Mozarella | Part 5

1.4K 68 1
                                    

"Jangankan kamu, aku aja aku"_mujhx
____________

Moza terperanjat dari kasurnya, tidur nyenyaknya di pagi hari harus terhenti karena barusan dia mimpi konsultasi bab akhir tapi disuruh ngulang dari awal sama dosennya.

Alhasil mau tidak mau Moza harus memaksa matanya terbuka, sinar matahari sudah ngintip malu-malu dari celah gordennya. Moza melihat jam di ponselnya, ternyata sudah jam setengah delapan.

"Teganya, nggak ada yang bangunin gue."

Moza segera berlari ke kamar mandi. Jangan salah, meski dirinya buru-buru dirinya masih memprioritaskan tanaman bunganya. Moza membawa Gembor dan mulai menyiram bunga-bunganya. Setelah selesai dengan bunganya barulah dia mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus.

Tak butuh waktu lama mengurus dirinya, Moza turun untuk sarapan. Rumah terlihat sepi, sepertinya tidak ada siapa-siapa lagi selain dirinya di rumah itu. Moza berjalan ke meja makan, tapi sudah kosong.

"Ditaruh di kulkas kali ya." Moza membuka kulkas, mungkin sisa sarapan tadi pagi sudah di simpan didalam kulkas. Namun tetap tidak ada. Moza menggerutu. "Yaelah, gue kan juga punya perut."

Moza memutuskan sarapan di kantin kampus saja. Lagipula sekarang uang jajannya sudah ditambah. Jadi dia tidak perlu mikir dulu buat jajan. Tak lupa Moza menguncikan pintu rumahnya sebelum pergi.

****

Sehun sedang berada di kantornya sekarang. Cowok itu duduk santai di ruangannya sambil memainkan ponselnya, tak lupa Vivi berada di pangkuannya. Alih-alih bawa pacar, Sehun lebih milih membawa Vivi, bahkan hampir setiap hari ia membawa buntelan kapas yang selalu membuat Moza cemburu tersebut.

Seseorang mengetuk pintu ruangannya dari luar, Mengalihkan pandangan Sehun dari Ponselnya.

"Masuk aja."

Dimas masuk ke ruangan Sehun, cowok itu adalah manager Brand V!V!'S. Sosok cowok yang dulunya pengangguran, lalu di angkut Sehun sebagai orang yang menemaninya merintis V!V!'S brand dari nol sampai sebesar ini.

Dimas membawa sesuatu ditangannya, seperti sebuah print out surat kontrak. Wajahnya kelihatan bahagia, Sehun jadi curiga. Dimas duduk dan memberikan surat kontrak tersebut kepada Sehun. "Mbak Vivian sudah menandatangani surat kontraknya, Jadi saya tagih janji Bapak."

Nah, sudah Sehun duga. Dimas tersenyum pasti ada apa-apanya.

"Bulan depan aja ya. Saya lagi sibuk, istri saya mau lahiran."

Dimas tau, itu hanya alibi Sehun. "Nggak bisa gitu, Pak. Janji itu adalah hutang, dan hutang wajib di bayar. Bapak nggak takut tiba-tiba meninggal, jasad bapak nggak di terima bumi, mau?"

"Teori dari mana itu?" Sehun berusaha jutek, biar Dimas nyerah nagih janjinya.

"Dari ibu saya, Pak. Jangan ngalihin topik, Pak. Ngerayu mbak Vivian buat tanda tangan kontrak itu susah loh." Dimas mengeluh biar Sehun sadar, kalau pekerjaannya itu butuh mutar otak.

"Tetap di tepati. Tapi bulan depan. Dalam bulan ini nggak mungkin, saya harus jadi suami siap siaga untuk istri saya. Kalau istri saya kenapa-kenapa, emang Pak Dimas mau tanggung jawab?"

Sehun harap kali ini Dimas sadar kalau dia lagi di ancam.

Dimas malah mengejek Sehun. "Gaya Bapak, nikah aja belum. Bapak nggak usah bohong, Pak. Saya ngajak enak kok, Pak."

Sehun menghela napas sejenak. Kehabisan cara untuk menunda liburan yang diinginkan Dimas "Yaudah, tapi cuma 2 hari ya." Sehun mencoba untuk bernegosiasi dengan Dimas masalah janjinya dua minggu yang lalu.

MOZARELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang