Mozzarela |Part 9

729 45 17
                                    

Jangan terlalu pemilih, jika dirimu sendiri belum layak menjadi sebuah pilihan
-Mozzarela

____________

Jam menunjukkan pukul 16.35. Moza masih terlelap di tempat tidur dengan mulut sedikit terbuka. Sepertinya cewek itu sangat kelelahan. Sehun yang berniat membangunkannya tidak tega.

"Ngomong-ngomong mukanya cocok juga buat tambahan meme di galeri."

Sehun mengambil ponselnya lalu memotret Moza dengan ekspresi yang sangat memeable. Sehun tersenyum, aib Moza ada beberapa di galerinya, bagus juga buat jadi ancaman untuk kedepannya.

"Sehun bangsat!"

Sehun terkejut, ketika Moza mencaci maki dirinya, namun mata cewek itu masih tertutup. Moza ngigo tapi ngigonya berasa beneran bagi Sehun. Sempat-sempatnya dalam mimpi Moza masih bisa mengumpat dirinya.

Sehun memandang Moza sekali lagi, senyum jahilnya muncul.  Tangannya terulur mendekati wajah Moza, setelah itu jempol dan telunjuknya menjepit hidung mungil Moza, satu tangannya ia gunakan membekap mulut Moza.

"Hehe, sesek-sesek dah lo."

Moza menjadi gelisah, tangannya mencoba menyingkirkan tangan Sehun, tapi masih dalam kondisi mata tertutup.

"Hmmm"

Mata Moza terbuka bahkan bisa dikatakan melotot, menatap Sehun dengan rasa tak percaya. Moza menyentak kuat tangan cowok itu hingga terlepas kasar. Cewek itu bangkit dan menatap Sehun dengan tajam

"Sehun! Lo apa-apaan sih?!"

"Nggak ngapa-ngapain kok, gemes doang." Sehun mencubit pipi merah Moza yang sedang merah karena emosi.

"Tau ah, kesel!" Tangan Sehun dihempas kasar oleh Moza. Gila aja gemesnya sehun itu ternyata membahayakan nyawa. Moza jadi takut terlihat imut Dimata Sehun.

Ting!

Satu pesan masuk ke ponsel Moza yang terletak di atas nakas. Moza turun dari kasur lalu mengambil ponselnya. Ternyata dari mamanya.

Mama 🖤
Bagus ya, pergi ga perlu minta izin lagi, liarnya kebangetan. Hm hati-hati aja ntar bawa anak haram lagi. Tapi bukan urusan saya juga sih. Terserah situ mau bunting duluan apa nggak. Tapi kasihan Sehun nya.

"Pesan dari siapa, Za?" Sehun mendekati Moza, kepo akan pesan yang membuatnya Moza lama terdiam.

"Bukan urusan lo!" Moza segera menjauh dari Sehun, berjalan ke kamar mandi meninggalkan Sehun yang menatap bingung.

"Moza! Masa segitu doang cewe Sehun ngambek! Gue becanda suerr!"

Moza mendengar ocehan Sehun diluar, tapi dia tidak peduli. Cewek itu duduk di closet dengan tubuh bergetar. Moza nangis, Moza capek, Mamanya kayak benci banget sama Moza, padahal Moza nggak pernah ngelakuin kesalahan besar.

Entah berapa lama Moza mengurung diri, ia mendengar kembali suara Sehun memanggilnya. Moza bangkit dari closet, lalu membasuh wajahnya di wastafel.

"Za! Udahan dong ngambeknya!"

"Gue minta maaf dah!"

Ceklek

Moza keluar dari kamar mandi, tubuhnya langsung dipeluk Sehun. Mata Moza perih lagi, mau nangis. Moza jadi mengutuk Sehun kalau begini, biasanya juga tuh cowok nggak pernah inisiatif peluk Moza, tapi disaat yang tidak tepat dia malah melakukan itu.

"Maafin gue ya, Za. Sumpah gue cuma gemes kok tadi."

Moza hanya diam, namun ide jahil muncul di kepalanya. Moza melepaskannya pelukan Sehun, lalu mendongak dan menatap kedua manik mata yang memancarkan kebingungan.

MOZARELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang