"Cowok nggak pernah ganjen ke cewek lain? Sumur tetangga ku kuras pakai pipet"
__________
Moza berjalan masuk ke dalam kafe V!V!'S. Jangan kaget, meski kafe ini milik pacarnya, tapi inilah pertama kalinya ia menginjakkan kakinya disini. Awalnya dia penasaran, tapi karena brand Sehun ada unsur Vivinya, Moza jadi males.
Moza ogah-ogahan jalan mendekati Sehun yang tengah duduk di meja nomor 15 dekat tangga. Kalau saja bukan cowok itu yang suka bayar SPP nya. Mungkin Moza juga bakal nyuekin Sehun.
Moza duduk di kursi, berhadapan dengan Sehun. Sudah Moza duga, Sehun nggak bakal excited pas Moza udah datang. Beda dengan pasangan lainnya, kalau ceweknya datang pasti langsung disambut dengan senyuman atau sapaan dari cowoknya. Lah sekarang Moza dicuekin, Sehun asik sama ponselnya.
"Gue pulang nih?"
Sehun mengalihkan pandangannya dari ponsel ke Moza.
"Baru juga duduk."
Rasanya Moza ingin mencakar wajah ganteng di depannya ini. Muka aja ganteng, tapi sifat dan kelakuannya gantung. "Lagian Lo asik sama hape, masa iya gue cuma nontonin Lo."
"Nggak papa, kan ganteng."
"Nggak usah ngelawak, gue nggak bakal ketawa. Gue masih marah sama Lo."
Sehun menaikkan sebelah alisnya. "Emang Lo lagi marahan sama gue?"
"Jangan sampai gue cakar muka Lo!"
Moza mengangkat kedua tangannya seolah dia seekor singa yang siap mencakar. Tapi bagi Sehun, Moza malah kelihatan kayak Vivi.
"Lo marah kenapa sih?" Sehun menatap Moza serius.
Melihat pandangan serius Sehun, membuat Moza mengingat kejadian tadi siang, matanya ikut berkaca-kaca. Sehun yang melihat itu malah jadi panik. "Za, Lo kenapa sih? Kok nangis?"
Tangis Moza langsung pecah. Bukan dia cengeng, ini semua gara-gara Sehun, coba saja cowok itu tidak bertanya, atau diam dulu barang 2 menit, pasti Moza bisa mengontrol air matanya. Moza tuh paling nggak bisa kalau lagi nahan tangis, tapi ditanya kenapa nangis, malah jadi nangis beneran.
"Za, gue seret pulang nih, kalau masih nangis." Ancam Sehun.
Moza berusaha menghentikan air matanya. Kedua tangannya ia gunakan menangkup wajahnya, Moza juga berusaha menahan suaranya. Setelah 5 menit dengan posisi itu, Moza sudah mulai tenang, ia mengangkat wajahnya. Sangat merah.
Sehun mengambil tissue, lalu mengelap ingus bening Moza. Sehun gemas sekaligus risih ngelihat wajah Moza yang bertantakan.
"Biar..gue aja." Moza mengambil alih tissue dari tangan Sehun, dan membersihkan hidungnya.
"Kalau ada masalah, cerita aja, jangan sok kuat."
Untuk sekian kalinya Moza ingin mengeluarkan kata-kata kasar pada Sehun. "Gimana mau cerita, gue telpon aja Lo matiin!"
Sehun agak kaget dengan reaksi Moza, cewek itu berkata setengah berteriak. "Lo sih nelponnya pas Vivi lagi berak."
"Lo nyuruh gue cepat-cepat nyelesein skripsi, tapi nggak ngasih support. Malah asik sama tai Vivi."
Sehun bangkit dari kursinya, lalu duduk di kursi samping Moza, cowok itu merangkul bahu Moza. "Yaudah, Lo mau gue kasih support yang kayak gimana?"
"Tau ah! Capek! Gue nyerah, mau meninggal aja."
"Jangan dong, ntar jodoh gue siapa?"
"Terserah Lo deh." Moza nggak mau ngelihat muka Sehun lagi, dia udah capek sama cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOZARELLA
Romance"Lo brengsek! Abis selingkuh, Lo perkosa gue, anjing!" Moza "Gue nggak selingkuh ya monyet!"- Sehun Sehun itu labil kadang perhatian kadang cuek. Sering ngajakin Moza nikah tapi kayak nggak serius.