Mozzarella | Part 7

716 44 10
                                    



Benar, semakin mudah manusia mendapatkan semakin mudah pula ia melepaskannya.
-Mozzarella

____________

Vigno masih saja merengek dibawah ketek Moza. Segala macam ekspresi memohonnnya ia keluarkan untuk meminta simpati dari kakaknya.

"Bilangin ke Kak Sehun dong, Vigno juga mau ikut."

"Bukan masalah ikutnya. Lo sekolah, Pig."

Moza memasukkan beberapa kebutuhan seperti dalaman, dan pembalut di koper mini miliknya. Seperti kata Sehun, dia nggak perlu prepare besar-besaran, yang pokok-pokok aja.

"Kan nggak sampai seminggu, Kak, cuma beberapa hari. Vigno bisa minta izin." Vigno masih bergelayut diketek Moza, membuat gadis itu kesal.

"Nggak boleh."

"Gue cabut nih bulu ketek lo!" Ancam Vigno sambil memasukkan tangannya dari celah lengan daster Moza.

"Silahkan! Gue baru waxingan. Ketek gue mulus."

Moza merasa si Vigno benar-benar spesies babi. Pas ada maunya aja ngalus ke Moza, selebihnya ngulek Moza kerjanya.

"Lo nggak asik ah. Kalau gue bilang lo nggak boleh pergi ke Mama. Pasti Lo nggak bakalan bisa pergi." Ancam Vigno lagi.

Moza cuma mencibir Vigno dengan gerakan mulutnya. Mentang-mentang anak kesayangan, semaunya aja, minta di sleding kepalanya. "Iya dah mentang-mentang anak emas, tai nya di lempar ke gue semua."

"Siapa suruh!"

"Udah, ah! Keluar lo dari kamar gue!" Moza mendorong Vigno menjauh darinya. Lalu kembali membereskan kopernya.

Vigno kesal, ternyata kakaknya tidak bisa diajak bekerja sama. Cowok kelas 2 SMA itu sengaja menyenggol anggrek putih Moza hingga jatuh ke lantai.

Moza terkejut, ia menoleh, matanya melotot melihat anggrek mahalnya sedang tergeletak dilantai dengan batangnya yang sudah patah dan vas pecah.

"Vigno bangke!!"

Moza bangkit dari duduknya, lalu berlari mengejar Vigno yang lebih dulu lari menyelamatkan diri. Sebelum dapat Moza tidak akan berhenti mengejar Vigno. Entah karena kemarahannya terlalu besar atau Vigno yang terlalu lemah, kini rambut cowok itu sudah berada di genggaman Moza. Iya Moza menjambak Vigno. .

"Aduh! Sakit, njing!"

"Lo yang Anjing!!"

Moza tidak mau melepaskan jambakannya, malah tarikannya tambah kuat. "Lo tau nggak? Gue sampai puasa jajan 1 bulan buat beli bunga itu! Lo seenaknya ngerusak!"

"Vigno minta maaf, awhh!"

"Moza! Apa-apaan kamu!"

Mawar menarik tangan Moza dengan kasar, membuat jambakkan cewek itu terlepas, Moza kaget, sedangkan Vigno langsung bersembunyi di belakang mawar. 

Plak!

Satu tamparan keras melayang ke wajah Moza. Ia shock berat. Untuk pertamakalinya mamanya nampar dia, biasanya cuma nampar pakai kata-kata.

"Saya ngelahirin Vigno bukan untuk kamu siksa!"

"Ma..," Jujur Vigno juga kaget, dia pikir kakaknya hanya akan diomeli, tetapi mamanya nampar kakaknya didepan matanya sendiri.

"Mending Vigno nggak punya Kakak, daripada punya Kakak model kaya kamu! Nggak ada gunanya!"

Satu tetes air mata Moza jatuh, biasanya Moza nggak sampai nangis seperti ini. Tapi kali ini mamanya main fisik dengan Moza, ia sakit fisik juga hati.

MOZARELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang