sih, hanya saja mulutku seperti ingin mengunyah sesuatu. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli makanan ringan di kantin saja.

Akan tetapi saat aku kesana, keadaan malah semakin ramai. Aku yang memang tak mau tertinggal makanan pun ikut serta dalam memperebutkan makanan ringan.

Ah perlu diketahui, makanan ringan ini semacam roti isi yang isinya bermacam-macam bahan. Bibi yang menjual ini pun sangat pandai memasak, makanya tak heran dagangannya selalu habis terjual.

"Woy goblok! Santai dong gak usah nginjek kaki gua!"

"Woy siapa nih yang make minyak angin? Bau banget anjing!"

"Jangan dorong-dorong kek elahhh! Badan lo gede gue kejepit!"

"Antri napa woy gue belom makan dua hari!"

"BIBI JUNG! SAYA DULUAN YANG BELI KENAPA SAYA YANG DI BELAKANG?!"

Chaos sekali rasanya. Aku hanya bisa menghela napas pelan dan sejujurnya aku pun hanya bisa diam meskipunㅡ

Sebentar, mengapa badanku rasanya dipeluk seseorang?

Aku menunduk seketika dan melihat seorang gadis sedang memeluk tubuhku, bahkan ia mengendus jas yang aku pakai. Ia mendongak dan tersenyum lebar kepadaku.

The Way I Love HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang