Happy reading kang halu!
"Yang jahatin aku, semoga harinya selalu senin-"
_____________"Ugi Sugiarni!"
"Saya, Pak!"
"Vagi- Pigno Annu-liper!"
Semua murid dikelas seketika tertawa.
"Sial benar nama kau, Pig." Ujar Derris yang duduk di samping Vigno.
"Vigno Annulifer, Pak." Vigno bermaksud mengkoreksi namanya yang selalu salah diucap guru sejarah tersebut. Bahkan namanya hampir diplesetkan dengan organ intim perempuan oleh guru itu.
"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin." Guru bernama Jamal tersebut membenarkan letak kacamatanya.
"Tapi kenapa nggak pernah betul, Pak?" Vigno terlampau kesal. Soalnya absensi di sekola Merah Putih sebenarnya secara digital, tetapi Pak Jamal sendiri yang menggunakan sistem digital dan manual. Buang-buang tenaga dan waktu sih sebenarnya.
"Lah, kamu mau ngatur saya?"
Nah, kalau sudah begini, ujung-ujungnya Vigno yang salah dan kelihatan ngelawan. Padahal Vigno cuma ingin namanya disebutkan dengan benar, agar teman sekelasnya tidak menertawakannya.
"Nggak, Pak. Saya minta maaf." Pada akhirnya Vigno hanya bisa mengalah dan minta maaf.
"Zelva Ananda!"
"Saya, Pak!"
Setelah absensi murid selesai, Pak Jamal memulai mata pelajaran sejarah. Beliau menatap satu persatu siswa-siswi dikelasnya.
"Derris!" Pak Jamal berjalan mendekati Derris yang duduk di samping Vigno. "Kamu tinggal dimana?"
"Jakarta, Pak?" Sahut Derris.
"Asli Jakarta?"
Derris menggeleng, "Saya asli Sumatra Utaranya, Pak. Orang Medan Saya."
"Apa peninggalan sejarah yang ada di kota atau kampung kamu?"
Derris tampak terdiam, sembari mengingat, apa-apa saja peninggalan sejarah di kampung halamannya. "Saya sudah lama tinggal disini, Pak. Lupa sikit otakku ini."
"Alasan! Bilang saja kamu tidak tahu "
"Taunya Bapak."
Pak Jamal mencubit perut Derris sedikit kuat membuat siswa tersebut mengaduh. "Maaf. Kau, Bapak cubit sikit!"
"Ih bodat!"
*****
Sehun sedikit lebih cepat menjemput Karina disekolah, karena setelah itu ia harus menjemput Moza ke rumah. Ternyata gerbang sekolah sangat ramai, siswa-siswi berhamburan keluar dari sana. Mungkin karna Sehun terlalu tepat waktu. Ia membuka setengah kaca mobilnya, matanya menatap tajam ke arah gerbang sekolah, beberapa orang dari sana menyadari dan melihat ke arahnya.
Sehun agak kesal karena tidak melihat Karina sama sekali, ditambah lagi dirinya tidak nyaman saat pasang mata tidak berhenti menatapnya. Sehun mengambil topinya, lalu memakainya, tak lupa kaca mata hitamnya bertengger manis dihidung mancungnya.
Sehun keluar dari mobil, berjalan menuju gerbang sekolah, meski dirinya tampak menonjol disana, ia berusaha tidak peduli. Matanya masih tetap mencari Adik yang menurutnya perlu di sleding kepalanya. Samar-samar Sehun mendengar suara Karina, matanya langsung tertuju ke arah suara cekikikan tersebut. Pandangannya dengan Karina langsung bertemu.
"Kak Sehun! Tumben cepet."
Sehun menarik napasnya perlahan. Jika lokasi tidak ramai, mungkin ia akan menoyor kepala Karina. "Kelarin urusan Lo, gue tunggu di mobil."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOZARELLA
Romance"Lo brengsek! Abis selingkuh, Lo perkosa gue, anjing!" Moza "Gue nggak selingkuh ya monyet!"- Sehun Sehun itu labil kadang perhatian kadang cuek. Sering ngajakin Moza nikah tapi kayak nggak serius.